Agama hingga orientasi seks, ini daftar jitu dapatkan suaka Eropa
Tak ada yang mau jadi pengungsi. Tapi jika ingin aplikasi suaka lebih berpeluang, berikut tiga trik utamanya
Semua manusia pasti berharap bisa tinggal di kampung halaman selama mungkin. Sayang, bagi sebagian orang, bertahan hidup di tempat kelahirannya justru kemewahan tersendiri.
Ada yang terusir dari rumahnya karena perang, konflik sektarian, perbedaan agama, dan lain sebagainya. Mereka terpaksa menuju wilayah atau negara yang lebih damai untuk memulai hidup baru.
-
Kapan Diah Permatasari berlibur ke Eropa? Ini adalah portet Diah Permatasari sedang menikmati masa liburan di luar negeri. Kali ini, dia memilih untuk menjelajahi benua Eropa. Silakan terus membaca hingga akhir, agar Anda merasakan pengalaman liburan secara virtual.
-
Bagaimana Petugas Imigrasi tersebut meninggal? Korban diduga tewas setelah terlibat cecok dengan pelaku Warga Negara asal Korea Dal Joong Kim (DJK).
-
Apa yang Diah Permatasari lakukan di Eropa? Ini adalah portet Diah Permatasari sedang menikmati masa liburan di luar negeri. Kali ini, dia memilih untuk menjelajahi benua Eropa. Silakan terus membaca hingga akhir, agar Anda merasakan pengalaman liburan secara virtual.
-
Kapan Temulawak mulai diekspor ke Eropa? Temulawak juga telah diekspor dan dimanfaatkan di Eropa sejak tahun 1963, khususnya untuk pengobatan dispepsia, infeksi, serta penyakit kulit dan liver.
-
Kenapa Petugas Imigrasi tersebut didorong? Berdasarkan hasil olah TKP, dengan menggunakan metode Sciencetif Crime Investigation (CSI) mantan Kapolres Metro Jakarta Barat itu mengatakan tersangka membunuh TS dengan cara mendorongnya dari balkon apartemen.
-
Dimana tujuan utama migrasi di Indonesia? Di Indonesia, pada masa Orde Baru, pemerintah melakukan program transmigrasi dari Pulau Jawa ke luar pulau seperti Kalimantan, Sumaera, dan Papua. Ini dilakukan dalam rangka untuk menyebarkan penduduk yang banyak berpusat di Pulau Jawa.
Mereka lah yang disebut sebagai pencari suaka. Mereka tidak bisa disamakan dengan buruh migran tanpa dokumen atau migran lain yang pindah ke negara baru karena motif ekonomi.
Jika ribuan pengungsi Suriah, ambil contoh, dua bulan terakhir berbondong-bondong ke Uni Eropa, itu karena negara-negara di sana sudah meratifikasi konvensi pengungsi tahun 1951 dan protokol 1967. Negara yang telah meratifikasi beleid tersebut harus menyediakan tempat untuk para migran yang jiwanya terancam atau terusir dari kampung halamannya.
Nah, proses mencari suaka inilah yang tidak selalu mulus. Beda negara, beda pula definisinya soal siapa yang pantas diberi hak suaka. Pintar-pintar si pencari suaka meyakinkan aparat negara induk semang sementaranya.
Celah hukum ini memicu para imigran melakukan hal-hal nekat demi memperoleh status izin mukim permanen di negara baru. Alasan mereka mulai dari terancam dihukum mati di negara asal hingga yang sulit diterima nalar.
Berikut daftar tiga alasan paling jitu yang disodorkan imigran supaya lebih sukses mendapatkan suaka di Eropa, seperti dirangkum merdeka.com:
Mengaku ateis
Inggris tahun lalu memberikan suaka kepada seorang penganut ateis asal Afghanistan berusia 23 tahun. Pemuda belum diketahui identitasnya itu khawatir jika dia dipaksa kembali ke tanah airnya maka dia akan dihukum lantaran tidak bertuhan, seperti dilaporkan the Guardian.
