Kontroversi penghargaan jurnalis Hamas
Mereka terbunuh saat meliput serangan udara Israel.
Museum interaktif khusus berita dan jurnalis di Negara Bagian Washington D.C, Amerika Serikat, Newseum, memutuskan untuk tetap memberi penghargaan kehormatan untuk dua orang wartawan Hamas tewas saat meliput serangan udara Israel ke Palestina November 2012. Ini mendapat kritikan dari pihak konservatif pro-Israel.
surat kabar the Huffington Post melaporkan, Sabtu (11/5), museum itu akan menambahkan nama Hussam Salama dan Mahmud al-Kumi dua juru kamera bekerja di stasiun televisi Hamas Al-Aqsa di daftar jurnalis patut dikenang bersama 82 wartawan lain meninggal sepanjang tahun lalu.
Salama dan Kumi menjadi sasaran roket Israel dan mereka tewas saat merekam kondisi di wilayah al-Shifaa, Jalur Gaza.
Hukum internasional melindungi Jurnalis dalam konflik militer, siapapun mereka, dan dari mana berasal. Saat di daerah perang awak media menandai kendaraan mereka agar tidak menjadi sasaran. Begitu pula dengan kendaraan stasiun televisi Al-Aqsa.
"Museum kami mencatat nama jurnalis meninggal atau terbunuh saat melaporkan berita. Untuk bisa tercatat di monumen seseorang harus menjadi kontributor berita, dan berhubungan dengan kerja kewartawanan," ujar juru bicara Newseum.
Kepala bidang koresponden asing stasiun televisi NBC Richard Engel bakal memberikan kata sambutan pada anugerah penghargaan itu menolak untuk berkomentar soal itu. Dia memilih menghormati keputusan Newseum.
Hamas telah dicap kelompok teroris oleh pemerintah Amerika dan keputusan untuk memberi penghargaan pada jurnalis dari organisasi ini ditentang keras oleh kalangan konservatif dan beberapa media tidak setuju dengan keputusan tersebut.
Majalah mingguan the Weekly Standard menuliskan dalam laporannya Newseum menambahkan dua teroris dalam daftar jurnalis tewas. Sementara surat kabar Washington Examiner sengit dengan mengatakan Newseum telah menghina profesi jurnalis dengan memasukkan nama kedua wartawan al-Aqsa itu.
Direktur Eksekutif Lembaga Nasional Yahudi untuk Demokrasi mengatakan Newseum telah membuat kesalahan dan dia berharap keputusan itu dapat berubah.
Pihak Newseum dalam pernyataan mereka kemarin mengatakan tidak ada kesalahan. Pelbagai organisasi kewartawanan seperti Reporters without Borders, Asosiasi Media cetak dan Surat Kabar Dunia, menunjukkan Salama dan Kumi jurnalis tewas dalam tugas. Organisasi hak asasi Human Right Watch juga bilang dua juru kamera televisi Al-Aqsa ini tidak seharusnya menjadi target roket Negeri Bintang Daud.
"Media terbelah menjadi dua kubu, memuji Hamas, dan memuji Israel, namun menjadikan mereka sasaran dalam peristiwa perang adalah pelanggaran," ujar juru bicara Human Rights Watch.
Israel membenarkan membunuh keduanya lantaran mengklaim mereka mata-mata berkedok Jurnalis. Namun wartawan lain menantang pemerintah Negeri Zionis untuk membuktikan hal itu. Bahkan Israel juga menyerang fasilitas media di Jalur Gaza.
Newseum menambahkan setiap pemerintah dari negara bertikai dan sekutunya untuk tetap menghormati hukum internasional. Jurnalis tetap jurnalis. Newseum tidak bergeming dan tetap memberikan penghargaan layak bagi wartawan Hamas Salama dan Kumi.