Indonesia dipuji lebih efisien dari Malaysia cari pesawat hilang
Analis Bloomberg melihat Presiden Jokowi sanggup memimpin. Tak seperti Malaysia pada insiden MH317
Kerja keras Badan SAR Nasional (Basarnas), armada gabungan TNI, dan Kementerian Perhubungan menemukan pesawat Indonesia AirAsia QZ8501 kembali dipuji media internasional.
Kali ini giliran Analis Bloomberg View, Rabu (31/12), menulis betapa transparansi sistem serta kekuatan koordinasi dari nelayan setempat hingga level presiden, membuat pesawat yang hilang itu sukses ditemukan dalam tiga hari saja.
-
Mengapa Presiden Jokowi hadir di acara serah terima pesawat? Acara serah terima Pesawat C-130J-30 Super Hercules untuk TNI AU.
-
Kapan Presiden Jokowi meresmikan Bandara Panua Pohuwato? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Bandar Udara Panua Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Di mana Presiden Jokowi meresmikan empat terminal tipe A di Pulau Jawa? Masih di Purworejo, di sana Jokowi meresmikan selesainya pembangunan empat terminal tipe A di Pulau Jawa.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Analis Bloomberg William Pesek menilai Presiden Joko Widodo punya andil besar memimpin pelbagai lembaga agar padu melakukan pencarian hingga evakuasi korban. Dia mengatakan kesigapan sebuah bangsa menghadapi bencana, menggambarkan kualitas kepemimpinan.
"Baik itu krisis nuklir Fukushima 2011, hilangnya MH317 milik Malaysia Airlines, serta kecelakaan feri Korsel. Dibanding pemimpin negara lain yang mengalaminya, Jokowi berkinerja lebih baik," tulis Pesek.
Lebih jauh khusus untuk proses pencarian pesawat hilang, Indonesia terbukti lebih efisien dibanding Malaysia. Pesek membandingkan betapa otoritas Basarnas, TNI, dan Kementerian Luar Negeri cepat memberi lampu hijau ketika militer asing hendak membantu pencarian AirAsia. Tercatat China, Australia, dan Amerika Serikat sudah siap terlibat di hari kedua pencarian.
"Sebaliknya, Malaysia Maret lalu dikritik semua pihak karena bersikap paranoid pada bantuan asing pada saat bencana," tulis Pesek.
"Justru, dengan kepala dingin mempersilakan armada China dan AS masuk ke perairan Indonesia menunjukkan kepercayaan diri Joko Widodo sebagai pemimpin," imbuhnya.
Dunia sebelumnya sudah memuji kerja keras Basarnas. Ahli penerbangan dari perusahaan konsultan penerbangan Martin Consulting, Mark Martin mengatakan, Indonesia termasuk cepat dalam mengidentifikasi kecelakaan, seperti jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat, pada Mei 2012 yang menewaskan 45 orang.
"Indonesia punya kapal selam tanpa awak yang bisa mengarungi wilayah bawah laut. Jika pesawat AirAsia QZ 8501 itu tenggelam di bawah laut, mereka pasti dengan cepat bisa menemukannya dan upaya penyelamatan pasti berjalan sukses," kata dia.
Untuk diketahui, penemuan AirAsia di Pangkalanbun merupakan salah satu pencarian pesawat hilang tercepat sepanjang sejarah RI. Waktu dibutuhkan tim SAR hingga ke lokasi tak sampai 70 jam, jauh lebih cepat dibanding insiden Silk Air di Sumatera Selatan 1997 atau Adam Air di Majene 2006.
(mdk/ard)