Keluarga Sotloff tantang pemimpin ISIS debat soal Islam
"Allah tidak menyukai penyerang," ucap Barak Barfi, juru bicara keluarga Sotloff.
Pihak keluarga Steven Sotloff, wartawan asal Amerika Serikat yang menjadi korban penggorokan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), kemarin mengatakan dia adalah seorang pria dengan "jiwa yang lembut", dan menantang pemimpin kelompok itu untuk berdebat tentang ajaran damai yang ada di dalam kitab suci umat Islam, Alquran.
ISIS, yang telah menguasai sebagian wilayah di Suriah dan Irak, dua hari lalu merilis sebuah video memperlihatkan pemenggalan Sotloff. Para pejabat Amerika mengonfirmasi keasliannya kemarin. Presiden Amerika Barack Obama juga berjanji untuk "membasmi dan menghancurkan" ISIS, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Kamis (4/9).
Barak Barfi, seorang teman Sotloff yang menjadi juru bicara keluarga, memberikan pernyataan yang sudah disiapkan pihak keluarga Sotloff dalam bahasa Inggris dengan menyatakan bahwa Sotloff adalah seorang penggemar sepak bola Amerika, suka menikmati makanan cepat saji, serial televisi "South Park" dan berbicara dengan ayahnya tentang golf.
"Sotloff, 31 tahun, terpecah antara dua dunia," kata pernyataan itu. "Tapi dunia Arab lebih menariknya."
"Dia bukan pecandu perang. Dia hanya ingin memberikan suara kepada mereka yang tidak punya," kata Barfi memberikan pernyataan di luar rumah keluarga Sotloff yang terletak di pinggiran Miami.
Barfi mengakhiri pernyataan dengan menyebut dalam bahasa Arab, "Steve meninggal sebagai martir untuk Allah".
Dia kemudian menantang pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, untuk berdebat tentang Islam dan mengatakan, "Celakalah kamu. Engkau mengatakan bulan Ramadan adalah bulan penuh belas kasih. Tapi di mana kasih Anda?"
"Allah tidak menyukai penyerang," ucap Barfi, yang merupakan sarjana Arab dan peneliti di lembaga riset New America Foundation di Washington. "Saya siap untuk mendebat Anda dengan khotbah. Saya tidak punya pedang di tangan saya dan saya siap untuk jawaban Anda."
Sandera Amerika lainnya yang dibunuh ISIS dalam beberapa pekan terakhir sebagai pembalasan atas serangan udara Amerika terhadap pasukan Negara Islam di Irak adalah jurnalis James Foley. Dia dipenggal dan video memperlihatkan insiden eksekusinya dirilis pada 19 Agustus lalu.
Sotloff adalah seorang jurnalis lepas yang pergi ke Timur Tengah untuk menulis bagi majalah Time dan Foreign Policy.
"Steve bukanlah pahlawan," kata keluarga dalam pernyataannya. "Seperti kita semua, dia adalah seorang manusia biasa yang mencoba untuk menemukan kebaikan yang tersembunyi di dunia kegelapan. Dan jika tidak ada, dia mencoba untuk menciptakannya. Dia selalu berusaha untuk membantu mereka yang kurang beruntung dari dirinya, menawarkan layanan karir dan kontak berharga untuk pendatang baru di wilayah ini."
Sotloff diculik di Suriah pada Agustus 2013 setelah dia melintasi perbatasan dari Turki. Dia dibesarkan di daerah Miami dan belajar jurnalisme di University of Central Florida. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan di situs media sosial Twitter bahwa Sotloff juga memiliki kewarganegaraan Israel.
"Sotloff merindukan kehidupan yang tenang di mana ia bisa menikmati permainan Miami Dolphins pada hari Minggu," kata keluarganya.
"Pekan ini kita berkabung," ucap keluarganya. "Tapi kita akan bangkit dari cobaan ini. Kami tidak akan membiarkan musuh-musuh menahan kami sebagai sandera dengan satu-satunya senjata yang mereka miliki, yaitu Ketakutan."