Eropa waspadai pengaruh Geert Wilders
Eropa waspadai pengaruh Geert Wilders. Belanda saat ini tengah menghadapi pemilihan umum, sekaligus memilih pemimpin baru atau tetap mempercayakan pemerintahan kepada Mark Rutte, yang saat ini masih menyandang jabatan sebagai Perdana Menteri. Lawan berat Rutte, Geert Wilders rupanya sangat diwaspadai masyarakat Eropa.
Belanda saat ini tengah menghadapi pemilihan umum, sekaligus memilih pemimpin baru atau tetap mempercayakan pemerintahan kepada Mark Rutte, yang saat ini masih menyandang jabatan sebagai Perdana Menteri. Lawan berat Rutte, Geert Wilders rupanya sangat diwaspadai masyarakat Eropa.
Dilansir independent, Rabu (15/3), Belanda merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di zona Eropa, tengah menghadapi tes terbesar sejak terpilihnya Donald Trump dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Apalagi, partai sayap kanan saat ini sedang menampaki popularitasnya dalam sejumlah jajak pendapat, bersaing ketat dengan partai pemerintah. Pertarungan inilah yang nantinya juga menentukan nasib Belanda selama beberapa tahun mendatang.
Jajak pendapat yang keluar bulan ini sangat ketat, di mana Rutte bersama Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) masih memimpin. Hanya saja, kekhawatiran muncul dengan kepemimpinan sosok yang kontroversial yang dijuluki 'Trump-nya Belanda', yang bisa membawa partainya memenangi pemilu.
Wilders pernah dihadapkan ke pengadilan atas hasutan untuk melakukan diskriminasi, memperdebatkan sejumlah posisi, termasuk 'de-Islamisasi Eropa', yang membuatnya menjadi politikus yang paling dikucilkan di negara itu. Pandangan nasional yang mirip dengan Trump membuatnya menjadi populer, yakni 'Menjadikan Belanda milik kita lagi', hampir sama dengan slogan Trump 'Menjadikan Amerika Hebat Lagi'.
Wilders sendiri merupakan salah satu penggemar berat Presiden AS baru tersebut, bahkan dia juga ingin menyusul kebijakan kontroversialnya dengan mengadang imigrasi massal dalam dua minggu jika berhasil duduk di kursi pemerintahan.
Hanya saja, dari semua persamaan yang dimiliki Wilders dengan pemimpin sayap kanan Eropa lainnya dalam memandang Trump, dia tidak lantas mengikuti jejak mereka. Sebagai contoh, dia tetap mendukung hak LGBT, termasuk pernikahan sesama jenis, yang baginya sejalan dengan nilai-nilai Belanda.
Selain itu, Wilders diyakini memposisikan dirinya sebagai sosok yang pro-Rusia, meski sudah berusaha menjaga jarak dari Presiden Vladimir Putin. Padahal perasaan anti-Moskow masih sangat kuat di Belanda, mengingat insiden jatuhnya MH17 pada Juli 2014 lalu usai ditembak rudal ooleh militan pro-Rusia, di mana 193 warga Londo ini tewas.
Terlepas dari kenyataan bahwa Partai Kebebasan bisa muncul sebagai kelompok terbesar di parlemen, hasil ini tidak diperlakukan sebagai peringatan di Eropa dibandingkan calon presiden dari Front Nasional Prancis Marine Le Pen yang diyakini bakal menang pada Mei mendatang.
Sebab, Wilders diyakini tidak akan menjadi perdana menteri Belanda akhir bulan ini. Jajak pendapat menunjukkan Partai Kebebasan akan menang dengan jumlah kursi di bawah 30 dari 150 kursi parlemen. Jumlah itu mengharuskan partai-partai untuk berkoalisi dalam mengusung Wilders sebagai Perdana Menteri baru.
Negara ini sendiri sudah memiliki tradisi panjang yang memberikan toleransi terhadap agama, namun Wilders menyatakan Islam berpotensi lebih berbahaya dibandingkan Nazi, dan Alquran lebih anti-Semit dibandingkan Mein Kampf dan meminta untuk dilarang penjualannya di toko-toko buku, serta menyebut masjid sebagai 'kuil Nazi'. Ucapannya itu dianggap bukan pandangan Belanda.
