Abidzar Al Ghifari Ungkapkan Penyesalan Terbesarnya Setelah Kepergian Ustaz Jefri Al Buchori
Abidzar, sebagai anak kedua, mengungkapkan penyesalan mendalam atas momen terakhir yang dihabiskannya bersama ayahnya.
Kehilangan Ustaz Jefri Al Buchori pada tahun 2013 membawa kesedihan yang mendalam bagi keluarganya, termasuk Abidzar Al Ghifari. Umi Pipik sempat membagikan cerita mengenai kondisi putranya setelah kepergian sang ayah.
Dalam sebuah podcast berjudul ALVIN in LOVE, Umi Pipik menceritakan kisah yang jarang terungkap pasca kepergian mendiang suaminya. Saat itu, ketiga anaknya masih dalam usia yang sangat muda. Abidzar, sebagai anak kedua, mengungkapkan penyesalan yang mendalam mengenai momen terakhir yang ia habiskan bersama ayahnya.
- Foto-foto Lawas Ummi Pipik Bersama Anak-anaknya yang Masih Kecil, Bagikan Kisah Mengharukan Membesarkan Anak Setelah Kepergian Ustaz Jefri
- Ummi Pipik & Abidzar Al Ghifari Kesal Alm Uje Dikaitkan dengan Meninggalnya Dali Wassink
- 26 April 2013: Wafatnya Ustaz Jefri Al Buchori, Pendakwah Gaul yang Inspiratif
- Tirukan Gaya Almarhum Ustaz Jefri Al Buchori, Simak Transformasi Abidzar Al-Ghifari
Selain itu, berbagai cobaan lain juga datang secara tiba-tiba, mulai dari kehilangan sang kakek hingga musibah kebakaran rumah. Semua itu tentu menambah beban emosional yang harus dihadapi oleh Abidzar dan keluarganya.
Merasa tidak enak hati
Umi Pipik berbagi cerita mengenai kondisi putranya setelah kepergian Ustaz Jefri Al Buchori. Pada saat itu, Abidzar Al Ghifari baru berusia 12 tahun. Meskipun terlihat tegar, Abidzar menyimpan perasaan bersalah yang mendalam setelah kehilangan sang ayah.
Ia merasa seandainya tidak mengajak Umi Pipik untuk membeli sepatu, mungkin ayahnya tidak akan pergi mengendarai motor pada hari tersebut. Rasa penyesalan ini begitu kuat hingga Abidzar sempat menghantamkan kepalanya ke tembok sebagai ungkapan rasa bersalahnya.
Umi Pipik mengungkapkan, "Ketika udah dinyatakan meninggal, Abi jeduk-jedukin kepalanya di tembok. Dia bilang, 'ini gara-gara dedek nggak ngajakin Umi pergi beli sepatu, Abi nggak pergi naik motor'," seperti yang dilaporkan oleh ALVIN in LOVE.
Peristiwa ini menunjukkan betapa besar dampak emosional yang dialami Abidzar. Rasa bersalah tersebut menjadi beban yang harus ia tanggung, meskipun pada usia yang masih sangat muda. Hal ini menggambarkan betapa beratnya kehilangan dan bagaimana anak-anak dapat merasakan tanggung jawab atas situasi yang terjadi di sekitar mereka.
Menghukum Diri Sendiri
Kepergian sang ayah meninggalkan penyesalan yang mendalam bagi Abidzar, sehingga ia kesulitan untuk menerima kenyataan yang ada. Umi Pipik menjelaskan bahwa putranya seringkali menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian tersebut. Seperti yang kita ketahui, Ustaz Jefri Al Buchori meninggal dunia pada tahun 2013 setelah mengalami kecelakaan tunggal.
"Dia selalu nyalahin itu. Mungkin itu lukanya dia, dia selalu menyalahkan ini gara-gara aku. 'Kalau aku nggak ngajak Umi beli sepatu mungkin Abi nggak pergi naik motor'," sambungnya.
Penyesalan yang dirasakan Abidzar menunjukkan betapa besar rasa cintanya kepada sang ayah, dan bagaimana kehilangan tersebut memberikan dampak emosional yang mendalam dalam hidupnya.
Umi Pipik
Umi Pipik sebagai seorang ibu selalu berusaha untuk memberikan dukungan kepada anak-anaknya, termasuk Abidzar. Ia memahami bahwa Abidzar sering kali merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri setelah kehilangan Ustaz Jefri Al Buchori. Dalam usaha untuk menguatkan Abidzar, Umi Pipik menjelaskan bahwa kepergian Ustaz Jefri Al Buchori merupakan bagian dari takdir Allah.
"Saya bilang, udah itu udah qadarullah caranya Allah karena memang Abi kamu milik Allah," ungkap Umi Pipik.
