5 Negara target utama ISIS, rutin jadi korban serangan teror
Prancis, yang baru saja mengalami insiden serangan truk di Kota Nice, masuk dalam daftar ini
Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) menahbiskan diri sebagai jaringan terorisme global. Sasaran operasi mereka bukan lagi mempertahankan wilayah kekuasaan di Timur Tengah, melainkan menimbulkan korban jiwa sipil sebanyak mungkin.
Kantor Berita AFP mencatat ada lebih dari 126 serangan teror di seluruh dunia sepanjang 2015-2016 yang terkait langsung ataupun terinspirasi oleh militan khilafah. Ada 23 negara yang terkena dampak serangan teror, termasuk Indonesia, dengan korban jiwa mencapai 1.730 orang hingga awal Juli lalu.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
-
Kapan es krim mulai menyebar di Paris? Nah, sekitar tahun 1676, makin banyak bermunculan pembuat es di Paris, yaitu mencapai 250 orang.
-
Kapan Kesepian Kronis muncul? Peristiwa besar dalam hidup, seperti kehilangan orang yang dicintai, perceraian, atau pensiun, dapat menyebabkan kesepian.
-
Kapan Pertempuran Gaza Ketiga berakhir? Sejarah 7 November 1917: Berakhirnya Pertempuran Gaza Ketiga dengan Kemenangan Inggris
-
Bagaimana pihak berwenang Perancis menanggapi ancaman tersebut? Pihak berwenang Perancis telah meyakinkan publik akan memberikan pengamanan yang maksimal dengan mengerahkan puluhan ribu personel keamanan.
-
Mengapa Prancis kalah dari Italia di kandang? Ketika Frattesi dan Raspadori menambah gol di babak kedua untuk memastikan kemenangan Italia dengan skor 3-1, itu menandai momen di mana Prancis kebobolan tiga gol di kandang dalam pertandingan resmi untuk pertama kalinya sejak kekalahan 2-3 dari Rusia pada tahun 1999.
Daftar korban itu bisa bertambah panjang, mengingat pada Kamis (14/7), seorang sopir truk melakukan serangan teror fatal di Kota Nice, selatan Prancis. Dia menabrakkan truk tronton ke arah kerumunan warga dan turis yang sedang menyaksikan pesta kembang api. Hingga berita ini dilansir setidaknya 84 orang tewas, lebih dari 12 kritis, sedangkan 100 orang lainnya luka-luka.
Presiden Francois Hollande menuding aksi teror ini terkait keterlibatan militer Prancis menggempur basis-basis ISIS di Irak dan Suriah. Secara tidak langsung, dia menduga pelaku yang telah ditembak mati polisi mendapat perintah dari jaringan Daulah Islamiyah.
Seandainya pelaku serangan di Nice benar-benar ISIS, maka ini merupakan kali kesekian Negeri Anggur oleh militan khilafah. Kota-kota besar Prancis, mulai dari Paris, Nantes, hingga Nice, sejak dua tahun terakhir kerap mengalami serangan teror fatal.
Peta serangan ISIS di seluruh dunia (c) 2016 Merdeka.com/NYT
Teror gabungan ISIS di Ibu Kota Paris pada November 2015 tercatat menjadi yang paling parah sepanjang sejarah Prancis, karena menewaskan 130 orang.
Ternyata bukan cuma Prancis yang apes karena dianggap musuh pemimpin ISIS sehingga rutin diserang. Ada empat negara lainnya mengalami nasib nahas serupa. Terdapat beberapa alasan khusus mengapa ISIS benci terhadap negara-negara tersebut, lalu tega melakukan serangan menyasar warga sipil.
Berikut rangkuman lima negara paling rutin diserang ISIS, disertai motifnya, oleh merdeka.com:
Jangan lewatkan:
ISIS akui panglima perang mereka tewas dibom AS
ISIS tembak jatuh jet tempur Suriah
Teror modal nekat pakai mobil dikhawatirkan jadi tren global
Laptop anggota ISIS ketahuan 80 persen berisi materi pornografi
Mesir
Tidak banyak orang yang sadar, Mesir merupakan salah satu negara paling sering mengalami aksi teror terkait ISIS. Para militan khilafah secara sepihak mengklaim Mesir sebagai provinsi di bawah kekuasaan Khalifah Abu Bakar al-Baghdadi yang berdiam di Kota Mosul, Irak.
Jaringan teroris bermazhab khilafah muncul di sisi selatan serta barat Mesir, yang berbatasan dengan Libya. Situasi kacau di Libya membuat banyak kelompok teror leluasa mengembangkan jaringan, sebagian kemudian diekspor ke Negeri Piramida.
Sejak Januari 2015 hingga Juli 2016, Mesir mengalami setidaknya 14 serangan teror didalangi oleh ISIS. Semuanya adalah serangan yang terkait langsung jaringan utama militan, artinya, ada perintah langsung dari petinggi ISIS menyerang kota-kota Mesir.
