Enam Pria Ditetapkan Bersalah atas Pembunuhan dan Pemerkosaan Massal Bocah di India
Korban, yang merupakan warga suku nomaden muslim, mayatnya ditemukan di tengah hutan dekat Kota Kathua pada Januari 2018.
Enam dari delapan tersangka pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan seorang bocah muslim delapan tahun di wilayah Kashmir, India ditetapkan bersalah di pengadilan.
Korban, yang merupakan warga suku nomaden muslim, mayatnya ditemukan di tengah hutan dekat Kota Kathua pada Januari 2018.
-
Apa yang dilakukan anak tersebut kepada ibunya? Korban bernama Sufni (74) warga Jalan Nelayan Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Sedangkan pelaku Hendri (52), dan istrinya N (51). Setelah mendapat video tersebut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Bery Juana Putra bersama anak buahnya langsung datang ke rumah pelaku.
-
Siapa yang bergantian mengasuh anak? Di sinilah peran Irfan Bachdim sebagai suami terlihat jelas. Ia tak segan untuk bergantian menggendong anak bungsu mereka yang masih membutuhkan banyak perhatian, memberikan Jennifer ruang untuk fokus pada pekerjaannya.
-
Kapan mumi anak singa ini ditemukan? Untuk pertama kalinya mumi dua ekor singa berasal dari 2.600 tahun lalu ditemukan di Mesir.
-
Dimana kekerasan pada anak dilarang? Banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang kekerasan terhadap anak.
-
Di mana mumi anak singa ini ditemukan? Mumi dua anak singa ini ditemukan di kompleks nekropolis atau makam kuno terluas di Saqqara, Mesir.
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
Kasus ini menjadi berita utama ketika kelompok sayap kanan Hindu dan kuasa hukumnya melakukan protes atas penangkapan delapan pria tersebut. Mereka semua membantah tuduhan itu.
Salah satu dari mereka - putra dari salah seorang terpidana - telah dibebaskan. Kedelapan terdakwa termasuk seorang pensiunan pejabat pemerintah, empat petugas polisi dan seorang anak di bawah umur.
Anak di bawah umur tersebut akan diadili secara terpisah sesuai dengan hukum remaja India, karena itu hanya tujuh orang yang dikenakan putusan pengadilan pada Senin, dilansir dari BBC, Senin (10/6).
Ibu korban menuntut hukuman mati untuk dua terpidana - pensiunan pejabat pemerintah Sanji Ram dan petugas polisi Deepak Khajuria - mengklaim bahwa mereka adalah "otak" di balik kejahatan tersebut.
"Wajah anak saya masih menghantui saya dan rasa sakit itu tak akan pernah hilang. Ketika saya melihat anak-anak lain yang seusianya bermain di sekelilingku, itu menghancurkan hatiku," ujarnya kepada wartawan BBC, Divya Arya di rumah keluarganya. Keluarga tersebut memilih tidak menghadiri persidangan untuk mendengarkan putusan.
"Ini adalah kemenangan semangat konstitusional. Seluruh negara memperjuangkan kasus ini, terlepas dari afiliasi agama," kata pengacara yang mewakili keluarga korban kepada BBC Punjabi.
Saat menyampaikan putusannya, pengadilan mengatakan hukuman keenam terpidana akan diumumkan pada pukul 14.00 waktu setempat.
Pengacara yang mewakili terdakwa mengatakan, meskipun bersalah, kasus ini didasarkan pada "bukti tidak langsung" dan telah meminta hukuman minimum untuk keenam pria tersebut. Dia menambahkan bahwa ada keadaan yang meringankan, termasuk fakta bahwa laki-laki adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga mereka.
Perkosaan dan pembunuhan Kathua adalah satu di antara banyak kasus terkenal yang mendorong India untuk memperkenalkan undang-undang baru yang mewajibkan hukuman mati bagi siapa pun karena memperkosa anak di bawah 12 tahun.
Rincian cedera yang diderita anak itu membuat banyak orang India ngeri.
Kemarahan bertambah setelah dua menteri dari Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India menghadiri sebuah rapat umum untuk mendukung para tersangka, yang komunitasnya terlibat dalam sengketa tanah dengan suku nomaden muslim itu.
Penyelidik pada waktu itu mengatakan, anak itu menjadi sasaran karena para pelaku ingin meneror suku-suku yang dikenal sebagai Gujjars- agar pergi dari wilayah tersebut.
Sentimen seputar kasus itu mendorong pengadilan tinggi untuk memindahkan persidangan dari Jammu dan Kashmir ke pengadilan di Pathankot di negara bagian Punjab utara dan memulai persidangan baru.
Orang tua korban mengaku mereka merasa terancam di Kathua, wilayah yang masyarakatnya mayoritas beragama Hindu.
Baca juga:
Perdana Menteri Pakistan Tawarkan Rekonsiliasi dengan India
Film Bollywood Diprediksi akan Jadi Perekat Hubungan India-China
Gema Takbir Idul Fitri 1440 H di Berbagai Negara
Mengenal Garam Masala, Rempah Pada Masakan India dan Khasiatnya
Narendra Modi Serukan Konferensi Global Tangkal Terorisme
Perlindungan Jaminan Sosial RI Kalahkan Filipina dan India