Hamas dan Jihad Islam Tolak Usulan Mesir Soal Gaza Demi Imbalan Gencatan Senjata Permanen
Hamas dan Jihad Islam Tolak Usulan Mesir Soal Gaza Demi Imbalan Gencatan Senjata Permanen
Perang di Gaza sudah memasuki pekan ke-11 sejak 7 Oktober lalu.
Hamas dan Jihad Islam Tolak Usulan Mesir Soal Gaza Demi Imbalan Gencatan Senjata Permanen
Kelompok perlawanan Palestina Hamas dan Jihad Islam menolak usulan Mesir agar mereka melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza dengan imbalan gencatan senjata permanen. Demikian dikatakan dua sumber keamanan Mesir kepada kantor berita Reuters kemarin.
Laman Al Arabiya melaporkan, kedua kelompok itu sebelumnya sudah menggelar pertemuan terpisah dengan mediator Mesir di Kairo. Mereka menolak tawaran apapun selain membebaskan tawanan yang mereka culik pada 7 Oktober.
Mesir mengajukan proposal visi masa depan bagi Gaza yang didukung oleh mediator Qatar.
Dalam proposal itu ada poin kesepakatan gencatan senjata untuk pertukaran tawanan dan nantinya kesepakatan itu akan diperluas dengan gencatan senjata permanen seiring perombakan kekuasaan di Gaza yang saat ini dipimpin Hamas.
Mesir mengusulkan digelar pemilu dan memastikan kepada Hamas bahwa anggota mereka tidak akan diburu atau dipersekusi namun Hamas menolak tawaran apapun selain membebaskan tahanan, kata sumber itu. Saat ini diyakini masih ada lebih dari 100 tawanan Israel yang ditahan di Gaza.
Pejabat Hamas yang mengunjungi Kairo belum lama ini menolak berkomentar lebih jauh mengenai usulan Mesir itu. Dia menolak usulan tersebut dan menegaskan kembali posisi kelompoknya.
"Hamas bertujuan mengakhiri agresi Israel terhadap rakyat kami, pembantaian dan genosida, dan kami sudah membahas ini dengan saudara kami Mesir cara melakukan itu," kata pejabat Hamas kepada Reuters.
"Kami juga mengatakan bantuan kemanusiaan untuk rakyat kami harus diteruskan dan ditambah dan harus menjangkau semua yang ada di utara dan selatan," kata pejabat Hamas.
"Setelah agresi ini berhenti dan bantuan ditambah baru kami siap membahas soal pertukaran tawanan."
Kelompok Jihad Islam yang juga memiliki tawanan yang mereka tahan di Gaza menyampaikan sikap senada dengan Hamas.
Perwakilan Jihad Islam yang dipimpin oleh Ziad al-Nakhala saat ini sedang berada di Kairo untuk bertukar pendapat dengan pejabat Mesir soal pertukaran tawanan dan sejumlah masalah lainnya.
Namun seorang pejabat mengatakan Jihad Islam ingin agresi militer Israel dihentikan sebagai prasyarat bagi kesepakatan selanjutnya.
Jihad Islam berkukuh setiap pertukaran tawanan harus dilandasi prinsip "semua untuk semua", artinya semua tawanan yang dibebaskan di Gaza oleh Hamas dan Jihad Islam ditukar dengan membebaskan seluruh tahanan Palestina di penjara Israel.
Menurut Asosiasi Tahanan Palestina, sebelum perang 7 Oktober ada 5.250 tahanan Palestina di penjara Israel tapi angka itu terus bertambah hingga mencapai sekitar 10.000 karena Israel terus menangkap warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.
Pada Minggu malam Gaza Israel melancarkan serangan udara terbesar selama 11 pekan perang ini. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 70 warga tewas karena serangan udara Israel di Jalur Gaza.