Hilangkan Sinyal Internet, Cara Suku Baduy Menjaga Harmonisasi Budaya Leluhur
Suku Baduy Dalam berusaha kuat menjaga tradisi dan aturan budaya yang telah dijalankan leluhur mereka.
Baduy Dalam masih teguh menolak peradaban.
Hilangkan Sinyal Internet, Cara Suku Baduy Menjaga Harmonisasi Budaya Leluhur
Ombak besar teknologi dan modernisasi telah lama menerjang berbagai lini kehidupan manusia. Tradisi-tradisi leluhur dan juga kearifan lokal tak jarang tergerus oleh kencangnya arus teknologi. Di tengah deburan ombak besar tersebut, rupanya masih ada satu karang yang berdiri tegak meski dihantam ombak tersebut.
Mereka adalah Suku Baduy. Tinggal di pedalaman ujung barat Pulau Jawa, Suku Baduy memilih untuk tetap tinggal di hutan dan menolak segala bentuk modernisasi. Hal tersebut masih diterapkan hingga saat ini, setidaknya bagi masyarakat Suku Baduy Dalam.
Populasinya suku Baduy kurang lebih sebanyak 26.000 jiwa dan terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam.
Bagi masyarakat Baduy Luar, teknologi dan modernisasi sudah perlahan masuk dan diterima. Berbeda dengan Baduy Dalam yang masih teguh menolak peradaban.
Keinginan suku Baduy untuk menjaga tradisi nenek moyang mendorong mereka untuk menutup diri dari teknologi.
Per tanggal 10 Oktober 2023 kawasan Baduy Dalam di Desa Kanekes, Lebak, Banten, resmi menjadi wilayah blank spot internet.
Pemutusan sinyal internet ini dilakukan atas permintaan dari para tetua adat Baduy. Tetua adat tak ingin masyarakat Baduy terpengaruh oleh konten negatif dari internet.
Permintaan itu dilayangkan melalui surat kepada Pemerintah Kabupaten Lebak.
Suratnya berisi dua permintaan. Pertama, menghapus sinyal atau mengalihkan sinyal internet di wilayah tanah ulayat Baduy. Kedua, permintaan membatasi atau menutup aplikasi yang berisi konten negatif yang bisa mempengaruhi moral dan akhlak generasi muda Baduy.
Prosesnya, Kemenkominfo melakukan pemantauan melalui analisis dari perangkat komputer untuk mengevaluasi kondisi jaringan dan layanan seluler di Desa Ulayat Baduy, Banten.
Hasil dari analisis tersebut kemudian diikuti dengan verifikasi dan pengukuran langsung di lapangan, yang melibatkan juga kerjasama dengan penyelenggara layanan seluler.
Setelah proses verifikasi selesai, hasilnya menunjukkan bahwa tindakan penghilangan sinyal hanya diperlukan untuk layanan yang disediakan oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH).
"Baduy Dalam nggak boleh seperti itu, tidak sebebas kayak daerah lain. Kekhawatiran para kokolot kalau sinyal masih ada, ada saja yang ngumpet-ngumpet main handphone."
Kepala Desa Kanekes Saidjah, Kamis (8/6/2023).
Ancaman Terhadap Tradisi Leluhur
Kekhawatiran suku Baduy yang selama ini memilih hidup selaras dengan alam memang dapat dimengerti karena dampak dari internet ini sangat luar biasa dan akan berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan.
Keinginan menghilangkan sinyal internet di dekat pemukiman suku Baduy dapat menjadi ancaman serius bagi kehidupan, harus dihargai sebagai upaya melestarikan cara hidup Suku Baduy yang telah terjaga dari generasi ke generasi.
Cara hidup suku Baduy yang memilih hidup di hutan, menolak uang, menolak teknologi, dan pendidikan konvensional harus dihargai bahkan dilestarikan karena tidak banyak suku asli Indonesia yang sampai saat ini dapat bertahan dengan tradisi leluhur.
Mengenal 'Pikukuh Baduy'
Suku Baduy memiliki pedoman yang dijadikan mereka pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pedoman itu didasarkan pada pikukuh, yaitu aturan adat yang bersifat mutlak.
Pikukuh adalah panduan tentang bagaimana menjalani kehidupan sesuai dengan warisan nenek moyang (karuhun). Konsep ini mencakup orientasi, gagasan, dan aktivitas keagamaan yang dipraktikkan oleh masyarakat Baduy.
