Bermusuhan Sejak Lama, Begini Upaya AS Selamatkan Tentaranya yang Kabur ke Korea Utara
Seorang tentara Amerika Serikat bernama Travis King masuk ke Korea Utara dengan sengaja dan tanpa izin.
Bermusuhan Sejak Lama, Begini Upaya AS Selamatkan Tentaranya yang Kabur ke Korea Utara
Bermusuhan Sejak Lama, Begini Upaya AS Selamatkan Tentaranya yang Kabur ke Korea Utara
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara tidak pernah stabil sejak lama. Kedua negara ini telah lama bermusuhan. Upaya diplomasi yang coba dibangun mantan Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un beberapa tahun lalu gagal.
Kini pemerintah AS tengah dibikin pusing karena tentaranya tiba-tiba kabur ke Korea Utara. Nasib tentara bernama Travis King itu juga belum jelas sampai saat ini. Foto: Travis King Sumber: Reuters
- Dua Bulan Kabur ke Korea Utara, Tentara Amerika Akhirnya Dideportasi
- Korut Klaim Tentara Kulit Hitam AS yang Kabur ke Negaranya Minta Perlindungan dari Diskriminasi Rasial
- Tentara Amerika Nekat Kabur ke Korea Utara, Begini Nasibnya
- FOTO: Ini Garis Perbatasan Korsel dan Korut di Panmunjom yang Diterobos Tentara Amerika Serikat
Kendala Utama
Kendala utama dalam menyelamatkan tentaranya adalah AS tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Akibatnya, AS bergantung dengan bantuan negara lain untuk bernegosiasi dengan Pyongyang bagaimana memulangkan tentara tersebut. Diyakini Travis King (23) saat ini ditangkap dan diperiksa otoritas Korea Utara.
Menurut Direktur Eksekutif Richardson Center for Global Diplomacy, Mickey Bergman, kesempatan paling baik untuk membebaskan tahanan adalah tidak lama setelah penangkapan, ketika tahanan ini diinterogasi oleh otoritas negara setempat, sebelum dijatuhkan dakwaan pidana seperti mata-mata.
Bantuan Swedia
Dikutip dari BBC, Jumat (28/7), AS dibantu oleh Swedia untuk berkomunikasi dengan pejabat Korea Utara karena Swedia memiliki kantor kedutaan besar di Pyongyang.
Jalur Belakang
AS juga melakukan upaya negosiasi melalui jalur belakang. Korea Utara memiliki perwakilan di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Pada masa-masa krisis, misi atau perwakilan ini yang disebut New York Channel, menjadi jalur bagi pejabat dari kedua negara untuk menggelar perundingan.
Diplomasi Pinggiran
Meskipun Richardson Center tidak terlibat dalam kasus Travis King, Bergman mengatakan berdasarkan pengalamannya, ketika datang ke Korea Utara, tidak ada buku pedoman untuk negosiasi. Sebaliknya, katanya, yang terbaik adalah melakukan pendekatan "diplomasi pinggiran".
Organisasi nirlaba AS dan lembaga kemanusiaan telah memberikan bantuan kepada warga Korea Utara selama beberapa dekade. Ketika jalur resmi macet, jalur belakang non-pemerintah ini sering dipanggil untuk bernegosiasi atas nama keluarga tahanan. Menurut Bergman, terpisahnya NGO dari pemerintah AS ini merupakan suatu keuntungan karena ini negosiasi hanya fokus ke keselamatan dan pemulangan tahanan, bukan politik global.
Bergman juga mengatakan hal ini semakin rumit karena Korea Utara masih memberlakukan larangan kunjungan dan menutup perbatasannya sejak pandemi Covid-19 sampai saat ini.
Foto: Travis King (kaos hitam dan topi hitam) saat mengikuti tur di perbatasan Korea Utara, sebelum kabur melewati perbatasan. Sumber: Reuters
"Korea Utara satu-satunya negara di dunia di mana berlaku larangan perjalanan, ilegal bagi orang Amerika untuk berkunjung. Orang Korea Utara menganggap hal itu sebagai hinaan."
Mickey Bergman, Direktur Eksekutif Richardson Center for Global Diplomacy.
Sumber: BBC