Cerita Marshanda Bangkit dari Depresi Akibat Keluarga Toxic
Marshanda menceritakan kisahnya bangkit dari depresi keluarga toxic.
Tidak semua individu beruntung tumbuh dalam keluarga yang sehat. Ada juga yang terjebak dalam lingkungan keluarga yang toxic. Seringkali, situasi yang kurang baik ini dapat memicu depresi.
Dalam sebuah sesi bincang-bincang dengan Inara Rusli di YouTube, Marshanda berbagi mengenai cara untuk bangkit dari depresi yang disebabkan oleh keluarga toxic. Langkah pertama yang diambik memulihkan diri dengan mengakui adanya rasa sakit yang dirasakan.
- Prilly Latuconsina Bongkar Cerita Bisa Lepas dari Toxic Relationship, Penting Demi Kesehatan Mental
- 5 Tanda Paling Nyata Lingkungan Kerja yang Toxic, Kamu Mengalaminya Juga?
- Tanda-Tanda Hubungan Toxic dan Cara Mengakhirinya, Penting Diketahui
- Toxic adalah Sikap Beracun, Ketahui Ciri-Ciri dan Dampak Bagi Kesehatan Mental
"Banyak orang yang merasa takut untuk mengakui mereka sudah terluka. Ada yang enggan menerima kenyataan mereka adalah korban penyalahgunaan, atau mengakui apa yang mereka alami adalah penyalahgunaan," kata Marshanda dalam video yang dirilis pada Jumat (4/10/2024).
"Karena untuk bisa bertahan, mereka harus hidup dengan penyalahgunaan yang terus menerus, sehingga mereka menganggapnya sebagai hal yang normal, bukan penyalahgunaan. Mereka berpikir, 'Inilah cara hidup saya,' padahal sebenarnya mereka mengalami pelecehan. Itu semua demi kelangsungan hidup mereka," tambahnya.
Jujur pada Diri Sendiri
Proses tersebut memang terasa sulit. Banyak orang kesulitan untuk mengakui mereka adalah korban.
"Mereka bisa merasa terpuruk, seolah-olah seperti zombie, atau bahkan lebih parah hingga berpikir untuk mengakhiri hidup," jelasnya.
Refleksi
Langkah selanjutnya melakukan introspeksi. Mengetahui diri sendiri dengan lebih baik sangatlah penting, karena mungkin tanpa disadari, kita juga telah berperilaku toksik terhadap orang-orang di sekitar kita.
"Apa aku juga termasuk toxic? Kita bisa saja berada di lingkungan yang tidak sehat, tetapi pada saat yang sama, kita juga bisa menjadi toxic bagi orang-orang di sekitar kita. Lingkungan bisa mempengaruhi kita, atau mungkin mereka merasa bahwa kita yang membawa sifat toxic itu," kata ibu yang memiliki satu anak tersebut.
Ia juga menekankan pentingnya mengakui kesalahan.
"Apakah kita memiliki ruang untuk merenungkan, 'Oke, ada bagian yang memang salah dari diri saya, saya akan berusaha memperbaikinya,' dan bersikap rendah hati bahwa mungkin kita juga berkontribusi dalam situasi yang tidak sehat ini,".
Semua Pihak Bertanggungjawab
Marshanda mengingatkan kegagalan dalam suatu hubungan tidak semata-mata disebabkan oleh kesalahan satu pihak. Keduanya pasti memiliki peran dalam situasi tersebut.
"Dalam hubungan yang mengalami kegagalan, baik itu antara keluarga, anak, orang tua, atau pasangan suami istri, kedua belah pihak memiliki kontribusi yang sama terhadap masalah yang terjadi," tuturnya menutup pernyataan.