Hadapi Bombardir Israel, Tak Ada Tempat Melarikan Diri Bagi Warga Gaza
Serangan pasukan penjajah Israel menargetkan tempat tinggal warga sipil di Jalur Gaza, menyebabkan ratusan warga kehilangan tempat tinggal.
Hadapi Bombardir Israel, Tak Ada Tempat Melarikan Diri Bagi Warga Gaza
Istri Amer Ashour yang sedang hamil mulai mengalami nyeri persalinan tepat ketika Israel mulai membombardir Jalur Gaza pada Sabtu malam.
Ashour dan istrinya segera bergegas ke rumah sakit bersalin terdekat. Mereka dikaruniai seorang bayi laki-laki, anak keduanya. Namun, hal yang tidak pernah mereka duga terjadi. Ketika mereka pulang, mereka mendapati tempat tinggal mereka rata dengan tanah, tersisa hanya puing-puing.
Pasukan Israel mengebom gedung 11 lantai tempat Ashour dan istrinya tinggal, di lingkungan Al-Nasr di sebehah barat Kota Gaza. Bombardir Israel ini terjadi setelah kelompok perlawanan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel pada Sabtu pagi.
- Israel Kerahkan 10.000 Tentara di Gaza, Ada Berapa Pasukan Hamas?
- Israel Habiskan Rp 430 Miliar per Hari untuk Jatuhkan Bom di Gaza, Ini Rinciannya
- Perang Besar di Gaza Dimulai! RS Indonesia Dibombardir, Israel Kerahkan Pasukan Darat
- Israel Perintahkan 1,1 Juta Warga Gaza Dievakuasi dalam 24 Jam, Alasannya Mencemaskan
“Yang paling saya takuti ketika eskalasi dimulai adalah istri saya akan segera melahirkan. Saya khawatir bagaimana kami bisa sampai ke rumah sakit mengingat pengeboman yang terus menerus terjadi,” kata Ashour kepada Al Jazeera.
“Tetapi saya sama sekali tidak menyangka rumah saya akan dibom dan dihancurkan.”
Terdapat sekitar 80 keluarga yang menghuni apartemen tersebut. Saaat ini mereka semua termasuk anak-anak dan perempuan telah menjadi tunawisma. Mereka berusaha menyelamatkan barang-barang mereka yang masih tersisa dari reruntuhan.
“Ke mana kita akan pergi di masa-masa sulit ini?” ujarnya.
Shadi Al-Hassi dan kakak laki-lakinya telah meninggalkan rumah mereka di timur Jalur Gaza setelah rumah tersebut rusak akibat serangan udara yang menyasar bangunan di belakang rumah mereka. Mereka berangkat ke apartemen orang tuanya di Menara Al-Watan di pusat kota Kota Gaza.
“Pada pukul empat pagi, saya dikejutkan oleh seruan kepada kami untuk evakuasi dari menara yang terancam oleh pemboman Israel,“ kata Al-Hassi kepada Al Jazeera.
Segera kendaraan pertahanan sipil dan ambulans bergegas mengevakuasi penghuni gedung beberapa menit sebelum dibom, menyebabkan kepanikan para keluarga yang tinggal di sana.
“Sampai saat ini saya masih kaget menara itu menjadi sasaran. Menara perumahan dan sipil yang unggul dengan klinik, perusahaan, dan pusat kecantikan? Di manakah aktifitas militer yang di klaim Israel?” kata Al-Hassi kepada Al Jazeera.
Sumber: Al Jazeera
Youssef Al-Bawab yang tinggal di bangunan di seberang Menara Al-Watan mengatakan, mereka menerima peringatan dari pasukan Israel pada pukul 14.00 waktu setempat agar segera meninggalkan rumah mereka.
“Kami merasa sangat ketakutan. Menara ini hanya berjarak beberapa meter dari kami dan merupakan menara sipil. Kami tidak melihat adanya aktivitas perlawanan seperti yang diklaim Israel.”
Bangunan yang ditinggali Al-Bawab bersama 150 orang lainnya kini telah rusak parah dan tidak bisa dihuni. Beberapa rumah dan bangunan lain di sekitar Menara Al-Watan juga rusak parah pasca pengeboman.
“Israel mengatakan mereka menargetkan pejuang perlawanan, situs militer, dan bangunan milik Hamas. Namun kenyataannya sebaliknya, saya yakin Israel sengaja menargetkan warga sipul dan menggusur mereka untuk memberikan tekanan lebih besar pada Hamas,” kata Al-Bawab.
“Tapi apa salah kami? Kemana kami pergi?”