Kremlin: Putin Tidak Ada Rencana Ucapkan Selamat Kepada Donald Trump
Kremlin menyatakan bahwa Rusia akan secara hati-hati mengawasi informasi terkait pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, tidak memiliki niatan untuk mengucapkan selamat kepada Donald Trump, yang berhasil meraih suara elektoral dan suara populer dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS).
"Presiden Rusia Vladimir Putin tidak berencana memberi selamat kepada Donald Trump," ungkap Dmitry Peskov, yang dikutip dari laman CNN, pada Rabu (6/11/2024). Ia menambahkan, "Jangan lupa bahwa kita berbicara tentang negara yang tidak bersahabat secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam perang melawan negara kita."
-
Bagaimana Gibran menang Pilpres? Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subianto sementara ini menjadi pemenang Pilpres versi quick count.
-
Siapa yang menentang penundaan Pilpres di Senegal? Sebagaimana dilaporkan Reuters, beberapa kelompok oposisi dan masyarakat sipil mengecam tindakan tersebut sebagai “kudeta institusional”.
-
Siapa yang keberatan atas hasil Pilpres di Bengkulu? Paslon 01 dan 03 Protes Prabowo-Gibran Menang di Bengkulu, Soroti Dugaan Bansos hingga Peran Pejabat Saksi Anies-Cak Imin mengaku keberatan karena ada dugaan pejabat memenangkan pasangan tertentu melalui program pemerintah.
-
Apa harapan Ridwan Kamil terkait hasil Pilpres? Saya sebagai ketua TKD Jabar kalau ternyata bisa bagus suara 02 satu putaran, kalau tidak tentu masih ada proses sampai Juni
-
Apa yang terjadi pada sidang perdana sengketa pilpres 2024? Juru Bicara Mahkamah Konstitusi (MK) Fajar Laksono menegaskan, sidang perdana sengketa pilpres 2024 yang akan digelar perdana esom hari hanya dihadiri depalan hakim MK tanpa Anwar Usman.
-
Apa yang akan dilakukan Ganjar Pranowo terkait hasil Pilpres 2024? Ganjar menegaskan, pihaknya akan melakukan gugatan hasil Pilpres 2024 itu ke MK. Dia berharap MK bisa dengan adil dan membongkar kejanggalan-kejanggalan pemilu.
Menurut Peskov, Rusia dengan seksama memantau perkembangan terkait Pilpres AS dan tidak mungkin memberikan penilaian resmi pada saat ini. "Masih ada beberapa hal yang harus dilakukan, mengingat presiden AS saat ini akan tetap menjabat selama hampir satu setengah bulan lagi," lanjut Peskov dalam konferensi pers rutin. Hal ini menunjukkan bahwa Rusia tetap berhati-hati dalam menanggapi situasi politik di Amerika Serikat, terutama dalam konteks hubungan internasional yang rumit antara kedua negara.
Kebijakan yang diterapkan oleh Trump
Peskov menekankan pernyataan penting yang diungkapkan oleh Trump, termasuk keinginan yang diidentifikasi oleh Kremlin untuk menghentikan kebijakan yang ada demi mengakhiri perang yang berkepanjangan dan memulai yang baru.
"Saat dia bersiap memasuki, atau ketika sudah berada di dalam Ruang Oval, kami menyadari bahwa terkadang pernyataan yang disampaikan memiliki nada yang berbeda. Oleh karena itu, kami melakukan analisis secara mendalam, mengamati, dan akan menarik kesimpulan berdasarkan kata-kata serta tindakan tertentu," ungkap Peskov. "Kami telah berulang kali menyatakan bahwa AS memiliki kemampuan untuk membantu menyelesaikan konflik ini. Tentu saja, hal tersebut tidak dapat dicapai dalam waktu singkat."
Ketika ditanya mengenai kemungkinan Trump merasa tersinggung karena tidak menerima ucapan selamat dari Putin, juru bicara Kremlin menambahkan, "Hampir tidak mungkin hubungan ini memburuk lebih jauh. Saat ini, hubungan kita berada pada titik terendah dalam sejarah."
Pernyataan ini menunjukkan betapa rumitnya dinamika hubungan internasional yang melibatkan kedua negara, dan bagaimana pernyataan serta tindakan dari masing-masing pemimpin dapat mempengaruhi situasi yang ada.
- Sempat Mau Diblokir, Bagaimana Nasib TikTok setelah Donald Trump Jadi Presiden?
- Donald Trump Terpilih Jadi Presiden Amerika, Ini Keuntungannya Bagi Indonesia
- Diam-Diam Punya Kedekatan dan Kerap Berkomunikasi, Vladimir Putin Sambut Gembira Kemenangan Donald Trump
- Mantan Presiden Rusia Peringatkan Amerika Agar Hindari Pecahnya Perang Dunia III