Dokter di India Menangis Memohon Bantuan Oksigen untuk Pasiennya: Mereka Bisa Mati
“Saya minta tolong kirim oksigen kepada kami. Kirimkan oksigen untuk pasien-pasien kami. Tolong kirim oksigen kepada kami."
Sejumlah rumah sakit di Delhi, India, terus mengirimkan pesan putus asa memohon pengiriman oksigen darurat pada akhir pekan lalu, memperingatkan bahwa banyak pasien dalam bahaya.
Krisis Covid di India mulai dua pekan lalu namun belum ada tanda-tanda mereda.
-
Di mana UMKM di Bontang terdampak oleh pandemi Covid-19? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
Sedikitnya 12 pasien, termasuk seorang dokter, meninggal ketika sebuah rumah sakit ternama kehabisan oksigen pada Sabtu lalu. Di luar rumah sakit, keluarga pasien yang tidak bisa mendapatkan tempat tidur berjuang mendapatkan tabung portabel – terkadang berdiri dalam antrean sampai 12 jam.
Beberapa rumah sakit besar di Delhi bergantung pada persediaan oksigen harian tapi mereka tidak mendapatkan pasokan yang cukup sebagai cadangan saat terjadi hal darurat.
Salah seorang dokter menyebut situasi itu menakutkan. Situasi lebih buruk di rumah sakit-rumah sakit kecil yang tidak punya tangki persediaan dan harus bergantung pada tabung-tabung besar. Krisis oksigen ini datang ketika kasus virus corona mengalami lonjakan.
Dr Gautam Singh, yang mengelola rumah sakit Shri Ram Singh, mengatakan dia memiliki 50 tempat tidur pasien Covid dan ruangan untuk 16 pasien ICU, tapi menolak menerima pasien karena tidak ada jaminan pasokan oksigen.
Dia telah menghubungi panggilan darurat dalam beberapa hari terakhir, mendapatkan oksigen tepat pada waktunya untuk menghindari bencana.
“Ini pertarungan yang kami perjuangkan setiap hari,” ujarnya, dikutip dari BBC, Rabu (5/5).
“Setengah dari pegawai rumah sakit saya sedang di jalan membawa tabung untuk diisi ulang setiap hari, pergi dari satu tempat ke tempat lainnya.”
Dalam unggahan Twitter wartawan BBC India, Vikas Pandey, menampilkan video Dr Singh yang memohon persediaan oksigen sambil menangis.
“Saya minta tolong kirim oksigen kepada kami. Kirimkan oksigen untuk pasien-pasien kami. Tolong kirim oksigen kepada kami. Tolong jangan persulit pasien kami. Mereka bisa mati. Mereka butuh oksigen, kami tidak bisa menyelamatkan mereka, tolong,” ujarnya sambil menangis.
Dr Singh mengatakan, memikirkan kemungkinan pasien mati tanpa oksigen di rumah sakitnya membuatnya tak bisa tidur.
Hear from the head of the hospital. This was two days ago and he got help. But more can be done. pic.twitter.com/geGzPeppxZ
— Vikas Pandey (@BBCVikas) April 28, 2021
Panggilan SOS
Rumah sakit lain juga menghadapi kesulitan yang sama.
Seorang perempuan yang keluarganya memiliki sebuah rumah sakit di Delhi mengatakan tidak ada koordinasi antara pihak berwenang ketika krisis mulai.
“Selama beberapa hari itu, kita tidak tahu siapa orang yang paling relevan yang bisa dihubungi dan siapa pihak berwenang yang menangani masalah ini,” ujarnya.
Dia mengatakan situasi saat ini sedikit lebih baik tapi masih ada ketidakpastian terkait pasokan oksigen yang berdampak kemampuan mereka menerima lebih banyak pasien.
“Setiap kali seseorang menghubungi menanyakan apakah ada petunjuk ketersediaan tempat tidur oksigen, saya merasa ketakutan setiap mengatakan tidak karena saya tidak punya,” jelasnya.
Panggilan SOS dari berbagai rumah sakit, khususnya rumah sakit kecil yang bergantung pada tabung dan tidak punya tangki penyimpanan, datang hampir setiap hari.
Kepala Menteri Delhi, Arvind Kejriwal telah berulang kali mengatakan kota itu tidak mendapatkan cukup oksigen dari pemerintah federal, yang mengalokasikan kuota oksigen untuk negara bagian.
Pemerintah federal mengklaim tidak ada kelangkaan oksigen, tapi kendalannya adalah transportasi.
Pada Sabtu, pengadilan Delhi mengatakan, “cukup ya cukup”.
“Kalian (pemerintah) harus menata segala hal sekarang. Kalian telah menentukan alokasi. Kalian harus memenuhinya.”
Rakyat harus menanggung akibatnya
Tapi situasi di lapangan masih mengerikan.
“Rakyat harus menanggung akibatnya karena perselisihan politik antara negara bagian dan pemerintah federal. Terkadang harga yang harus dibayar adalah nyawa mereka,” kata salah seorang pengamat.
Para keluarga yang berusaha mendapatkan tempat tidur rumah sakit sangat tertekan karena ketidakpastikan pasokan oksigen.
48 jam terakhir menjadi sangat menyiksa bagi Altaf Shamsi. Dia dan seluruh keluarganya dites positif Covid-19 pekan lalu.
Istrinya yang sedang hamil semakin parah dan harus dipindah ke rumah sakit di mana dia melahirkan bayi perempuan pada Jumat lalu. Beberapa jam setelah komplikasi persalinan, dia harus dipasangkan ventilator, di mana dia tetap dalam kondisi kritis.
Altaf kemudian diberitahu kalau ayahnya meninggal di rumah sakit lain, pada saat yang sama rumah sakit di mana istri dan bayinya dirawat di sebuah ICU kehabisan oksigen.
Rumah sakit akhirnya mendapatkan pasokan darurat, tapi Altaf khawatir masalah itu bisa muncul lagi.
“Siapa yang tahu apa yang akan terjadi besok?” kata dia.
Dan di samping kekhawatiran terkait oksigen, rumah sakit memintanya agar memindahkan istrinya ke fasilitas lain, mengatakan mereka tidak punya cukup pegawai. Artinya dia harus mengawasi kadar oksigen dan demam istrinya.
“Kalian bahkan tidak bisa membayangkan rasa sakit yang sedang saya hadapi,” kata dia.
(mdk/pan)