Wilders telah memperingatkan "pemberontakan" populer yang harus dilakukan Partai Kebebasan untuk muncul sebagai kelompok tunggal terbesar, tapi tidak mengambil alih kekuasaan. Skenario ini ada kemungkinan tujuannya hanya bisa tumbuh dalam jangka pendek dan menengah, dengan beberapa konsekuensi.
Pertama retorika kasar Wilders untuk melanjutkan penekanan politik tengah bergeser ke kanan. Saat ini, Rutte telah mengkritik serangan tajamnya atas imigrasi. Kritik itu diperdebatkannya dengan mengatakan Wilders bertindak mirip monyet, yang sebelumnya meminta penutupan 'sampah Maroko'.
Kedua, negara ini telah menyatakan Tidak untuk dua kunci, yakni berpisah dari Uni Eropa dalam referendum 12 tahun terakhir pada 2005 dan 2016, sedangkan Wilders berusaha mendongkel Belanda dari keanggotaannya di organisasi kawasan, yang dituduhnya 'menjual perang' dan 'Europhiles tak tahu malu dengan impian membangun kekaisaran' untuk masalah di Ukraina yang digambarkannya sebagai 'Nasional Sosialis, pembenci-Yahudi dan anti-demokrat lainnya' terhadap pemerintah pro-Barat.
Meski tingkat dukungan agar Belanda meninggalkan Uni Eropa sangat kecil dibandingkan Inggris, namun beberapa jajak pendapat sekitar setengahnya memilih untuk digelar referendum 'Nexit' atau 'Nederland Exit'. Pada konteks ini, Wilders dan pendukungnya menebar sikap Euroskeptis, khususnya para konservatif di selatan negara itu.
Ketiga, meningkatnya pengaruh Wilders yang bisa memiliki kemampuan memimpin negara itu meningkatkan kerumitan dan kesulitan. Hal itu terlihat dari bertambahnya fragmentasi politik Belanda, di mana terdapat 28 partai (setengahnya tidak ikut serta dalam pemilu 2013) memperebutkan kursi dalam pemilihan kali ini.
Secara umum, di saat Wildres tidak disukai untuk menjadi perdana menteri, namun pengaruhnya pada politik Belanda telah berlangsung sangat signifikan. Ketokohannya yang menonjolkan sayap kanan membuat pemilihan kali ini mendapatkan perhatian internasional, tidak hanya di Prancis. memberikan sekutunya Le Pen untuk memenangi pemilihan presiden.
Baca juga:
Jelang pemilu, popularitas Geert Wilders malah turun
Uniknya pemilu Belanda, tong sampah disulap jadi kotak suara
Ketika kekuasaan penuh Erdogan teradang Belanda dan Jerman
Menlu ditolak mendarat, Turki segel Kedubes Belanda di Ankara
Disebut sisa Nazi, Belanda cekal pendaratan pesawat Menlu Turki
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Apa itu Pemilu? Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat pemilu adalah suatu proses atau mekanisme demokratis yang digunakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan dengan cara memberikan suara kepada calon-calon yang bersaing.
-
Kapan Teungku Peukan gugur dalam pertempuran melawan Belanda? Tepat hari Jumat, 11 September 1926 Teungku Peukan bersama pasukan lainnya mulai melakukan serangan terhadap tentara Belanda di Blangpidie.
-
Bagaimana Pocut Baren melawan Belanda? Pocut memutuskan mendirikan benteng di Gunung Macang untuk melancarkan serangan kepada Belanda. Namun, semua itu menjadi petaka setelah Belanda mengepung benteng mereka lalu membakarnya.
-
Bagaimana warga Baduy mengelabui Belanda? “Dulu waktu ada Belanda, kata orang tua bilang ke Belanda kalau di Baduy hanya ada 40 orang, jadi disembunyikan,” katanya.