Serangan ISIS yang paling fatal adalah pemboman pesawat Metrojet asal Rusia yang mengangkut turis asing. Pesawat itu jatuh di kawasan Sharm el-Sheikh, menewaskan seluruh 224 penumpang dan kru.
ISIS bisa memiliki pengaruh cukup besar di Mesir, berkat upaya menggaet aktivis Ikhwanul Muslimin yang direpresi oleh junta militer pimpinan Presiden Abdul Fatah al-Sisi. Warga yang kecewa pada penggulingan Presiden Mohammad Mursi pada 2013, rentan direkrut ISIS. Kelompok ISIS paling besar di Negeri Piramida adalah wilayah Sinai, anggotanya mendekati 1.000 orang.Â
Militan khilafah menganggap Mesir sebagai wilayah strategis untuk menguasai Timur Tengah. Mesir merupakan pintu gerbang memasuki Israel, Yerusalem, Palestina. Jika pecah perang di daerah ini, personel ISIS yakin akan segera terjadi perang akhir zaman seperti yang mereka idam-idamkan.
Selain menyerang warga sipil, ISIS aktif menyerang anggota militer Mesir. Lebih dari 700 petugas keamanan Mesir tewas akibat penyergapan maupun bom bunuh diri anggota teroris khilafah.
Turki
Turki sebagai negara dengan populasi mayoritas muslim terbesar di perbatasan Eropa - sekaligus wilayah khilafah Islam terbesar terakhir kali berdiri - menjadi target serangan teror bom beruntun selama enam bulan pertama 2016. Sebagian besar aksi pengecut itu didalangi oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sepanjang Januari-Juni tahun ini, terjadi 11 kali serangan teror menimpa pelbagai wilayah Turki. Bom bunuh diri di Bandara Attaturk Kota Istambul pada 29 Juni lalu menjadi insiden dengan korban jiwa terbanyak, menewaskan 41 orang.
Peneliti dari Pusat Kajian Strategi dan Internasional (CSIS) Amerika Serikat, Bulent Aliriza, menyatakan faktor paling dominan dipengaruhi manuver para militan ISIS yang ingin melakukan serangan balik terhadap Turki.
Alasannya Turki membantu Koalisi Barat pimpinan Amerika Serikat menggempur basis-basis para militan khilafah di Suriah sepanjang 2015-2016. Turki mengizinkan penggunaan pangkalan udara Incirlik, sebagai basis jet tempur AS.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dianggap para militan sebagai pengkhianat karena bekerja sama dengan Amerika Serikat selaku kafir terbesar di muka bumi.
"Turki kerap terlibat dalam aksi (penyerangan ISIS) terhitung selama satu tahun dari sekarang, mereka bekerja sama dengan AS dan mencoba menangkal serangan balasan dari ISIS," kata Aliriza, dikutip dari laman USA Today.
Insiden bom bunuh diri di Bandara Internasional Ataturk, Istanbul semakin menegaskan perkiraan bahwa ISIS menggelar operasi besar menyasar kota-kota penting Turki. Amerika Serikat mengakui, dampak keterlibatan rezim Erdogan menyerang ISIS mulai makan korban di kalangan rakyat sipil mereka.
"ISIS sepertinya fokus berkampanye melawan Turki selama setahun terakhir," kata mantan Duta Besar AS untuk Turki James Jeffrey.
Yaman
Negara di kawasan jazirah Arab ini menjadi salah satu target operasi utama militan ISIS. Secara politik, Yaman sedang tidak stabil karena terjadi perang saudara.Â
Karenanya ISIS berusaha menyerang setiap pemerintahan yang sah, baik dari faksi Sunni maupun Syiah, untuk menancapkan pengaruh di negara tersebut. Sejak 2015, ISIS sudah melakukan sedikitnya 11 serangan teror di seantero Yaman. Serangan paling brutal terjadi ketika militan meledakkan diri di dua masjid Ibu Kota Sana'a, menewaskan 150 orang pada 21 Maret 2015.
Selain menyerang masjid, simpatisan ISIS berulang kali meledakkan bom di dekat antrean warga Yaman yang ingin mendaftar menjadi tentara pemerintah. Aksi-aksi nekat ini dilakukan demi mengalahkan pengaruh kelompok teror lain yang sudah bercokol lebih lama, yakni Al Qaidah Yaman.
Lembaga Kajian Politik Brookings Center for Middle East Policy mencatat beberapa alasan mengapa ISIS ngotot melakukan belasan aksi teror di Yaman. Faktor utama karena Yaman berbatasan langsung dengan Arab Saudi. Jika berhasil merebut secara signifikan wilayah Yaman, maka ISIS dapat leluasa membangun jaringan demi merebut kawasan kota suci Makkah dan Madinah.
Faktor kedua, ISIS butuh sumber minyak jarahan baru selain dari Irak dan Suriah. Alhasil, Yaman menjadi target berikutnya. Kemampuan melebarkan sumber pemasukan  baru sangat dibutuhkan ISIS manakala front pertempuran mereka meluas di nyaris seluruh benua.
