Bayi Tujuh Bulan di Gaza Meninggal karena Kelaparan, Kondisinya Menyedihkan Hanya Tinggal Tulang Berbalut Kulit
Israel disebut sengaja menciptakan kelaparan di Jalur Gaza sebagai senjata perang.
Israel disebut sengaja menciptakan kelaparan di Jalur Gaza sebagai senjata perang.
- Serangan Udara Israel Tewaskan 17 Warga Palestina di Gaza, Termasuk 4 Anak-Anak dan Satu Bayi Kepalanya Terpenggal
- Israel Bunuh Bayi Palestina Berusia 1,5 Tahun, Kondisi Jasadnya Sungguh Menyedihkan Hangus Terbakar
- VIDEO Bayi 2 Bulan di Gaza Sekarat karena Kelaparan Akibat Blokade Israel Larang Masuk Bantuan Makanan
- Tentara Israel Culik Bayi Palestina dari Jalur Gaza Setelah Orang Tuanya Tewas Akibat Serangan Bom
Bayi Tujuh Bulan di Gaza Meninggal karena Kelaparan, Kondisinya Menyedihkan Hanya Tinggal Tulang Berbalut Kulit
Kembali terjadi seorang bayi Palestina di Jalur Gaza meninggal karena kelaparan dan gizi buruk. Bayi malang bernama Fayez Abu Ataya itu meninggal pada Jumat (30/5) di Rumah Sakit Al-Aqsa, Deir al-Balah, Gaza tengah.
Fayez telah terbaring lemah di rumah sakit selama berhari-hari karena kekurangan susu dan obat-obatan akibat blokade Israel. Israel membatasi bantuan yang masuk ke wilayah Gaza, membiarkan truk bantuan parkir berminggu-minggu di dekat perbatasan Rafah.
Sejumlah pihak menyebut Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, sengaja membiarkan rakyat Palestina di Gaza kelaparan dengan membatasi masuknya bantuan kemanusiaan.
Kondisi Fayez sangat menyedihkan.
Tubuhnya sangat kurus, yang tampak hanya tulang yang berbalut kulit.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, ayah Fayez mengatakan pernah meminta agar anaknya dipindah ke luar Gaza agar mendapatkan perawatan, tapi mereka tidak bisa pergi karena perbatasan ditutup.
Fayez juga pernah dioperasi oleh delegasi tim medis. Dia membutuhkan susu, makanan, dan suplemen bergizi lainnya namun tidak tersedia.
"Dia menjadi tengkorak karena pengepungan ini," ujarnya.
"Alhamdulillah, dia lahir saat perang, di sekolah (pengungsian), dan dia syahid di sini di rumah sakit. Kami menemukannya pagi ini dala kondisi ini, seperti setangkai bunga," tambahnya, seperti dilansir laman Jacobin.
"Bayi Fayez Abu Ataya meninggal akibat gizi buruk dan kurangnya pengobatan medis di Deir al-Balah," kata seorang sumber medis kepada wartawan.
Sumber ini menambahkan, obat-obatan di Gaza langka karena ditutupnya perbatasan oleh penjajah Israel.
"Bayi Fayez butuh susu dan obat khsusu, yang tidak lagi tersedia di Gaza."
Sebelumnya pada Maret lalu, seorang anak berusia 10 tahun, Yazan al-Kafarneh juga meninggal karena kelaparan. Yazan meninggal di sebuah rumah sakit di Rafah setelah terbaring berhari-hari di rumah sakit. Pada Februari, seorang bayi dua bulan, Mahmoud Fattouh juga meninggal karena kelaparan di Gaza utara.
Sejauh ini, sekitar 30 anak-anak dan bayi Palestina meninggal karena kelaparan yang disebabkan blokade Israel di Jalur Gaza.
World Food Programme (WFP) melaporkan, operasi kemanusiaan di Gaza hampir runtuh, memperingatkan "jika makanan dan pasokan bantuan kemanusiaan tidak segera masuk ke Gaza dalam jumlah besar, keputusasaan dan kelaparan akan menyebar."
Bulan lalu, organisasi pemantau HAM Israel, B'Tselem menerbitkan laporan yang menyatakan Israel sengaja menciptakan kelaparan di Gaza.
"Kelaparan parah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir di Jalur Gaza bukan takdir, tapi produk kebijakan Israel yang disengaja dan disadari. Itu telah secara terbuka diumumkan para pembuat kebijakan, termasuk anggota kabiner perang Israel, sejak awal perang," jelas organisasi tersebut.