Ternyata Kampung Baduy Tak Pernah Disentuh Penjajah, Begini Cara Warga Kelabui Belanda
Para leluhur Baduy di masa silam mengelabui Belanda dengan mengatakan bahwa di kampung tersebut hanya ada sedikit penduduk.
Para leluhur Baduy di masa silam mengelabui Belanda dengan mengatakan bahwa di kampung tersebut hanya ada sedikit penduduk.
Ternyata Kampung Baduy Tak Pernah Disentuh Penjajah, Begini Cara Warga Kelabui Belanda
Kampung adat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, ternyata tidak tersentuh penjajah sama sekali di masa lalu.
Padahal saat itu hampir seluruh daerah di Indonesia berhasil dikuasai penjajah. Ternyata warga di sana mengelabui Belanda sehingga bangsa Eropa itu memilih angkat kaki.
-
Bagaimana masyarakat Baduy menjaga keasrian alam di kampung mereka? Salah satu upaya menjaga keasrian alam adalah melalui kegiatan bertaninya dengan sistem huma. Warga hanya boleh panen satu kali dalam satu tahun, dan merawat tanaman hasil buminya dengan tidak menggunakan pupuk kimia.
-
Mengapa Suku Basemah melawan penjajah Belanda? Selain itu, Suku Basemah dan sekitarnya juga sempat melawan penjajah Belanda yang berlangsung selama puluhan tahun.
-
Dimana letak kampung wisata Baduy Luar? Terletak di Banten, kampung wisata ini mengangkat kebudayaan lokal yang sesuai dengan akar tradisi masyarakat Baduy.
-
Apa keunikan rumah Baduy? Masih di kanal YouTube yang sama, warga Baduy memiliki pantangan untuk tidak menaruh kursi maupun ranjang di dalam rumah mereka.
-
Kenapa warga Baduy tidak menggunakan batu nisan? “Artinya Baduy tidak memiliki tradisi memakai batu nisan, ziarah ke kuburan untuk kirim doanya, setelah 7 hari sudah dilakukan di rumah masing-masing,“ katanya.
-
Bagaimana budaya Baduy Luar dipromosikan? Di sini, pengunjung diperbolehkan untuk mengenali budaya Baduy Luar dengan lebih leluasa.
Asal Usul Belanda Masuk Banten
Mengutip bantenologi.uinbanten.ac.id, pasukan Belanda mulanya datang ke Banten pada 1598 di bawah komando Cornelis De Houtman.
Ini merupakan kedatangan Belanda yang kedua. Sebelumnya pada 1580 Belanda mencoba masuk ke sana untuk misi pelayaran, namun ditolak karena sikap mereka yang kurang baik.
Di bawah komando Panglima Laut Belanda kelahiran Gouda, 2 April 1565 itu penguasa Banten berhasil luluh oleh sikapnya yang dianggap sopan.
Menguasai Banten
Setelah beberapa waktu, Belanda semakin melihat peluang untuk lebih dari sekadar bertukar dan membeli rempah. Mereka mulai menambah armada yang terus menerus datang dan melakukan dominasi ekonomi di Kasultanan Banten.
Kebijakan perdagangan bebas yang digerakkan Sultan Banten justru memudahkan Belanda untuk melakukan politik adu domba hingga terjadi perang saudara, dan kerajaan Banten runtuh.
Sejak itu, Belanda mulai mengambil alih kekuasaan dan berbuat sewenang-wenang di sana serta berambisi untuk menguasai kawasan yang sudah dikenal sebagai pelabuhan dagang internasional pada masa itu.
Gagal Menguasai Baduy
Hampir seluruh daerah di Banten berhasil dikuasai, namun terdapat satu daerah yang tidak jadi disentuh oleh para penjajah yakni di wilayah permukiman adat Baduy.
Mengutip kanal YouTube De Hamkims Story, salah satu tetua adat Baduy luar, Pulung, menyebut bahwa para leluhur di masa silam mencoba mengelabui Belanda dengan mengatakan bahwa di kampung tersebut hanya ada sedikit penduduk.
“Dulu waktu ada Belanda, kata orang tua bilang ke Belanda kalau di Baduy hanya ada 40 orang, jadi disembunyikan,” katanya.
Sia-Sia Jika Dijajah
Menurut Pulung, Belanda tidak akan dapat apa-apa jika tetap memaksa masuk dan menduduki perkampungan mereka.
Ini tentu akan sia-sia, sehingga mereka angkat kaki dan tidak jadi menjajah di wilayah Kampung Baduy. Padahal saat itu penduduknya sudah terbilang banyak dan tersebar di beberapa padukuhan.
“Jadi ngapain menjajah kalau cuma ada 40 orang, nggak dapat apa-apa, kata orang Belandanya,” terang Pulung.
Tetap Rukun
Sampai sekarang warga adat Baduy tetap rukun dan saling membantu walaupun kondisinya jauh dari teknologi. Mereka justru semakin kompak untuk saling tolong menolong, terutama saat ada salah satu warga yang tengah mengalami musibah.
Dicontohkan Pulung, ketika ada warga yang mengalami gagal panen, warga lain yang berkecukupan dalam panennya akan membantu memberi hasil.
Saat ini warga Baduy menerapkan prinsip hidup yang cukup, dan tidak ada yang kaya maupun miskin.
Semuanya setara dan saling bekerja sama.
Menjunjung Tinggi Aturan Adat
Warga Baduy juga masih terus berpegang teguh kepada aturan adat sehingga hidup mereka tidak bergantung terhadap teknologi.
Mereka juga menjaga hutan agar tidak dieksploitasi secara besar-besaran sehingga menimbulkan bencana.
Warga Baduy bisa tetap hidup dengan baik walau tanpa televisi, internet, HP dan kemudahan lainnya.