Libya
Libya, selepas tumbangnya rezim Muammar Ghaddafi, mengalami vakum kekuasaan. Pemerintah yang sah saat ini tidak bisa membendung tumbuhnya pelbagai faksi berupaya merebut kekuasaan. Salah satu faksi yang menyebar cepat adalah ISIS. Militan khilafah itu berupaya membuat cabang di Benua Afrika terbesar dari Libya.
Alhasil, banyak sekali rakyat sipil Libya menjadi korban keganasan anggota ISIS. Terjadi 11 kali serangan teror, menyasar warga lokal, aparat keamanan, hingga turis asing, yang terjadi Libya. Sejak Juni 2015, ISIS berhasil merebut Kota Sirte, yang dulunya dikuasai loyalis Gaddafi.
Libya telah menjadi lebih menarik bagi para petempur asing yang terutama tiba melalui Sudan, Tunisia dan Turki. Militer Koalisi Barat bukannya tidak tahu mengenai ancaman ISIS lewat pesisir utara Afrika.
Amerika Serikat telah melancarkan serangan udara di Libya yang menyasar kelompok IS, juga dikenal sebagai ISIS. Serangan udara AS di Kota Derna di Libya pada November 2016, menewaskan pemimpin ISIS cabang Libya yang dikenal dengan julukan Abu Nabil.
ISIS telah mengambil keuntungan dari kekosongan politik dan keamanan menyusul pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemimpin negara itu, Muammar Gaddafi. Para pejabat Barat telah memperkirakan jumlah petempur ISIS menjadi sebanyak 6.000 orang.
Akhir tahun lalu para ahli dari PBB mengatakan ISIS memiliki antara 2.000 dan 3.000 petempur khusus untuk Libya saja.
Prancis
Dari seluruh negara-negara Barat, Prancis yang paling sering menjadi korban serangan militan ISIS. Baik yang memperoleh perintah langsung dari Mosul, maupun simpatisan bergerak mandiri.
Prancis pertama kali dikejutkan aksi teror terang-terangan saat kantor redaksi Charlie Hebdo diserang oleh beberapa militan. Namun otak serangan 7 Januari 2015 itu ternyata simpatisan Al Qaidah.
Hanya berselang dua hari, tepatnya pada 9 Januari 2015, Amedy Coulibaly â mengaku anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan teman Kouachi bersaudara â bertanggung jawab atas dua penembakan dan penyanderaan di pasar halal Hypercacher, Paris.
Pada 26 Juni 2015, terjadi insiden pemenggalan orang oleh simpatisan ISIS di Saint Quentin. Lantas, pada 21 Agustus 2015, seorang dengan gangguan jiwa tapi mengaku bersimpati pada perjuangan ISIS, melakukan penembakan di kereta cepat Amsterdam-Paris.
Puncaknya, teror yang benar-benar dikendalikan oleh jaringan ISIS terjadi pada 13 November 2015. Serangan terkoordinasi, mencakup penembakan serta peledakan bom, terjadi di beberapa titik Ibu Kota Paris. Hasilnya 130 orang tewas, sedangkan ratusan orang lainnya luka. Aksi teror Paris adalah yang terburuk dalam sejarah Negeri Anggur itu.
Belum reda trauma warga Prancis terhadap sepak terjang ISIS, kembali terjadi serangan truk di Kota Nice. Korban tewas mencapai 84 orang, sedangkan ratusan lainnya luka-luka.
Prancis menjadi sasaran empuk, menurut pengamat intelijen yang dikutip the Economist, akibat banyaknya imigran asing. Pengawasan orang berisiko jadi teroris sangat sulit. Ribuan pemuda asal Prancis juga berhasil direkrut bertempur demi ISIS pada kurun 2013-2015.
Selain itu, aparat Prancis terlambat memantau orang-orang radikal, sehingga mereka terlanjur memiliki jaringan besar di kota-kota Prancis. Alhasil, seorang radikal yang bergerak sendiri mudah saja melakukan teror menimbulkan banyak korban jiwa.
Pemerintah Prancis bukannya tidak sadar akan potensi tersebut. Pergelaran Piala Eropa selama Juni-Juli 2016 awalnya dijaga ketat oleh militer dan polisi. Laporan intelijen menyatakan ISIS mengincar penonton sepakbola untuk melakukan teror.
Rupanya serangan justru dilakukan sepekan setelah Piala Eropa tuntas. Presiden Prancis Francois Hollande langsung memperpanjang keadaan darurat di negara tersebut selama tiga bulan. Presiden Prancis Francois Hollande langsung memperpanjang keadaan darurat di negara tersebut selama tiga bulan dengan kode sandi Operasi Sentinelle.
"Saya bersumpah, Prancis tidak akan menyerah dalam 'perang' melawan terorisme," kata Hollande.
Â
(mdk/ard)