Temuan 'Tulang Naga' di China Ungkap Manusia Purba Punya Kesukaan yang Sama dengan Manusia Zaman Sekarang
Manusia purba yang hidup China timur 1,5 juta tahun yang lalu melakukan berbagai aktivitas tidak hanya untuk bertahan hidup.
Manusia purba yang hidup China timur 1,5 juta tahun yang lalu melakukan berbagai aktivitas tidak hanya untuk bertahan hidup.
-
Apa yang unik dari Fosil Manusia Purba? Uniknya dari tiga belas individu ini tidak ada satupun leluhur yang berasal dari luar Afrika Selatan yang menunjukan bahwa keturunan para leluhur di wilayah ini masih terjaga sampai sekarang.
-
Kapan 'Manusia Naga' hidup? Peneliti meyakini individu yang berusia 900.000 tahun tersebut adalah hibrida—sebagian dari Homo sapiens, dan sebagian lagi dari Homo longi, spesies yang telah lama hilang dan dikenal sebagai 'Manusia Naga'.
-
Dimana fosil naga ditemukan? Fosil tersebut ditemukan di deposit batu kapur kuno di China selatan.
-
Siapa yang menemukan kerangka manusia purba? Pada 1911, penambang yang mencari bahan baku pupuk menginjak benda aneh di sebuah gua yang dekat dengan Lovelock, Nevada.
-
Siapa yang menemukan penemuan manusia purba ini? Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Kemajuan Ilmu Pengetahuan ini melibatkan para ahli dari Universitas New York, Universitas Tübingen, dan Museum Nasional di Berlin.
-
Dimana fosil manusia purba ditemukan? Dilansir Ancient Origins, arkeolog pertama kali menemukan fosil ini di Hualongdong, China Timur pada 2019 lalu.
Temuan 'Tulang Naga' di China Ungkap Manusia Purba Punya Kesukaan yang Sama dengan Manusia Zaman Sekarang
Manusia purba yang hidup China timur 1,5 juta tahun yang lalu melakukan berbagai aktivitas tidak hanya untuk bertahan hidup, tetap berdasarkan temuan baru, mereka juga berkreasi, menyukai hiburan, dan bermain.
Sumber: South China Morning Post
Selama satu abad terakhir, Cekungan Nihewan di provinsi Hebei menjadi terkenal karena banyaknya situs paleolitikum Pleistosen Awal yang berusia lebih dari 2 juta tahun.
Namun di sebuah situs yang baru ditemukan oleh seorang penduduk desa, para arkeolog menemukan bukti adanya tanda “manusia” pada benda-benda yang ditemukan di sana, yang mungkin menunjukkan bahwa pembuatnya menggunakannya untuk hiburan.
Fosil dan kerikil yang ditemukan di situs tersebut, yang tampaknya berasal dari tempat lain, bersama dengan benda-benda yang menunjukkan tanda “kreativitas manusia”, dapat membantu mengungkap lebih banyak tentang budaya dan perilaku nenek moyang manusia purba di China.
“Semakin banyak temuan arkeologis di cekungan tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak mungkin bermigrasi keluar Afrika lebih dari 2 juta tahun yang lalu."
Wei Qi, peneliti di Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi Chinese Academy of Sciences (CAS).
Wei mengatakan, situs baru di cekungan yang disebut Lujiaoliang itu berusia sekitar 1,5 juta tahun.
Penemuan ini dituangkan dalam makalah karya Li Kaiqing dari Cagar Alam Nasional Nihewan dan akan segera diterbitkan dalam jurnal CAS Quaternary Sciences edisi kedua tahun ini.
Menurut penulis makalah, fosil mamalia di Lujiaoliang cukup melimpah, termasuk gigi dan tulang yang kemungkinan besar berasal dari mamut stepa, badak, dan kuda berjari tiga.
Beberapa spesies yang diidentifikasi di situs tersebut merupakan spesies unik yang berasal dari era Pleistosen Awal. Wei mengatakan, ini membantu para ilmuwan menentukan usia fosil antara 2,58 juta dan 781.000 tahun.
Tulang hewan yang ditemukan di Lujiaoliang ini dalam kondisi terpecah dan tidak lengkap. Salah satu tulang yang ditemukan bahkan menunjukkan goresan yang dibuat manusia menggunakan perkakas batu, yang sangat berbeda dengan goresan hewan, kata Wei.
Namun, variasi fosil yang ditemukan – yaitu gigi – menunjukkan bahwa fosil tersebut “jelas tidak ada hubungannya dengan (hominin) yang membuat makanan”, menurut makalah tersebut.
Para ilmuwan menyimpulkan, fosil-fosil tersebut telah dikumpulkan di tempat lain dan dipindahkan ke situs ini oleh hominin atau manusia purba yang menghuni daerah tersebut pada saat itu.
Kerikil yang ditemukan di Lujiaoliang juga mirip dengan kerikil sungai dari situs Heitugou di dekatnya.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa situs ini bukanlah tempat berburu atau tempat pemotongan mangsa, juga bukan tempat tinggal, menurut makalah tersebut.
Sebaliknya, para ilmuwan berspekulasi fosil dan kerikil tersebut “dikumpulkan untuk bersenang-senang” dan dibawa ke Lujiaoliang oleh anak-anak hominin yang dibawa oleh ibu mereka ke lokasi tersebut untuk bermain.
“Anak-anak dan remaja mengumpulkan tulang binatang besar dan fosil gigi dari singkapan situs kuno dan bermain dengannya,” jelas makalah tersebut, menambahkan bahwa kerikil tersebut mungkin dikumpulkan dan dibawa ke sana untuk alasan yang sama.
“Orang-orang pada masa itu adalah orang pertama yang mengumpulkan fosil ‘tulang naga’,” kata Wei.
Batu-batu ini juga diduga diberikan sebagai hadiah atau suap, yang merupakan bukti praktik budaya kuno, kata Wei.
“Situs ini merupakan situs rekreasi, jenis situs yang belum pernah ditemukan sebelumnya,” ujarnya.
Lujiaoliang, dan artefak hiburan hominin kuno yang ditemukan di sana, merupakan mata rantai yang hilang dalam sejarah budaya Cekungan Nihewan, yang menurut Wei merupakan budaya paleolitikum pertama yang secara resmi diberi nama di China.
Cekungan Nihewan juga mempunyai implikasi ketika manusia purba pertama kali meninggalkan Afrika.
Situs Heitugou, tempat asal kerikil tersebut, diperkirakan berusia 1,9 juta tahun. Wei mengatakan, ini menggucang teori bahwa manusia keluar dari Afrika 1,8 juta tahun yang lalu.
Situs-situs itu menunjukkan nenek moyang kita “tidak mungkin memasuki Asia Timur lebih dari 2 juta tahun yang lalu”, menurut makalah tersebut.
Namun Wei mengatakan klaim sebelumnya tentang Nihewan sebagai tempat kelahiran manusia “tidak memiliki dasar ilmiah”.
Namun, lanjut Wei, sekitar separuh situs paleolitikum dunia yang ditemukan sejauh ini berada di Nihewan, sehingga mengamankan statusnya sebagai kawasan penting untuk studi pada era tersebut.
Menurut para penulis makalah, kondisi penguburan di situs Lujiaoliang dan Heitugou menunjukkan adanya kemungkinan “menemukan fosil manusia kera di sini sangat tinggi”.