Ibu jurnalis yang digorok ISIS merasa malu sebagai warga Amerika
"Saya pikir upaya kami untuk membebaskan Jim adalah gangguan bagi pemerintah Amerika," kata Diane, ibu dari James Foley.
Ibu dari wartawan Amerika Serikat yang digorok kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), James Foley, menyatakan dia merasa kasus anaknya itu seperti gangguan bagi pemerintah.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN, yang disiarkan dua hari lalu, Diane Foley menyatakan keluarganya diperingatkan dapat dituntut jika mencoba mengumpulkan uang tebusan untuk membebaskan putra mereka, seperti dilansir surat kabar the Daily Star, Jumat (12/9).
Keluarga itu juga diberitahu tidak ada tahanan akan ditukar dengan Foley dan pemerintah tidak akan mengambil tindakan militer. Mereka "diminta" untuk tidak menyatakan masalah itu ke media dan "percaya kasus itu akan diurus".
"Sebagai orang Amerika, saya sangat malu dan terkejut," kata Diane. "Saya pikir upaya kami untuk membebaskan Jim adalah gangguan bagi pemerintah Amerika Serikat."
Kematian wartawan lepas berusia 40 tahun itu terungkap pada 19 Agustus lalu lewat sebuah video yang dirilis pejuang Negara Islam, dulu dikenal sebagai ISIS, yang memperlihatkan bagaimana Foley digorok.
ISIS menyatakan pembunuhan itu sebagai tanggapan terhadap serangan udara Amerika terhadap para pejuangnya. Satu pekan kemudian, kelompok itu menyiarkan video lain, yang menunjukkan pemenggalan terhadap wartawan Amerika lainnya, Steven Sotloff.
Foley telah meliput perang di Afghanistan, Libya dan Suriah dan menjadi kontributor bagi GlobalPost, Agence France-Presse dan media lainnya. Dia ditangkap kelompok bersenjata di Suriah utara pada 2012.
"Jim tentu sedih. Jim yakin bahwa negaranya pada akhirnya akan datang membantu," kata Diane.
Amerika menyatakan telah berusaha menyelamatkan sejumlah sandera asal negara adidaya itu, termasuk Foley, yang ditawan Negara Islam, tapi gagal.