Keluarga Bantah Klaim China Soal Pembebasan Tahanan Uighur dari Kamp Pelatihan
Pemerintah China mengklaim telah membebaskan 90 persen tahanan muslim Uighur dari kamp di Xinjiang yang disebut sebagai tempat pendidikan (pelatihan) ulang. Dalam klaimnya, pemerintah China juga menyebut warga yang telah dibebaskan kini telah mendapatkan pekerjaan.
Pemerintah China mengklaim telah membebaskan 90 persen tahanan muslim Uighur dari kamp di Xinjiang yang disebut sebagai tempat pendidikan (pelatihan) ulang. Dalam klaimnya, pemerintah China juga menyebut warga yang telah dibebaskan kini telah mendapatkan pekerjaan.
Namun keluarga muslim Uighur membantah klaim tersebut. Termasuk juga penolakan atas klaim tersebut datang dari Amerika Serikat dan organisasi HAM. Demikian dilansir dari laman Alaraby, Kamis (1/8).
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Masjid Agung Al Munada Darussalam Baiturrahman di Tebet? Bangunan menyerupai perahu inilah yang kemudian menjadi ikon dari masjid tersebut. Tak sedikit juga jemaah yang mengabadikan gambar di sekitar area perahu.
China diperkirakan telah menahan 1,5 juta muslim, mayoritas dari etnis Uighur di kamp pelatihan yang disebut sebagai kamp konsentrasi oleh pengacara dan organisasi HAM dunia.
China mengklaim langkah itu sebagai upaya mengatasi ancaman separatis dan ekstremis Islam di wilayah tersebut, dan melabeli tahanan dengan sebutan 'siswa' yang harus dilatih agar bisa berintegrasi dengan masyarakat China.
Wakil pemimpin pemerintah Xinjiang, Alken Tuniaz mengklaim lebih dari 90 persen 'siswa' telah menyelesaikan pelatihan dan kembali ke keluarga mereka.
"Sebagian besar telah berhasil mendapatkan pekerjaan," ujarnya.
Namun para ahli dan pengacara meragukan klaim tersebut karena tak ada bukti pembebasan tahanan dalam jumlah besar.
"China membuat pernyataan yang menipu dan tidak dapat diverifikasi dalam upaya sia-sia untuk menghilangkan kekhawatiran di seluruh dunia atas penahanan massal warga Uighur dan anggota etnis minoritas lainnya di Xinjiang," kata Direktur Asia Tenggara dan Asia Timur Amnesty International, Nicholas Bequelin dalam sebuah pernyataan.
"Kami tidak menerima laporan pembebasan dalam skala besar, faktanya keluarga dan teman-teman para tahanan belum bisa menghubungi mereka (tahanan)," imbuhnya.
Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon dalam pernyataan bersama juga mengatakan mereka tidak dapat memverifikasi klaim yang masih kabur.
Skeptisisme yang sama itu disampaikan Kongres Uighur Dunia, sebuah kelompok yang berbasis di Jerman yang mengkampanyekan penentuan nasib masyarakat Uighur, yang mengatakan klaim itu memiliki pola yang dapat diprediksi dari pernyataan meragukan.
Muslim Uighur di seluruh dunia meramaikan media sosial dengan tagar #ProveThe90, meminta Tuniaz menyampaikan di mana keluarga mereka yang hilang, yang sebelumnya diduga ditahan di kamp pelatihan.
"Jika memang benar mereka dibebaskan, maka izinkan saya berbicara dengan ibu saya!" kata salah seorang pengguna Twitter.
"90%?? Tunjukkan saya orang tua saya, #ProveThe90.! Saya sangat merindukan orang tua saya, buktikan wahai pembohong!"
Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon juga mendesak China mengizinkan pejabat PBB memiliki akses tanpa batas ke kamp-kamp, dan memungkinkan umat Islam untuk bepergian dengan bebas dari Xinjiang dan China.
Baca juga:
Turki Siap Kirimkan Pengamat ke Xinjiang untuk Pantau Nasib Muslim Uighur
Pemerintah China: Sebagian Besar Warga Uighur di Kamp Xinjiang Sudah Bebas & Bekerja
Suara yang Menolak Bungkam, Melarikan Diri Bukanlah Solusi Bagi Muslim China
Merek Ternama Dunia Diduga Dipasok Bahan dari China yang Pekerjakan Muslim Uighur
22 Negara Kecam Perlakuan China terhadap Minoritas Muslim Uighur
Tiongkok Disebut Paksa Install Malware ke Turis, Data Pribadi Terlacak