Ini Alasan WHO Sebut Cacar Monyet Belum Bisa Jadi Pandemi Global
Sejak Inggris melaporkan kasus pertama cacar monyet pada 7 Mei lalu kini sudah ada 400 kasus suspek dan terkonfirmasi yang dilaporkan kepada WHO di hampir dua lusin negara yang lokasinya jauh dari tempat virus ini menjadi endemi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) kemarin mengatakan saat ini belum khawatir akan penyebaran kasus cacar monyet di luar Afrika yang bisa memicu pandemi global.
Sejak Inggris melaporkan kasus pertama cacar monyet pada 7 Mei lalu kini sudah ada 400 kasus suspek dan terkonfirmasi yang dilaporkan kepada WHO di hampir dua lusin negara yang lokasinya jauh dari tempat virus ini menjadi endemi.
-
Apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus cacar monyet? "Pola hidup sehat dengan menjaga asupan gizi dan kebersihan tangan serta tidak berkontak dengan pasien yang mengalami infeksi ini, dan tidak menggunakan barang bersama merupakan hal yang penting diperhatikan," ujar Hanny dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara mencegah penyebaran virus cacar? Kebersihan tangan dan kuku sangat penting untuk mencegah penyebaran virus cacar ke area tubuh yang lain atau bahkan ke orang lain.
-
Bagaimana cara mengurangi risiko penularan virus cacar monyet di tempat umum? Perhatikan barang-barang di sekitar. Usahakan tidak menggunakan alat mandi bersama, handuk, atau sisir bersama di tempat umum karena masih potensial untuk menularkan infeksi," lanjut Hanny.
-
Di mana saja di Indonesia yang sudah ditemukan kasus cacar monyet? Berdasarkan data Kemenkes RI, kasus cacar monyet di Indonesia hingga kini baru ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Siapa saja yang bisa terkena cacar monyet? Cacar monyet adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau dari manusia ke manusia.
WHO sudah menyampaikan peringatan akan "situasi tidak lazim" ini , namun badan kesehatan PBB itu menuturkan tidak ada alasan untuk panik terhadap virus yang menyebar melalui kontak dekat dan biasanya tidak menyebabkan sakit parah ini.
Saat ditanya apakah penyakit ini bisa menjadi pandemi global, pakar cacar monyet WHO Rosamund Lewis mengatakan dalam jumpa pers, "kami tidak tahu. Tapi menurut kami tidak akan. Saat ini kita tidak khawatir akan terjadi pandemi global."
Menurut dia, perlu segera diambil langkah untuk mencegah penyebaran virus ini lebih luas.
"Masih memungkinkan untuk menghentikan wabah ini sebelum dia membesar," kata dia dalam sebuah forum daring, seperti dilansir MSN mengutip AFP, Selasa (31/5).
"Menurut saya, kita tidak perlu ramai-ramai merasa takut."
Cacar monyet masih berhubungan dengan cacar air yang dahulu membunuh jutan orang di seluruh dunia setiap tahun sebelum akhirnya bisa dibasmi pada 1980.
Namun cacar monyet jauh lebih tidak parah dan mereka yang terkena bisa sembuh dalam tiga hingga empat pekan.
Gejala awal dari penyakit ini yaitu demam tinggi, muncul ruam di kulit yang menggembung seperti campak.
Para ahli kini sedang menyelidiki mengapa virus ini tiba-tba bisa menyebar di negara yang sebelumnya tidak pernah mengalami dan menulari anak muda.
Salah satu teorinya adalah virus ini menyebar lebih mudah di antara orang yang berusia di bawah 45 tahun yang belum mendapat vaksin cacar air.
Vaksin untuk cacar air juga diketahui 85 persen efektif dalam mencegah cacar monyet, tapi kini pasokannya sedikit.
Para ahli khawatir cacar air bisa mengambil kesempatan adanya kesenjangan imunitas global dalam hal vaksin cacar air ini.
"Kami khawatir penyakit ini akan menggantikan cacar air dan kami tidak mau itu terjadi," kata Lewis yang juga mengepalai sekretariat cacar air WHO.
Dia juga menekankan perlunya meningkatkan kewaspadaan di antara mereka yang rentan, segera mendeteksi kasus, mengisolasi mereka yang tertular dan melakukan pelacakan kontak.
"Jika kita bertindak cepat dan kita bekerja bersama, kita bisa menghentikan ini sebelum penyakit ini menulari orang yang rentan," kata dia.
Sejauh ini banyak kasus ditemukan pada kaum pria yang berhubungan seks dengan pria.
Ahli menegaskan tidak ada bukti cacar monyet ditularkan lewat hubungan seks namun sejauh ini banyak kejadian yang mengaitkannya dengan acara-acara komunitas LGBT yang digelar dengan kerumunan orang jarak dekat.
"Ini bukan penyakit kaum gay," kata Andy Seale dari WHO. Dia mengatakan virus ini bisa menular dari kelompok masyarakat mana pun yang berada dalam kerumunan dan terjadi sentuhan antarkulit.
Sylvie Briand kepala persiapan dan pencegahan pandemi dan epidemi WHO mengakui penularan lewat pernapasan juga terjadi pada penyakit ini.
Namun dia mengatakan belum diketahui jelas apakah penularannya melalui "percikan (droplet) atau udara".
"Masih banyak yang tidak diketahui," kata dia dalam jumpa pers kemarin.
(mdk/pan)