Anak-anak Gaza yang Paling Berat Menanggung Derita Akibat Kekerasan Terbaru Israel
Suzy Ishkontana sulit bicara maupun makan. Telah dua hari sejak bocah perempuan 7 tahun itu ditarik dari reruntuhan rumah keluarganya, yang hancur akibat serangan udara Israel. Dia terperangkap berjam-jam di dalam reruntuhan sementara saudara-saudara dan ibunya meninggal di dekatnya.
Suzy Ishkontana sulit bicara maupun makan. Telah dua hari sejak bocah perempuan 7 tahun itu ditarik dari reruntuhan rumah keluarganya, yang hancur akibat serangan udara Israel. Dia terperangkap berjam-jam di dalam reruntuhan sementara saudara-saudara dan ibunya meninggal di dekatnya.
Anak-anak mengalami trauma mendalam akibat bombardir Israel di Jalur Gaza. Bagi beberapa anak, mereka mengalami trauma berulang kali sepanjang hidup mereka yang singkat itu.
-
Apa yang dituduhkan Hamas terhadap pemerintah AS terkait serangan terbaru di Jalur Gaza? Hamas mengonfirmasi serangan ini pada Selasa, menuding pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas kelanjutan perang "pemusnahan" terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
-
Kapan agresi Israel di Jalur Gaza dimulai? Sejak agresinya dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh 37.626 orang, sekitar 75 persen di antaranya adalah anak-anak, wanita dan orang tua.
-
Apa yang terjadi pada anak-anak Palestina di Jalur Gaza? Menurut laporan Save The Children, diperkirakan 21.000 anak Palestina hilang dalam agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Banyak yang terperangkap di bawah reruntuhan, ditahan, dikubur di kuburan tanpa tanda, atau hilang dari keluarga mereka.
-
Siapa yang mengkritik tindakan Israel di Jalur Gaza? Aktor pemenang Oscar asal Spanyol, Javier Bardem, mengecam keras Israel pada Jumat (20/9) karena tindakan brutal mereka di Jalur Gaza, Palestina yang kini hancur lebur.
-
Kapan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza dimulai? Gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza akan dimulai pada Jumat pukul 7 pagi waktu setempat, dengan gelombang pertama sandera akan dibebaskan pada pukul 4 sore, demikian keterangan juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari kemarin.
-
Apa yang dilakukan Israel terkait perang dengan Hamas? Menteri Keamanan Nasional Israel, Itmar Ben-Gvir mengatakan, pemerintah Israel akan membagikan 4.000 pucuk senapan serbu.
Ini adalah keempat kali dalam 12 tahun Israel dan Hamas, yang berkuasa di Gaza, bertempur. Setiap kali, Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza yang padat dan Hamas meluncurkan serangkaian roket ke Israel.
Menurut pejabat kesehatan Gaza, sedikitnya 63 anak-anak berada di antara 217 warga Palestina yang terbunuh di Gaza sejak pertempuran meletus pada 10 Mei. Di pihak Israel, 12 orang tewas oleh roket Hamas, salah satunya bocah laki-laki berumur 5 tahun.
Video-video dari Gaza yang beredar di media sosial menunjukkan penderitaan korban selamat yang kehilangan anggota keluarga mereka dalam serangan tersebut.
“Mereka berempat! Di mana mereka? Empat!” ratap seorang ayah di luar rumah sakit setelah mengetahui empat anak-anaknya terbunuh, dikutip dari AP, Rabu (19/5).
Video lain menunjukkan seorang bocah laki-laki menjerit, “Baba,” saat dia berlari menyusul para pelayat yang menggotong jenazah ayahnya ke pemakaman.
Keluarga Ishkontana terkubur di bawah puing-puing rumah mereka pada Minggu pagi, setelah Israel mengembom Kota Gaza dengan dalih menargetkan jaringan terowongan Hamas. Serangan itu dilakukan tanpa peringatan.
Riad Ishkontana mengisahkan kepada AP, bagaimana dia terkubur selama lima jam di bawah reruntuhan, terjepit di bawah beton, tidak bisa menjangkau istri dan lima anaknya.
“Saya mendengar suara mereka di bawah puing-puing. Saya mendengar Dana dan Zain memanggil, ‘Ayah! Ayah!’ sebelum suara mereka menghilang dan saya menyadari mereka telah meninggal,” ujarnya, merujuk ke dua anaknya.
