600 Tahanan di Negara Ini Dibebaskan karena Penjara Kepenuhan
Menteri kehakiman negara itu menyebutkan ada rencana untuk membangun penjara baru.
Pemerintah Kongo mengumumkan pembebasan 600 tahanan dari penjara utama negara pada hari Sabtu (21/9/2024) sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kepadatan di lembaga pemasyarakatan.
Menteri Kehakiman Kongo, Constant Mutamba, menyampaikan informasi tersebut dalam sebuah acara di Penjara Pusat Makala yang terletak di ibu kota, Kinshasa. Menurut laporan terbaru dari Amnesty International, Penjara Pusat Makala, yang merupakan lembaga pemasyarakatan terbesar di Kongo dengan kapasitas 1.500 orang, saat ini menampung lebih dari 12.000 narapidana, mayoritas di antaranya sedang menunggu proses persidangan.
- Penampakan Kantor Pertama Kementerian Luar Negeri, Sempat jadi Rumah Menlu Suasana Nyaman Bikin Betah
- Pemerintah Berencana Setop Sementara Penyaluran Bansos
- Kejari Serang Hentikan Penuntutan Kasus Pengembala Ternak Jadi Tersangka karena Lawan Pencuri
- Pesan Tegas Jenderal TNI ke Prajurit Jelang Pemilu 2024
Awal bulan ini, insiden percobaan pelarian di Penjara Pusat Makala mengakibatkan kematian 129 orang, termasuk mereka yang ditembak oleh petugas keamanan dan tentara, serta beberapa lainnya yang tewas dalam kerusuhan di fasilitas yang sangat padat tersebut.
Emmanuel Adu Cole, seorang aktivis hak-hak narapidana yang terkemuka di Kongo serta presiden Yayasan Perdamaian Bill Clinton setempat, memperkirakan jumlah korban jiwa bisa mencapai lebih dari 200 orang. Menteri Dalam Negeri Kongo, Jacquemin Shabani, juga mencatat di platform X awal bulan ini bahwa terdapat beberapa kasus pemerkosaan terhadap perempuan selama upaya pelarian tersebut, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
"Kami mengalami masa-masa sulit belakangan ini dengan semua kejadian yang terjadi di sini, ada pemerkosaan, kami menjadi korban, banyak dari kami yang kehilangan nyawa," ungkap Prisca Mbombo, salah satu tahanan yang dibebaskan, kepada kantor berita AP, seperti dilaporkan pada Senin (23/9). Mbombo, yang berusia 22 tahun, menghabiskan dua bulan di penjara setelah ditangkap akibat terlibat perkelahian di sebuah bar.
"Kami sangat berterima kasih atas tindakan menteri ini dan saya berjanji tidak akan pernah kembali ke tempat ini," tambahnya.
Peningkatan Jumlah Pembebasan
Para narapidana semakin merasa frustrasi dengan kondisi yang sangat buruk di fasilitas tersebut, termasuk masalah tempat tidur, makanan, dan sanitasi yang tidak memadai. Meskipun telah diingatkan, pihak berwenang tetap tidak mengambil tindakan, ujar Cole, yang yayasannya sebelumnya telah mengunjungi penjara itu.
Stanis Bujakera Tshiamala, seorang jurnalis terkemuka dari Kongo yang baru saja ditahan di penjara tersebut selama beberapa bulan, mengungkapkan bahwa kondisi di sana "sangat menyedihkan dan tidak manusiawi", serta bagaimana narapidana selalu kekurangan makanan, air, dan perawatan medis.
"Hampir 700 wanita dan ratusan anak di bawah umur diperlakukan sama seperti narapidana dewasa," tambahnya.
Pada hari Sabtu, sekitar 10 anak di bawah umur telah dibebaskan, dan Mutamba menginstruksikan otoritas penjara untuk meninjau kasus semua anak di bawah umur demi memfasilitasi lebih banyak pembebasan. Menurut wakil direktur Penjara Pusat Makala, terdapat sekitar 300 anak di bawah umur di dalam penjara tersebut.
"Saya sangat senang bisa mendapatkan kebebasan saya kembali. Saya masih muda dan bisa melanjutkan pendidikan," ungkap Munganga Mungendo, seorang remaja berusia 16 tahun yang telah menghabiskan lebih dari setahun di penjara setelah dijatuhi hukuman empat tahun karena pencurian. Mutamba juga mengonfirmasi bahwa semua narapidana yang mengalami sakit parah di Penjara Pusat Makala akan dibebaskan mulai hari Minggu.