Ternyata Ini Sumber Uang Iran hingga Bisa Serang Israel Pakai 300 Rudal dan Drone
Ini sumber-sumber kekayaan Iran hingga bisa serang Israel menggunakan 300 rudal dan drone.
Ini sumber-sumber kekayaan Iran hingga bisa serang Israel menggunakan 300 rudal dan drone.
Ternyata Ini Sumber Uang Iran hingga Bisa Serang Israel Pakai 300 Rudal dan Drone
Ternyata Ini Sumber Uang Iran hingga Bisa Serang Israel Pakai 300 Rudal dan Drone
Iran kini menjadi topik hangat yang dibicarakan warganet di media sosial. Pasalnya Iran dengan berani melancarkan serangan udara dengan mengirimkan lebih dari 300 rudal dan drone ke wilayah Israel.
Tak sedikit dari masyarakat penasaran ingin mengetahui sumber perekonomian Iran yang pernah berhubungan baik dengan Israel. Lantas bagaimana perkembangan ekonomi Iran?
Melansir dari laporan World Bank, perekonomian Iran ditopang oleh sektor hidrokarbon, pertanian, dan jasa, serta kehadiran negara yang nyata di bidang manufaktur dan jasa keuangan.
Iran menempati peringkat kedua di dunia dalam hal cadangan gas alam dan keempat dalam hal cadangan minyak mentah.
Meskipun relatif terdiversifikasi bagi negara pengekspor minyak, aktivitas perekonomian dan pendapatan pemerintah masih bergantung pada pendapatan minyak. Makanya kondisi ekonomi Iran juga bersifat fluktuatif.
Laporan itu menyebutkan rencana pembangunan 5 tahun yang baru sedang dipersiapkan.
Rencana sebelumnya untuk tahun 2016/2017 hingga 2021/2022 terdiri dari tiga pilar, yakni pengembangan perekonomian yang berketahanan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan peningkatan keunggulan budaya.
Kontraksi besar dalam ekspor minyak memberikan tekanan yang signifikan terhadap keuangan pemerintah.
Sehingga mendorong inflasi hingga lebih dari 40 persen selama 4 tahun berturut-turut.
Prioritasnya antara lain reformasi badan usaha milik negara dan sektor keuangan dan perbankan, serta alokasi dan pengelolaan pendapatan minyak.
Rencana tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 8 persen.
Kendati begitu, guncangan eksternal, termasuk sanksi dan ketidakstabilan harga komoditas, menyebabkan stagnasi selama satu dekade yang berakhir pada tahun 2019/2020.
Inflasi yang tinggi dan berkelanjutan menyebabkan penurunan daya beli rumah tangga secara signifikan.
Pada saat yang sama, penciptaan lapangan kerja tidak cukup untuk menyerap sejumlah besar tenaga kerja muda dan terpelajar yang memasuki pasar tenaga kerja.
Namun, laporan itu mencatat selama 2 tahun terakhir perekonomian Iran mulai pulih.
Hal ini didukung oleh pemulihan jasa pascapandemi, peningkatan aktivitas sektor minyak, dan mengakomodasi tindakan kebijakan.
"Kegiatan ekonomi juga telah disesuaikan dengan sanksi, termasuk melalui depresiasi nilai tukar yang membantu barang-barang perdagangan yang diproduksi di dalam negeri menjadi kompetitif dengan harga internasional," bunyi laporan tersebut.
Penurunan ekspor minyak mendorong tambahan pengolahan minyak mentah dan hidrokarbon yang kemudian diekspor sebagai petrokimia.
Di bawah sanksi, perdagangan semakin beralih ke negara-negara tetangga dan China.
Pertukaran mata uang bilateral, barter, dan saluran pembayaran tidak langsung lainnya semakin banyak digunakan untuk menyelesaikan transaksi internasional karena sebagian besar aset di luar negeri tidak dapat diakses karena sanksi.
Sehingga pemerintah memperluas bantuan tunai dan subsidi untuk memitigasi dampak inflasi yang tinggi terhadap kesejahteraan. Namun hal ini juga menambah tekanan fiskal karena sebagian besar intervensi tidak tepat sasaran.
Di sisi lain, melihat nilai Rial di pasar bebas, tahun 2024 dimulai dengan tingkat volatilitas yang tinggi. Meskipun mata uang nasional telah kehilangan lebih dari 30 persen nilainya di pasar bebas selama 12 bulan terakhir, mata uang tersebut relatif stabil hampir sepanjang tahun 2023.
Hal ini berubah pada awal tahun 2024, ketika Rial mulai melemah secara tiba-tiba. Greenback berada pada level IRR505.500 pada 31 Desember 2023, dan mencapai IRR571.500 pada 22 Februari devaluasi sebesar 13 persen hanya dalam waktu 7 minggu.
Menurut data terbaru yang diterbitkan oleh Pusat Statistik Iran (SCI), tingkat inflasi yang berakhir pada 21 Januari 2024 terus berada di kisaran 40 persen.
Secara keseluruhan, perekonomian Iran pada tahun 2024 akan mengalami fase inflasi yang tinggi.
Erosi internal yang terus berlanjut pada industri dan infrastruktur karena kurangnya investasi, dan rendahnya pertumbuhan yang didorong oleh pasar domestik dan regional.