Berusia 9.400 Tahun, Ini Bangunan Tertua yang Masih Berdiri Sampai Sekarang
Menurut UNESCO, aktivitas manusia di Catalhoyuk mulai sekitar tahun 7.400 SM dan berlangsung lebih dari 2.000 tahun.
Situs arkeologi di Catalhoyuk, Turki berusia sekitar 9.400 tahun. Tempat ini merupakan lokasi banguna-bangunan yang dibuat manusia ribuan tahun lalu dan masih berdiri hingga hari ini.
Menurut UNESCO, aktivitas manusia di Catalhoyuk mulai sekitar tahun 7.400 SM dan berlangsung lebih dari 2.000 tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Sarsina? Para arkeolog di Italia telah berhasil mengungkapkan sebuah penemuan menakjubkan di kota Sarsina. Penemuan ini diumumkan Kementerian Kebudayaan Italia (MIC) dalam keterangan persnya.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Kastil Ayanis? Para arkeolog menemukan beberapa artefak bela diri saat melakukan penggalian di sebuah kastil kuno di Turki. Artefak bela diri tersebut berisi tiga perisai perunggu, baju besi, dan sebuah helm perunggu yang berasal dari 2.700 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Inggris? Baru-baru ini arkeolog menemukan kapak genggam prasejarah di Inggris. Ilmuwan takjub dengan ukuran perkakas berusia 300.000 tahun ini, yang dinilai sangat besar.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di kota kelahiran Sinterklas? Para arkeolog menemukan sejumlah hiasan plakat kaca dengan desain yang sangat indah saat menggali di kota kelahiran Sinterklas.
Satu-satunya situs yang diketahui lebih tua dari bangunan di Catalhoyuk adalah permukiman kuno Gobekli Tepe, dibangun sekitar 11.500 tahun lalu. Kedua lokasi ini berlokasi di Turki selatan, walaupun dua situs ini tampaknya dibangun oleh dua kebudayaan yang sangat berbeda.
Periode ini merupakan babak penting dalam sejarah manusia ketika orang-orang beralih dari kelompok pemburu-pengumpul nomaden menjadi kelompok yang mulai melakukan aktivitas berladang.
Para arkeolog umumnya meyakini bahwa organisasi dan kekayaan materi diperlukan untuk membangun permukiman semacam ini yang hanya bisa dicapai setelah masyarakat maju dalam pertanian.
"Hari ini kita tahu bahwa Çatalhöyük bukanlah komunitas pertanian paling awal atau terbesar di Anatolia dan Levant; namun, itu adalah peserta utama dalam perubahan budaya dan ekonomi yang melanda Timur Dekat pada Periode Neolitikum. Lokasinya yang strategis di Anatolia menjadikannya jembatan penyebaran gaya hidup Neolitikum ke Eropa dan sekitarnya," jelas UNESCO, dikutip dari IFL Science, Rabu (7/6).
Situs ini digambarkan sebagai “pemukiman rumah tanpa jalan yang berkelompok saling membelakangi dengan akses atap ke dalam bangunan.”
Permukiman ini cukup luas, sekitar 34 hektar. Karena luasnya ini, para peneliti meyakini permukiman ini pernah dihuni populasi 3.000 hingga 8.000 orang.
Hewan jelas memiliki arti penting di kota ini. Tulang hewan di daerah tersebut menunjukkan bahwa hewan dibudidayakan di sini, terutama domba dan kambing. Banyak dinding juga ditutupi lukisan indah yang menggambarkan semua jenis lukisan binatang buas pemakan daging.
Ada juga karya seni yang disebut Wanita Duduk dari Çatalhöyük, patung tanah liat seorang perempuan telanjang yang duduk di singgasana, yang memiliki dua sandaran tangan berbentuk kucing besar. Ahli menafsirkan sosok itu sebagai Ibu Dewi yang subur dalam proses melahirkan, meskipun yang lain percaya itu menggambarkan seorang wanita lokal tua dengan status sosial yang tinggi.
Çatalhöyük pertama kali ditemukan pada tahun 1958 oleh tim yang dipimpin oleh arkeolog Inggris James Mellaart. Setelah terlibat dalam sejumlah skandal pemalsuan, Mellaart dilarang dari Turki dan penelitian di situs tersebut dibekukan hingga tahun 1990-an.
(mdk/pan)