Setelah dia diselematkan dan dibawa ke rumah sakit, keluarga dan staf rumah sakit berusaha menyembunyikan kabar duka itu.
“Saya tahu tentang kematian mereka satu demi satu,” ujarnya.
Akhirnya, Suzy ditemukan masih hidup, putri kedua dari tiga putrinya dan dua putra, dan hanya satu-satunya anaknya yang selamat.
Walaupun Suzy hanya mengalami sedikit luka fisik setelah tujuh jam terjebak di bawah reruntuhan, bocah mungil itu menderita trauma dan syok parah, menurut dokter anak yang merawatnya, Dr. Zuhair Al-Jaro.
Rumah sakit tidak bisa memberikannya perawatan psikologi yang dia butuhkan karena pertempuran yang masih berlangsung.
“Dia mengalami depresi berat,” ujarnya.
Dia baru mau makan pada Selasa, setelah dia diizinkan bertemu sepupunya di luar rumah sakit.
Saat ayahnya diwawancara AP, Suzy duduk di dekatnya, diam dan mengamati wajah orang-orang di ruangan itu tapi jarang melakukan kontak mata. Ketika ditanya dia ingin menjadi apa saat besar nanti, dia membuang muka. Ketika ayahnya mulai menjawab untuknya, mengatakan Suzy ingin jadi dokter, anak itu mulai menangis.
Ishkontana (42) yang baru-baru ini berhenti bekerja sebagai pramusaji karena lockdown virus corona, mengatakan Suzy anak yang pintar dan melek teknologi dan menyukai ponsel pintar dan tablet.
“Dia mengeksplorasi, dia lebih pintar memainkannya daripada saya,” ujarnya.
Suzy juga suka belajar dan mengumpulkan saudara-saudaranya untuk main sekolah-sekolahan dan dia menjadi gurunya.
Serangan pada Minggu pagi itu menargetkan terowongan Hamas di bawah Kota Gaza, kata militer Israel. Pesawat tempur mengebom Jalan Al-Wahda, salah satu jalan raya komersil tersibuk di kota itu, berdekatan dengan bangunan apartemen yang berisi toko, toko kue, kafe, toko elektronik di lantai dasarnya.
Tiga bangunan roboh, dan beberapa orang dari sedikitnya tiga keluarga terbunuh. Dari 42 orang yang tewas, di antaranya 10 anak-anak dan 16 perempuan.
Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan 11 anak-anak yang tewas dalam pertempuran ini telah menjalani program psiko-sosial untuk membantu anak-anak menghadapi trauma akibat menjadi korban kekerasan. Di antara mereka adalah kakak Suzy, Dana (8).
“Ini empat kalinya bagi sebagian besar mereka mengalami bombardir di sekitar rumah mereka,” kata manajer lapangan Dewan Dengungsi Norwegia, Hozayfa Yazji.
Para orang tua di Gaza dengan putus asa berusaha menenangkan anak-anak mereka yang ketakutan, saat bom dilepaskan, mengatakan kepada anak-anak mereka itu hanyalah kembang api atau menghibur mereka.
“Kekerasan tentu akan berdampak pada psikologi anak-anak ini,” kata Yazji.
“Kami memperkirakan bahwa situasi akan memburuk dan lebih banyak anak-anak yang membutuhkan lebih banyak dukungan.”
Dewan ini bekerja sama dengan 118 sekolah di Gaza, menjangkau lebih dari 75.000 siswa melalui Better Learning Program. Program ini melatih para guru menangani anak-anak yang trauma dan melakukan kegiatan seru untuk mengatasi stres mereka. Dewan ini juga melakukan kunjungan rumah untuk memberikan bantuan pada anak-anak.
Sekjen Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland, menyerukan gencatan senjata segera.
“Selamatkan anak-anak ini dan keluarga mereka. Berhenti bom mereka sekarang,” tegasnya.
Tapi dia mengatakan, dalam jangka panjang pentingnya mengakhiri blokde Gaza dan pendudukan wilayah Palestina. Ini menurutnya penting jika ingin mencegah lebih banyak kematian dan trauma anak-anak.
(mdk/pan)