Buyut merujuk pada segala tindakan yang bertentangan dengan pikukuh. Meskipun tidak diuraikan dalam bentuk teks, buyut muncul dalam tindakan sehari-hari masyarakat Baduy ketika berinteraksi dengan sesama, alam, dan Tuhan mereka.
Pikukuh Baduy juga mengatur struktur kelembagaan dalam masyarakat Baduy. Lembaga adat Baduy dipimpin oleh tiga Pu'un, yang berasal dari tiga kampung keramat di Baduy Dalam, yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana.
Pu'un adalah individu suci yang merupakan keturunan karuhun (leluhur) dan memiliki tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan bumi serta membimbing warga untuk hidup sesuai dengan pikukuh atau aturan adat mutlak sebagai panduan perilaku.Selain itu, adat dalam masyarakat Baduy mencakup larangan-larangan yang harus diikuti sebagai panduan hidup yang benar.
Larangan adat mencakup:
1. Tidak diperbolehkan mengubah aliran air, seperti membuat kolam ikan atau drainase.
2. Tidak diperbolehkan mengubah bentuk tanah, seperti membuat sumur atau meratakan tanah.
3. Tidak diperbolehkan masuk ke hutan titipan untuk menebang pohon.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan teknologi kimia.
5. Tidak diperbolehkan melakukan budidaya perkebunan.
6. Tidak diperbolehkan memelihara hewan berkaki empat seperti kambing dan kerbau.
7. Tidak diperbolehkan berladang secara sembarangan.
8. Tidak diperbolehkan berpakaian secara sembarangan.
Pengajaran buyut dan pikukuh karuhun kepada seluruh masyarakat Baduy disampaikan secara lisan melalui ujaran dan ucapan pada upacara adat. Prinsip-prinsip ini merupakan landasan etika dan moral masyarakat Baduy.
Banyak aspek menarik yang bisa ditemui di dalam masyarakat suku Baduy Dalam, termasuk:
1. Semangat Gotong Royong
Sifat gotong royong, yang di banyak tempat di Indonesia sudah mulai pudar, masih dijaga dengan baik oleh suku Baduy Dalam. Terutama ketika mereka harus bermigrasi ke daerah yang lebih subur karena mereka hidup sebagai suku nomaden yang menerapkan sistem pertanian ladang terbuka.
2. Kesederhanaan Bentuk Rumah. Bentuk yang hampir seragam tanpa memandang status sosial. Perbedaan terlihat dari jumlah perabot kuningan yang dimiliki, di mana semakin banyak perabot tersebut, semakin tinggi status keluarga.
3. Kebahagiaan dalam Hal Sederhana
Kawasan Baduy Dalam menjadi sangat sepi pada malam hari. Mereka lebih memilih untuk berkumpul dengan keluarga dan tetangga sambil bermain kecapi dan berbincang-bincang.
4. Hidup Hemat dan Sehat
Kendaraan bermesin seperti motor dan mobil tidak diizinkan di Baduy Dalam. Mereka masih pergi ke kota besar dengan berjalan kaki tanpa keluh kesah.
5. Penggunaan Batang Bambu sebagai Gelas. Masyarakat Baduy Dalam tidak menggunakan gelas atau piring untuk makan dan minum.
6. Harapan Sederhana Orang Tua
Orang tua di komunitas ini memiliki harapan sederhana untuk anak-anak mereka, yaitu agar mereka berkontribusi dalam kegiatan berladang di masa depan.
7. Tradisi Perjodohan
Proses perjodohan biasanya berlangsung ketika seorang gadis mencapai usia empat belas tahun. Sampai saat itu, pemuda dan keluarga mereka memiliki kebebasan untuk memilih pasangan yang cocok. Jika belum ada yang cocok, perjodohan dilakukan.
8. Ayam sebagai Makanan Istimewa
Meskipun banyak ayam kampung tersedia, hidangan berbahan dasar ayam dianggap sebagai makanan mewah dan disajikan hanya pada acara pernikahan dan kelahiran.
9. Peran Pu'un
Pu'un adalah pemimpin suku yang memiliki peran penting dalam menentukan waktu tanam dan panen, menerapkan hukum adat, dan merawat orang sakit. Pu'un sangat dihormati dan hanya mereka yang memiliki kepentingan tertentu dan mendesak yang dapat bertemu dengannya.
10. Kawalu, Waktu Puasa
Kawalu adalah periode puasa yang dirayakan tiga kali dalam setahun selama tiga bulan. Selama periode Kawalu, pengunjung hanya diperbolehkan sampai di kawasan Baduy Luar dan tidak diperkenankan menginap.