Israel Bunuh 21.110 Warga Palestina di Gaza Hanya Dalam 82 Hari, 8.800 di Antaranya Anak-Anak
Sejak menyerang Gaza pada awal Oktober, Israel telah melakukan 1.779 operasi pembunuhan.
Sejak menyerang Gaza pada awal Oktober, Israel telah melakukan 1.779 operasi pembunuhan.
- Israel Bom Kamp Pengungsi di Gaza Pada Malam Idulfitri, 14 Orang Terbunuh Termasuk Anak-Anak
- Puluhan Komandan Militer Israel Terbunuh di Gaza, Kalah Lawan Hamas Saat Operasi Darat
- "Jika Israel Menyerang Rafah, Kami Tak Ada Tempat Lain Lagi Kecuali ke Kuburan"
- Israel Segera Akhiri Serangan Darat di Gaza dan Tarik Semua Pasukan, Ini Alasannya
Israel Bunuh 21.110 Warga Palestina di Gaza Hanya Dalam 82 Hari, 8.800 di Antaranya Anak-Anak
Dari awal serangan di Gaza pada 7 Oktober, Israel telah membunuh sebanyak 21.110 warga Palestina, di antaranya sebanyak 8.800 anak-anak dan 6.300 wanita, menurut laporan media Gaza pada Rabu seperti dilansir Anadolu Agency.
Laporan tersebut menyebutkan “jumlah warga Palestina terbunuh yang dibawa ke rumah sakit di Jalur Gaza sejak awal perang telah mencapai 21.110 orang.”
Sumber: Middle East Monitor dan The Cradle
“Selama 82 hari perang genosida yang komprehensif, tentara Israel melakukan 1.779 pembantaian, mengakibatkan 28.110 orang syahid dan hilang,” jelas laporan tersebut, dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (29/12).
Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Ashraf al-Qudra mengatakan pada 27 Desember Israel melakukan pembantaian dalam kurun waktu 24 jam.
Foto: Ashraf Amra/Anadolu Agency
Sementara itu, lembaga pemantau HAM yang berbasis di Jenewa, Euro-Mediterania (Euro-Med) menyatakan jumlah korban tewas mencapai lebih dari 29.000 orang, termasuk lebih dari 11.000 anak-anak, dan lebih dari 56.000 orang mengalami luka. Lembaga ini juga memperkirakan lebih dari 1,9 juta orang telah mengungsi di Gaza.
Seorang juru bicara dari Kementerian Kesehatan juga menyampaikan Israel semakin meningkatkan intensitas serangannya di sekitar Rumah Sakit Nasser, dan menyampaikan keprihatinan terkait dengan kejadian berulang seperti serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al-Shifa. Juru bicara tersebut juga meminta lembaga-lembaga PBB untuk segera mengambil tindakan guna menjamin perlindungan bagi Rumah Sakit Nasser, para staf, korban luka dan pasien yang sedang sakit, serta ribuan pengungsi yang berada di dalamnya.
Selain itu, juru bicara tersebut juga mengajukan permintaan kepada lembaga lain untuk melakukan intervensi yang penting guna membuka kembali Rumah Sakit Al-Shifa.
Marwan Al-Hams, yang menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Abu Youssef Al-Najjar di Rafah, mengingatkan bahwa kondisi di sana sangat memprihatinkan. Dia menekankan, penyakit menular telah menyebar di kalangan para pengungsi yang tinggal di dalam kompleks rumah sakit.
Selain itu, Hams juga menyoroti kekurangan obat-obatan yang sangat dibutuhkan, terutama untuk pasien yang menderita penyakit jantung dan ginjal. Dia mengeluarkan seruan mendesak untuk segera menyediakan semua jenis obat-obatan dan peralatan medis ke Gaza, sembari menyatakan persediaan barang yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah hampir habis.
Meskipun kondisi dan krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah, belum tampak adanya indikasi Israel bakal menghentikan operasi militernya. Pada Selasa, tentara Israel mengumumkan Brigade Komandonya sedang melakukan pergerakan menuju Khan Yunis, berbeda dengan laporan terbaru yang menyatakan adanya upaya untuk menarik pasukan keluar dari Gaza.
Pada Senin (25/12), Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan mereka tidak akan berhenti dan akan terus melanjutkan operasi hingga meraih kemenangan, meskipun telah ada seruan dari komunitas internasional dan anggota keluarga tawanan Israel yang meminta gencatan senjata.
Reporter Magang: Haikal Ersyad