Utusan WHO Bawa Kabar Sedih dari Gaza, Semua karena Kebiadaban Israel
Akses kemanusiaan ke Gaza dibatasi, WHO peringatkan kondisi kritis rumah sakit.
Utusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Gaza dan Tepi Barat, Dr. Rik Peeperkorn, menyatakan bahwa akses kemanusiaan ke Gaza pada Senin (4/11) terus dibatalkan atau dihambat oleh Israel. Dalam pengarahan virtual kepada wartawan di New York, Peeperkorn menegaskan bahwa situasi di Gaza semakin kritis dan memerlukan perhatian segera.
Dr. Peeperkorn, yang baru saja kembali dari misi ke Gaza utara, mengungkapkan ia telah berpartisipasi dalam empat misi, termasuk dua misi ke fasilitas kesehatan di Kota Gaza. Ia menekankan bahwa lebih banyak usaha diperlukan untuk mengatasi krisis ini, terutama karena beberapa rumah sakit di Gaza terancam tidak dapat beroperasi jika bantuan kemanusiaan tidak segera tiba.
Kondisi Rumah Sakit Memprihatinkan
Peeperkorn menyatakan situasi di Gaza bagian utara begitu dramatis dan menyedihkan. Menurutnya, tiga rumah sakit yang ada di sana, yaitu Kamal Adwan, al-Awda, dan rumah sakit Indonesia, mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan.
Rumah sakit Indonesia sudah tidak berfungsi, sementara Kamal Adwan dan al-Awda hanya beroperasi secara minimal.
"Saya hanya ingin menekankan betapa dramatisnya situasi di bagian utara Gaza, setidaknya, sekarang ini," katanya dilansir VOA Indonesia, Selasa (5/11/2024).
Jika WHO tidak diizinkan untuk melaksanakan misi bantuan lebih lanjut, Peeperkorn memperingatkan rumah sakit tersebut akan segera berhenti beroperasi.
Ia menambahkan bahwa dari banyak misi yang direncanakan, hanya tujuh yang diizinkan selama bulan Oktober, sementara yang lainnya ditolak oleh Israel tanpa penjelasan yang jelas.
Serangan Terhadap Fasilitas Medis
Fasilitas medis di Gaza juga terus menjadi sasaran serangan. Menurutnya, tak lama misi WHO meninggalkan RS Kamal Adwan langsung dibombardir Israel.
"Tidak lama setelah misi WHO meninggalkan Kamal Adwan, terdapat laporan bahwa fasilitas tersebut dihantam kembali, melukai enam anak-anak, dan seorang anak mengalami luka kritis," ujar Peeperkorn.
Kejadian ini menunjukkan betapa rentannya situasi di lapangan dan dampak serius yang ditimbulkan terhadap kesehatan masyarakat.
Serangan Israel yang terus berlanjut dan kurangnya akses kemanusiaan juga menghambat upaya vaksinasi polio yang digalakkan oleh UNICEF dan WHO. Kampanye vaksinasi ini sangat penting, terutama setelah seorang bocah lelaki berusia 10 bulan menjadi kasus pertama polio yang dikonfirmasi di Gaza pada awal tahun ini.
Upaya Vaksinasi yang Tertunda
Peeperkorn menjelaskan bahwa meskipun beberapa tim berhasil melakukan vaksinasi, mereka masih jauh dari target yang ditetapkan.
"Target untuk bagian utara adalah 190.000 anak, dan setelah dua hari pertama, kami telah memvaksinasi lebih dari 90.000, hampir 94.500 anak-anak berusia di bawah 10, yang merupakan hampir 80% dari target," ungkapnya.
Selain itu, 75.000 anak juga menerima vitamin A, menunjukkan kemajuan yang lebih baik dibandingkan dengan kampanye sebelumnya.
Kampanye vaksinasi dosis kedua yang berskala kecil dimulai pada hari Sabtu di beberapa bagian Gaza utara. Namun, kampanye ini telah tertunda sejak 23 Oktober lalu akibat kurangnya akses, serangan bom, dan perintah evakuasi massal yang membuat situasi semakin sulit.
Harapan untuk Misi Selanjutnya
Peeperkorn menekankan pentingnya misi kemanusiaan yang akan datang untuk menyelamatkan rumah sakit yang masih beroperasi.
"Jika kami tidak diizinkan, rumah sakit itu akan segera berhenti beroperasi juga," tegasnya.
WHO berencana untuk mengirimkan bantuan termasuk bahan bakar, pasokan medis, darah, makanan, dan air untuk pasien dan staf kesehatan, dengan harapan dapat difasilitasi oleh pihak berwenang setempat.
Situasi di Gaza terus memburuk, dan akses kemanusiaan yang terbatas membuat upaya penyelamatan nyawa semakin sulit. Peringatan dari WHO menjadi pengingat penting bahwa tindakan segera diperlukan untuk mencegah krisis kesehatan yang lebih besar di wilayah tersebut.