Dengan kata-kata tersebut, Umi Pipik ingin menanamkan keyakinan kepada Abidzar bahwa setiap yang terjadi adalah kehendak Tuhan dan harus diterima dengan lapang dada.
Umi Pipik terus berupaya agar Abidzar tidak terpuruk dalam kesedihan. Ia berusaha untuk memberikan pengertian bahwa setiap cobaan yang datang dalam hidup adalah bagian dari rencana Allah. Melalui penjelasan dan penguatan yang konsisten, Umi Pipik berharap Abidzar bisa menemukan kembali semangat hidupnya.
Dengan cara ini, ia ingin agar Abidzar menyadari bahwa meskipun kehilangan itu menyakitkan, ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari setiap peristiwa yang terjadi. Umi Pipik berupaya agar Abidzar tetap tegar dan tidak kehilangan harapan dalam menjalani hidupnya.
Cobaan Berat
Setahun setelah Ustaz Jefri Al Buchori meninggal, keluarga Abidzar menghadapi cobaan berat lainnya. Kakek Abidzar juga meninggal dunia tidak lama setelah kepergian Ustaz Jefri Al Buchori. Selain itu, mereka juga mengalami kejadian tak terduga berupa kebakaran rumah. Peristiwa-peristiwa ini membuat Abidzar semakin meragukan kasih sayang Allah.
"Belum lagi ditambah kakeknya, terus juga rumah terbakar dia juga mengalami. Ada saat itu, ketika itu ada pertanyaan dia 'Umi, Allah itu nggak sayang sama kita'," jelas Umi Pipik.
Mengajarkan Anaknya
Umi Pipik berupaya mengajarkan anaknya untuk menerima dengan lapang dada setiap ujian yang datang dalam hidup. Ia meyakinkan mereka bahwa peristiwa yang terjadi di keluarga merupakan wujud kasih sayang dari Allah.
Salah satu contoh yang ia sampaikan adalah ketika terjadi kebakaran di rumah mereka, di mana Umi Pipik dan keempat anaknya berhasil selamat dari kejadian tersebut. Dalam penjelasannya, Umi Pipik juga menggunakan perumpamaan biji kopi, telur, dan wortel untuk menunjukkan bagaimana tantangan hidup dapat membentuk karakter seseorang.
"Pas rumah terbakar, kata siapa Allah nggak sayang, kalau Allah nggak sayang sama kita, kita udah nggak selamat ini kebakaran. Kita mau tinggal di mana, kita caranya mau gimana. Ini cara Allah mau menyelamatkan kita walaupun harus lompat dari lantai dua," ungkap Umi Pipik.
Ia melanjutkan, “Saya bilang 'Nak kadang memang apa yang menimpa kita nggak sesuai keinginan kita, di luar ekspektasi. Tapi, ibarat Allah itu lagi membentuk kamu'.” Melalui pernyataan tersebut, Umi Pipik ingin menekankan bahwa setiap kesulitan yang dihadapi dapat menjadi pelajaran berharga dan bagian dari proses pembentukan diri.
Rencana Allah
Seiring waktu, Abidzar mulai menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan bagian dari rencana Allah. Ia pun mulai merelakan kenyataan yang ada dan berusaha untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Bantuan dari ibunya sangat berperan dalam proses penerimaan Abidzar terhadap berbagai peristiwa dalam hidupnya. "Akhirnya dia mengerti bahwa oh iya ini ujian. Dia berproses untuk menerima itu, untuk berdamai dengan hatinya, berdamai dengan dirinya gitu," kata Umi Pipik.
Proses pemahaman ini tidaklah mudah, namun Abidzar terus berusaha untuk melihat sisi positif dari setiap ujian yang dihadapinya. Dengan dukungan dan nasihat dari orang-orang terdekat, ia belajar untuk mengatasi perasaan yang menyakitkan dan menerima kenyataan dengan lapang dada. Melalui perjalanan ini, Abidzar menemukan kekuatan dalam dirinya untuk menghadapi tantangan hidup yang datang silih berganti.
Karakter
Pengalaman hidup yang dialami Abidzar telah membentuk karakternya menjadi lebih tangguh dan matang. Ia mulai belajar untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri dan berusaha untuk berdamai dengan masa lalu. Oleh karena itu, Abidzar kini dikenal sebagai sosok yang kuat dan semakin bersinar dalam merintis karir di industri hiburan.
"Itu yang membuat akhirnya dia terbentuk karakternya jadi kuat," tutup Umi Pipik.
Cerita penyesalan Abidzar setelah kehilangan mendiang ayahnya menjadi pelajaran berharga yang mengubah hidupnya.