CEK FAKTA: Tidak Benar Vaksin Nusantara Sudah Diakui Dunia
Klaim vaksin Nusantara sudah diakui dunia adalah keliru. Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Beredar video yang mengklaim bahwa vaksin Nusantara buatan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sudah mendapatkan persetujuan dari dunia. Video tersebut bernarasi; “AKHIRNYA!! DUNIA SETUJUI VAKSIN NUSANTARA, DOKTER TERAWAN TERDEPAN BERHASIL SELAMATKAN DUNIA”
Dalam video tersebut mantan Menkes Terawan menyampaikan vaksin Nusantara berbasis Dendrintic Cell Vaccine Immunotherapy, yang diklaim dapat melawan Covid-19. SARS-Cov-2 atau virus Covid-19 dan dunia sudah menyetujui vaksin tersebut.
-
Apa ciri khas orang yang suka memutar balikan fakta? Orang yang suka memutar balikan fakta sering kali mengubah versi cerita mereka. Setiap kali mereka berbicara, rincian atau konteks cerita bisa berbeda, tergantung pada situasi atau siapa yang mendengarnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari tanggung jawab atau menyembunyikan kebenaran.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta adalah informasi objektif atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, diukur, dibuktikan, dan diverifikasi oleh berbagai pihak yang dapat melihat fenomena yang sama.
-
Apa contoh kalimat fakta yang menunjukkan ciri khas dari negara Indonesia? Indonesia adalah negara kepulauan, terdiri atas lima pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Jawa.
-
Kapan sebuah kalimat fakta dianggap benar? Fakta adalah pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan dan tidak tergantung pada keyakinan individu.
-
Apa yang dimaksud dengan kalimat fakta? Kalimat fakta adalah jenis kalimat yang menyajikan informasi yang benar, dapat diverifikasi, dan tidak terbantahkan.
Kominfo
Penelusuran
Setelah ditelusuri, klaim vaksin Nusantara sudah diakui dunia adalah tidak benar. Melansir dari Kompas.com, Peneliti vaksin dan doktor di bidang Biokimia dan Biologi Molekuler di Universitas Adelaide Australia, dr Ines Atmosukarto menjelaskan jurnal yang dijadikan landasan pengembangan Vaksin Nusantara tersebut baru berupa hipotesa. Jurnal tersebut berisikan hipotesa terhadap kemungkinan terdapat efektivitas melawan Virus Corona, bukan jurnal yang melaporkan hasil penelitian.
"Untuk para pejabat dan masyarakat umum di Indonesia: publikasi pada jurnal bukan validasi sepenuhnya. Jadi, jangan jadikan alasan bahwa suatu penemuan terpublikasi sebagai validasi mutlak. Diskusi ilmiah paska publikasi juga penting," kata dr Ines.
dr Ines mengatakan bahwa paper atau makalah dalam jurnal yang menampung hipotesa bukan jurnal yang melaporkan hasil penelitian. "Jadi sifatnya spekulatif tidak didukung pembuktian," kata dr Ines.
Lebih lanjut dr Ines menyebut bahwa jurnal tersebut bukan jurnal acuan untuk pelaporan penelitian vaksin. Di samping itu, menurut dia, ketiga penulis yang menulis jurnal berjudul Dendritic cell vaccine immunotherapy; the beginning of the end of cancer and COVID-19, tidak memiliki track record di bidang vaksin sel dendritik.
Sementara itu, dilansir dari Detik.com, Peneliti utama vaksin dendritik Nusantara, Kolonel Jonny, memastikan klaim 'diakui' yang ramai dibicarakan bukan berupa persetujuan dari otoritas berwenang seperti organisasi kesehatan dunia WHO.
"Bukan diakui dunia seperti disetujui WHO, itu sudah di-publish di jurnal PubMed kan, jurnal internasional. Artinya, sudah dilirik dunialah," kata Jonny saat dihubungi detikcom, Sabtu (24/7/2021).
Artikel di jurnal internasional PubMed yang dimaksud berjudul 'Dendritic cell vaccine immunotherapy; the beginning of the end of cancer and Covid-19'. Isinya bukan hasil uji klinis vaksin Nusantara, melainkan hipotesis teknologi dendritik untuk vaksin Covid-19.
Johnny menegaskan, para peneliti vaksin Nusantara saat ini masih tetap mematuhi nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan TNI AD. Artinya, para peneliti masih belum melanjutkan uji klinis.
"Kan sesuai MoU (nota kesepahaman) itu, kami masih menunggu. Kami nggak bisa lanjut ke fase tiga," kata Jonny.
Kesimpulan
Klaim vaksin Nusantara sudah diakui dunia adalah keliru. Faktanya, jurnal ilmiah terkait Dendritic Cell Vaccine Immunotherapy yang dijadikan acuan pembuatan vaksin Nusantara baru berupa hipotesis yang dianggap memiliki efektivitas melawan virus Covid-19.
Peneliti utama vaksin dendritik Nusantara, Kolonel Jonny mengatakan vaksin Nurantara belum diakui dunia seperti disetujui WHO.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Referensi
https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/29/170100323/ahli-jurnal-vaksin-sel-dendritik-tidak-disertai-pembuktian?page=all#page2
(mdk/lia)