Dunia Kutuk Israel Atas Kekerasan terhadap Warga Palestina di Masjid Al-Aqsa
Sejumlah negara dan lembaga internasional mengutuk kekerasan polisi Israel terhadap jemaah di masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Lebih dari 200 warga Palestina terluka di luar masjid Al-Aqsa di wilayah Yerusalem Timur yang diduduki ketika polisi Israel menembakkan peluru logam berlapis karet, gas air mata, dan granat setrum ke arah para pengunjuk rasa yang bersenjatakan batu.
Puluhan ribu jemaah sebelumnya telah berkumpul di masjid tersebut pada Jumat terakhir bulan Ramadan dan banyak dari mereka tetap diam di sana untuk berunjuk rasa menentang rencana Israel menggusur keluarga Palestina dari rumah mereka di tanah yang diklaim pemukim Yahudi di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur.
-
Apa yang dilakukan militer Israel kepada kantor jaringan Al-Aqsa? Kantor-kantor jaringan Al-Aqsa telah dibom oleh jet-jet tempur Israel selama serangan-serangan sebelumnya di Gaza.
-
Mengapa peristiwa Pembantaian Al-Aqsa terjadi? Kengerian penuh dari pembunuhan massal di Temple Mount hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan rasisme dan penindasan sehari-hari yang dihadapi oleh warga Palestina di wilayah pendudukan, termasuk Yerusalem Timur.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa Pembantaian Al-Aqsa? Warga Palestina di area Temple Mount mulai melemparkan batu ke arah orang-orang Yahudi yang sedang beribadah ke arah Tembok Ratapan di bawah. Satu-satunya pasukan keamanan yang hadir, 40 orang dari polisi perbatasan Israel paramiliter, menggunakan peluru tajam untuk menghalau warga Palestina.
-
Apa masalah utama yang memicu konflik Israel dan Palestina? Konflik Palestina dan Israel, hingga kini masih menjadi isu kemanusiaan yang belum berakhir. Konflik yang bermula sejak tahun 1947 ini bahkan masih sering memanas. Di mana penduduk Israel terus berusaha menguasai wilayah yang seharusnya menjadi hak dari warga negara Palestina.
-
Dimana peristiwa Pembantaian Al-Aqsa terjadi? Pembantaian Al-Aqsa 1990 Juga dikenal sebagai Senin Hitam, pembantaian berlangsung di kompleks Al-Aqsa di Bukit Bait Suci, Yerusalem pada pukul 10:30 pada hari Senin, 8 Oktober 1990 sebelum salat Zuhur pada tahun ketiga Hari Raya Pertama Intifada.
-
Kapan tepatnya peristiwa Pembantaian Al-Aqsa terjadi? Pembantaian Al-Aqsa 1990 Juga dikenal sebagai Senin Hitam, pembantaian berlangsung di kompleks Al-Aqsa di Bukit Bait Suci, Yerusalem pada pukul 10:30 pada hari Senin, 8 Oktober 1990 sebelum salat Zuhur pada tahun ketiga Hari Raya Pertama Intifada.
Warga Palestina telah melakukan serangkaian aksi duduk di lingkungan itu dalam beberapa hari terakhir mengecam perintah Israel agar mereka mengosongkan rumah mereka. Pasukan keamanan Israel menyerang mereka dengan siraman air, gas air mata, peluru berlapis karet, dan granat setrum. Puluhan warga Palestina ditangkap.
Sejumlah negara dan komunitas internasional beraksi, mengutuk kekejaman Israel di Masjid Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah.
Kantor HAM PBB mendesak Israel membatalkan penggusuran paksa dan memperingatkan tindakannya bisa termasuk kejahatan perang.
“Kami ingin mempertegas bahwa Yerusalem Timur masih menjadi bagian wilayah Palestina yang diduduki, di mana hukum kemanusiaan internasonal berlaku,” jelas juru bicara Kantor HAM PBB, Rupert Colville, dikutip dari Al Jazeera, Senin (10/5).
“Kekuatan pendudukan tidak bisa merampas bangunan di wilayah yang diduduki,” tegasnya.
Colville menambahkan, memindahkan populasi sipil ke wilayah yang diduduki ilegal berdasarkan hukum internasional dan bisa dikategorikan kejahatan perang.
Qatar mengutuk polisi Israel karena menyerbu ke dalam masjid Al-Aqsa dan menyerang para jemaah.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Qatar dalam pernyataannya, tindakan Israel menyakiti perasaan jutaan Muslim di seluruh dunia dan termasuk pelanggaran berat HAM serta perjanjian internasional.
Qatar juga mendesak komunitas internasional bekerja sama mengakhiri agresi berulang kali Israel terhadap warga Palestina dan Al-Aqsa. Pernyataan tersebut juga menegaskan kembali dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan hak mereka untuk membentuk negara merdeka berdasarkan perbatasan 1967.
Sejumlah pejabat Turki mengkritik Israel dan menyerukan negara lain menyampaikan kecamannya. Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataannya mendesak Israel segera menghentikan tindakan provokatif dan sikap bermusuhannya.