Kementerian Dalam Negeri Inggris menerima permintaan pemuda tidak bertuhan itu dengan alasan perlindungan. Keputusan itu juga dinilai bisa menjadi preseden buruk bagi para pemohon suaka ke Inggris. Penerimaan suaka pemuda Afganistan itu dikabulkan sebelum digelar pengadilan imigrasi.
Pemuda itu awalnya beragama Islam lalu dia kabur dari negerinya karena konflik perang. Dia tiba di Inggris pada 2007 pada usia 16 tahun. Dia mendapat izin tinggal sementara hingga 2013. Tapi selama di Inggris dia akhirnya menjadi ateis.
Kasus ini diajukan oleh kantor hukum Kent Law Clinic, sebuah lembaga bantuan hukum cuma-cuma beranggotakan pengacara-pengacara dari sekolah hukum Universitas Kent.
Mengaku LGBT
Sebuah poster di perbatasan Calais, Prancis, memberi saran dan solusi agar para imigran gelap yang kebanyakan berasal dari negara Islam dapat diterima di Inggris. Saran tersebut tergolong kontroversial karena menyuruh para imigran berpura-pura mengaku sebagai gay.Â
Poster dengan tulisan Inggris dan Arab ini juga meminta agar para imigran untuk mempersiapkan diri mereka, agar dapat berbohong dengan sempurna.
"Persiapkan cerita dengan baik dari sekarang. Kebohongan yang Anda ciptakan juga harus sesuai dengan keadaan (pemerintah Inggris)," jelas poster tersebut, seperti dilansir dari koran Daily Mail, Rabu (5/8).
Pemerintah Inggris memberikan suaka kepada imigran hanya untuk kategori tertentu, yaitu alasan konflik dalam negeri, agama dan kecenderungan seksual, seperti gay.Â
Selama tiga tahun terakhir, setidaknya ada sekitar 6.494 imigran gelap yang hendak menyelinap ke Inggris dari Prancis dengan menggunakan truk.Â
Pindah agama
Muncul tren pindah agama di kalangan imigran Timur Tengah yang berupaya mencari suaka di Jerman. Penelusuran kantor berita Associated Press, Sabtu (5/9), menunjukkan cukup banyak imigran yang sebelumnya memeluk Islam, memilih masuk Kristen setibanya di Jerman. Dengan berpindah agama maka alasan pengajuan suaka bahwa mereka berisiko dieksekusi mati seandainya dideportasi ke kampung halaman, berpeluang besar diterima.
Di Ibu Kota Berlin, setidaknya 80 imigran antre dibaptis di Gereja Trinitas. Gereja Lutheran di Kota Hannover melaporkan kondisi serupa, dengan mayoritas pendatang asal Iran mengajukan permohonan pindah agama.
Salah satu keluarga imigran yang baru saja pindah agama adalah Mohammed Ali Zonoobi. Pengungsi asal Kota Shiraz, Iran, ini awal pekan ini dibaptis di Gereja Trinitas Kota Berlin. Dia sekarang punya nama baru Martin.
Martin mengajak seluruh keluarganya, istri dan dua anaknya, untuk ikut pindah agama. Martin membantah masuk Kristen hanya demi dapat suaka. Sebaliknya, sang istri Afsaneh, berpendapat lain. "Dengan begini anak kami bisa punya masa depan lebih baik dan berpeluang merasakan pendidikan yang bermutu di Jerman."
Imigran Iran lainnya, Vesam Heydari, membenarkan motif suaka itu. Heydari yang memang beragama Kristen, pada 2009 mengajukan suaka kepada pemerintah Norwegia, tapi ditolak.
Dia lalu beralih ke Jerman karena kabarnya alasan ancaman kebebasan beragama biasanya diterima. Sesampainya di Negeri Panzer, dia kaget karena sudah banyak imigran lain yang memakai alasan serupa. Heydari merasa dirugikan, karena sebagai penganut Kristen asli malah harus mengantre evaluasi suaka gara-gara banyak yang pindah agama mendadak.
"Mereka tidak tulus (pindah agama), alasannya jelas untuk bisa tetap tinggal di Jerman," tudingnya.
(mdk/ard)