Jumlah penganut berkurang, umat Kristen Betlehem salahkan muslim
Keluarga Kristen di Betlehem rata-rata hanya memiliki dua anak, kalah jauh dibanding keluarga muslim.
Pemimpin Komunitas Kristen Palestina di Kota Betlehem Samir Qumsieh menyatakan makin berkurangnya penganut Kristen di kota kelahiran Yesus itu adalah akibat umat Islam, bukan karena Israel.
Dalam pidatonya pada siaran televisi lokal, Qumsieh mengakui konflik di kawasan itu antara Israel dan Palestina ikut mempengaruhi jumlah penganut Kristen. Dalam pidatonya itu dia tidak sepenuhnya menyalahkan Israel, seperti dilansir israeltoday.co.il, Selasa (24/12).
-
Apa yang dirindukan Palestina dalam puisi ini? Negeri ini merindukan kedamaian yang tak tergoyahkan.
-
Apa yang dilakukan tentara Israel terhadap tahanan Palestina? Dengan posisi tangan terikat dan tanpa busana, para tahanan tersebut diperdaya sebagai perisai hidup untuk masuk ke rumah dan terowongan hancur di Jalur Gaza.
-
Bagaimana Israel merespon pengakuan negara Palestina? Sebagai tanggapan, Israel menarik duta besarnya untuk Irlandia, Norwegia, dan Spanyol. Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, melakukan tindakan provokatif dengan mengunjungi Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, menyatakan bahwa situs suci tersebut "hanya milik negara Israel."
-
Mengapa Israel menentang pengakuan negara Palestina? Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyatakan pengakuan tersebut merupakan serangan terhadap kedaulatan Israel dan membahayakan keamanannya, meskipun ia tidak menjelaskan detailnya.
-
Di mana kejadian tentara Israel melempar jasad warga Palestina terjadi? Dilansir Middle East Eye, video tersebut memperlihatkan tiga tentara memanjat ke atas atap, memegangi mayat-mayat dan melemparkannya satu per satu dari atas atap.
-
Di mana tahanan Palestina dipenjara? Ada 19 penjara di Israel dan satu di Tepi Barat yang diduduki Israel yang mengurung tahanan Palestina.
Qumsieh berkeras mengatakan ancaman terbesar yang dihadapi umat Kristen, kini berjumlah sepertiga penduduk Betlehem, antara lain rendahnya tingkat kelahiran, perpindahan penduduk, dan diskriminasi oleh warga muslim.
"Diskriminasi itu terjadi sembunyi-sembunyi dan itu lebih membahayakan," kata Qumsieh.
Dia mengatakan keluarga Kristen di sana rata-rata hanya memiliki dua anak, kalah jauh dengan rata-rata keluarga muslim. Kondisi saat ini, kata dia, semakin berbahaya karena banyaknya bukti kehadiran jaringan Al Qaidah di kawasan konflik itu.
(mdk/fas)