Udang Indonesia Digugat Amerika Serikat, Begini Hasilnya
Udang Indonesia digugat atas dugaan subsidi, anti dumping.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengumumkan hasil keputusan sementara terkait tuduhan anti-dumping dan subsidi yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap udang Indonesia.
Berdasarkan keputusan yang diterbitkan pada 25 Maret 2024 oleh US Departement of Commerce (USDOC), tidak ada bukti bahwa pemerintah Indonesia memberikan subsidi terhadap produk udangnya.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistiyo menjelaskan menurut keputusan sementara USDOC pada 23 Mei 2024, margin anti-dumping untuk PT Bahari Makmur Sejati adalah 0 persen, sedangkan PT First Marine Seafood dikenakan margin 6,3 persen.
"Berdasarkan regulasi di Amerika, maka PT first marine Seafood dan seluruh eksportir udang Indonesia lainnya dikenakan tarif bea 6,3 persen," kata Budi dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (2/9).
Ia juga menambahkan hasil terkait subsidi Indonesia menunjukkan angka di bawah 1 persen, sehingga tidak terbukti adanya subsidi.
Sebagai perbandingan, negara-negara lain menunjukkan margin anti-dumping yang lebih tinggi, seperti Ekuador dengan 10,58 persen. Sementara di negara Vietnam dan India hanya menunjukan tuduhan subsidi, masing-masing sebesar 2,84 persen dan 4,36 persen, tetapi untuk tuduhan anti dumping kedua negara tersebut tidak ditemukan.
"Untuk anti dumpingnya di Indonesia sebagai mandatory responden 0 persen dan 6,3 persen, kalau di Ekuador 10,58 persen dan 1,54 persen yang diperlukan pada eskportir lainnya di Ekuador adalah 10,58 persen. Kemudian kalau di Vietnam dan India sementara hasilnya tidak ditemukan," jelas Budi.
Dampak putusan
Di sisi lain, dampak potensial dari keputusan ini akan mempengaruhi sekitar 46.590 petambak udang di Indonesia serta ratusan ribu tenaga kerja yang terlibat dalam industri ini.
"yang menjadi konsen kami, kami selalu mendapatkan pendampingan arahan pimpinan untung segara dapat menyelesaikan masalah ini," imbuhnya.
Tak hanya itu, sebanyak 403 unit pengolahan udang yang memperkejakan sekitar 63 ribu pekerja dimana 70 persen adalah kaum perempuan.
"Ini adalah menjadi satu catatan yang saya sampaikan ke AS, ini akan berdampak pada sekian petambak, industri, di industri sendiri pelakunya adalah sebagian besar itu adalah kaum perempuan," papar dia.
Budi juga menyoroti ekspor produk perikanan Indonesia ke AS menyumbang 8,2 persen dari total nilai ekspor non-migas, dengan udang menyumbang 4,8 persen dari angka tersebut.
Di mana pada tahun 2023, ekspor udang Indonesia ke AS mencapai USD1,1 miliar, yang merupakan 58,1 persen dari total ekspor Indonesia ke AS dan 64,3 persen dari total ekspor udang Indonesia ke seluruh dunia.
"Kemudian eskpor udang Indonesia ke pasar AS data 2023 sebesar USD1,1 miliar atau 58,1 persen dari total eskpor persen Indonesia ke AS serta sekitar 64,3 persen dari total nilai ekspor udang Indonesia ke dunia. Artinya, hubungan dagang ini sangat besar udang dengan AS," pungkasnya.