“Memalukan untuk Israel dan mereka yang tetap bungkam di hadapan serangan memalukan ini,” ujar juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin.
“Kami menyerukan setiap orang berdiri melawan kebijakan pendudukan dan agres negara apartheid ini,” lanjutnya.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) juga mengecam rencana penggusuran warga di Sheikh Jarrah.
UEA, yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel tahun lalu menyatakan “sangat mengutuk” bentrokan dan rencana penggsuran tersebut. Pernyataan ini dikeluarkan Menteri Negara Urusan Luar Negeri, Khalifa al-Marar. Al Marar juga mendesak Israel menurunkan ketegangan dan memberikan perlindungan bagi warga Palestina melaksanakan hak-haknya dalam beribadah dan mencegah tindakan yang melanggar kesucian Masjid Al-Aqsa.
Sifat kriminal rezim Zionis tidak sah
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh juga mengutuk serangan di Masjid Al-Aqsa tersebut.
“Kejahatan perang ini sekali lagi membuktikan kepada dunia sifat kriminal rezim Zionis yang tidak sah,” ujarnya.
Dia juga mengajak PBB dan lembaga internasional bertindak untuk melawan kejahatan perang ini.
Kecaman juga datang dari Mesir, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
“Pengusiran keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah merupakan sebuah pelanggaran terhadap legitimasi resolusi internasional dan hukum kemanusiaan internasional,” jelas Kementerian Luar Negeri Mesir.
Pakistan juga sangat mengutuk serangan terhadap jemaah tak berdosa di Al-Aqsa oleh pasukan Israel. Kekerasan semacam itu, khususnya di bulan suci Ramadan, tidak sesuai dengan norma kemanusiaan dan HAM.
“Kami mendoakan yang terluka cepat sembuh, menegaskan kembali dukungan teguh kami untuk perjuangan Palestina, dan sekali lagi mendesak komunitas internasional bertindak untuk mengambil tindakan cepat untuk melindungi rakyat Palestina,” jelas pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Kementerian Luar Negeri Kuwait juga mengecam kekejaman pasukan Israel di Al-Aqsa dan menuntut pertanggungjawaban Israel atas setiap eskalasi dan konsekuensinya menyusul insiden pada Jumat malam itu.
Yordania menyampaikan tindakan ilegal Israel yang terus berlanjut dan langkah-langkah provokatifnya di kota itu merupakan “permainan berbahaya”.
“Membangun dan memperluas permukiman, merampas tanah-tanah, menghancurkan rumah-rumah dan mengusir warga Palestina dari rumah mereka adalah tindakan ilegal yang melanggengkan pendudukan dan merusak peluang untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif, yang merupakan kebutuhan regional dan internasional,” jelas Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman al-Safadi di Twitter.
Al-Azhar Kairo, Mesir juga mengecam kekerasan terhadap para jemaah di Al-Aqsa dan menganggapnya sebagai terorisme Zionis yang kejam di tengah kebungkaman internasional yang memalukan.
Islamic Union for Muslim Scholars (IUMS) juga mengutuk keras tindakan polisi Israel. Dalam sebuah pernyataan, IUMS memuji warga Palestina di Yerusalem karena tetap gigih di hadapan agresi Israel yang terus berulang terhadap masjid Al-Aqsa dan warga Sheikh Jarrah.
Sekjen IUMS, Ali Qaradaghi mendorong Muslim seluruh dunia mendukung perjuangan Palestina baik moril dan materiil, menyebut dukungan seperti itu merupakan kewajiban dan kebutuhan religius.
Rusia, Uni Eropa, AS
Rusia juga mengutuk serangan terhadap warga sipil Palestina dan mendesak kedua belah pihak menahan eskalasi kekerasan.
“Peristiwa yang sedang berkembang ini dirasakan dengan perhatian mendalam di Moskow. Kami sangat mengutuk serangan terhadap warga sipil,” jelas Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
“Kami menyerukan semua pihak menahan diri dari langkah apapun yang penuh dengan eskalasi kekerasan.”
Sementara itu, Uni Eropa juga mengutuk kekerasan di Al-Aqsa dan mendesak pihak berwenang segera menurunkan ketegangan.
“Kekerasan dan penghasutan tidak dapat diterima dan pelaku di semua pihak harus dimintai pertanggungjawaban,” jelas juru bicara Uni Eropa dalam sebuah pernyataan.
“Uni Eropa menyerukan pihak berwenang bertindak dengan mendesak untuk menurunkan ketegangan saat ini di Yerusalem.”
“Tindakan penghasutan di sekitar Temple Mount/Haram al-Sharif harus dihindari dan status quo dihormati,” ujarnya menggunakan nama lain situs suci itu.
AS menyampaikan pihaknya “sangat prihatin” dengan kekerasan tersebut dan menyerukan semua pihak bekerja sama menurunkan ketegangan. Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait penggusuran Sheikh Jarrah.
“Sangat penting untuk menghindari langkah-langkah sepihak yang akan memperburuk ketegangan atau menjauhkan kita dari perdamaian. Dan itu termasuk penggusuran, aktivitas pemukiman, dan penghancuran rumah,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter kepada wartawan di Washington.
(mdk/pan)