Hakim New York Nyatakan Trump Bersalah Tapi Tidak Dihukum dalam Kasus Suap Bintang Porno
Trump mengikuti persidangan secara daring dari rumahnya di Florida.
Pada hari Jumat, 10 Januari 2025, Donald Trump dinyatakan bersalah dalam kasus suap, tetapi hakim tidak memberikan hukuman apa pun. Keputusan ini memungkinkan Trump untuk kembali ke Gedung Putih tanpa risiko penjara atau denda. Ini merupakan dakwaan dan vonis pidana pertama yang dialami oleh seorang mantan presiden Amerika Serikat (AS) serta presiden terpilih. Kasus yang berlangsung di New York menjadi satu-satunya dari empat dakwaan pidana yang dihadapi Trump yang sampai ke pengadilan, dan kemungkinan besar ini adalah satu-satunya yang akan mencapai tahap tersebut.
Vonis ini dijatuhkan hanya sepuluh hari sebelum pelantikan Trump untuk masa jabatan kedua. Dalam pernyataan di pengadilan yang berlangsung sekitar enam menit, Trump tampil tenang namun tegas, menyebut kasus tersebut sebagai "pemanfaatan kekuasaan pemerintah" dan "aib bagi New York". Dia menegaskan bahwa dirinya tidak melakukan kejahatan. "Ini adalah perburuan penyihir politik. Ini dilakukan untuk merusak reputasi saya supaya saya kalah dalam pilpres dan, jelas, itu tidak berhasil," ungkap Trump, seperti dikutip dari kantor berita AP pada Sabtu, 11 Januari.
- Pecah Tangis Serda Adan Saat Minta Keringanan Hukuman Depan Hakim Usai Dituntut Penjara Seumur Hidup
- Cak Imin: Kalau Hakim Tidak Diperhatikan, Mana Mungkin Hukum Bisa Ditegakkan
- VIDEO: Suara Bergetar, Hakim Nangis Curhat Gaji Minim Sulit Pulang Kampung Depan Pimpinan DPR
- VIDEO: Hakim Putuskan Status Tersangka Pegi Setiawan Tidak Sah, Pecah Tangis Ibu
Setelah proses yang berlangsung sekitar setengah jam, Trump mengungkapkan dalam unggahan di media sosialnya bahwa sidang tersebut adalah "permainan hina". Dia menyatakan niatnya untuk mengajukan banding terhadap vonis yang dijatuhkan. Hakim Manhattan, Juan M. Merchan, memiliki wewenang untuk menjatuhkan hukuman penjara selama empat tahun kepada Trump yang kini berusia 78 tahun. Namun, Merchan memilih untuk memberikan vonis yang menghindari isu konstitusi yang rumit, sehingga secara efektif menutup kasus ini, tetapi memastikan bahwa Trump akan menjadi presiden pertama dengan catatan pidana dalam riwayatnya.
Vonis tanpa hukuman ini, yang dikenal sebagai pembebasan tanpa syarat, merupakan hal yang jarang terjadi dalam kasus pidana berat. Hakim Merchan menyatakan bahwa dia harus menghormati perlindungan hukum yang dimiliki Trump sebagai presiden, sambil tetap mempertimbangkan keputusan juri. "Meskipun perlindungan luar biasa ini ada, salah satu kekuasaan yang tidak mereka berikan adalah kekuasaan untuk menghapus vonis juri," jelas Merchan, yang sebelumnya telah menyatakan rencananya untuk menjatuhkan vonis tanpa hukuman.
Ketika Merchan mengumumkan vonis, Trump terlihat duduk tegak dengan bibir rapat dan sedikit mengerutkan dahi. Dia menoleh ke samping saat hakim mengucapkan, "Selamat menjalani masa jabatan kedua." Sebelum sidang dimulai, sejumlah pendukung dan pengkritik Trump berkumpul di luar pengadilan. Satu kelompok membawa spanduk bertuliskan "Trump bersalah", sementara kelompok lainnya mengangkat spanduk bertuliskan "Hentikan konspirasi partisan" dan "Hentikan perburuan penyihir politik". Jaksa Wilayah Manhattan, Alvin Bragg, yang mengajukan dakwaan terhadap Trump, adalah seorang anggota Partai Demokrat.
Dalam kasus suap ini, Trump didakwa dengan 34 tuduhan pidana atas pemalsuan catatan bisnis. Proses persidangan berlangsung hampir dua bulan, dan juri memutuskan bahwa Trump bersalah pada setiap tuduhan yang diajukan.
Kuasa hukum Trump mengalami kegagalan dalam upaya mereka
Tuduhan yang diajukan dalam kasus suap ini berfokus pada aspek cek dan pembukuan. Namun, inti dari tuduhan tersebut sangat memalukan dan berhubungan erat dengan kebangkitan politik Trump. Trump dituduh melakukan pemalsuan catatan bisnis untuk menutupi suap sebesar USD 130.000 kepada artis film dewasa Stormy Daniels. Pembayaran tersebut dilakukan menjelang akhir kampanye Trump pada tahun 2016, agar Daniels tidak mengungkapkan hubungan seksual yang dia klaim telah terjadi di antara mereka satu dekade sebelumnya. Trump menegaskan bahwa tidak ada hubungan seksual terjadi dan bahwa dia tidak melakukan kesalahan.
Jaksa mengungkapkan bahwa Daniels dibayar --- melalui pengacara pribadi Trump saat itu, Michael Cohen --- sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk menghalangi pemilih mengetahui tentang dugaan perselingkuhan Trump. Trump dengan tegas membantah semua tuduhan yang ada. Pengacaranya menyatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk melindungi keluarganya, bukan untuk kepentingan kampanyenya. Di sisi lain, jaksa berargumen bahwa pembayaran yang dilakukan oleh Cohen kepada Stormy secara tidak jujur dicatat sebagai biaya hukum. Namun, Trump membela dirinya dengan menyatakan bahwa pencatatan tersebut memang seharusnya dilakukan dengan cara itu. "Untuk ini saya didakwa," keluh Trump kepada hakim pada hari Jumat. "Sungguh luar biasa."
Pengacara Trump berusaha keras untuk menghentikan proses persidangan, dengan sangat mengandalkan klaim kekebalan presiden dari dakwaan pidana, dan mereka mendapatkan dukungan pada bulan Juli dari keputusan Mahkamah Agung yang memberikan mantan presiden kekebalan yang signifikan. Pada tahun 2016, Trump masih merupakan warga negara biasa dan calon presiden saat pembayaran kepada Stormy Daniels dilakukan. Namun, ketika penggantian biaya tersebut dilakukan dan dicatat pada tahun berikutnya, Trump sudah menjabat sebagai presiden AS. Hakim Merchan, yang merupakan anggota Partai Demokrat, beberapa kali menunda pembacaan vonis yang awalnya dijadwalkan pada bulan Juli. Namun, pada minggu lalu, dia menetapkan tanggal 10 Januari 2025 sebagai sidang vonis, dengan alasan bahwa sudah saatnya untuk membuat "keputusan yang final".
Pengacara Trump kemudian melakukan berbagai upaya di detik-detik terakhir untuk mencegah sidang vonis berlangsung. Namun, harapan terakhir mereka sirna pada Kamis (9/1) malam, ketika Mahkamah Agung AS memutuskan dengan suara 5-4 untuk tidak menunda persidangan tersebut.