Kutuk Israel dan Bela Palestina, Mahasiswa Asal AS Ini Batal Dapat Kerja
Mahasiswa ini juga dipecat dari kepengurusan organisasi kampus.
Kutuk Israel dan Bela Palestina, Mahasiswa Asal AS Ini Batal Dapat Kerja
Seorang mahasiswa jurusan hukum Universitas New York (NYU) di Amerika Serikat dicoret sebagai kandidat karyawan di sebuah firma hukum internasional. Alasannya karena mahasiswa tersebut membela Palestina dan mengutuk serangan Israel di Jalur Gaza.
Dilansir Middle East Eye, mahasiswa ini sebelumnya mendapat tawaran kerja di firma hukum. Namun kemudian dibatalkan setelah dia mempublikasikan pesan pro-Palestina di buletin Asosiasi Mahasiswa Bar (SBA).
Selain itu, mahasiswa ini juga dipecat dari jabatannya dari salah satu organisasi mahasiswa.
Firma hukum Winston & Strawn, tanpa menyebutkan nama mahasiswa tersebut, mengeluarkan pernyataan pada hari Selasa yang menyebutkan mahasiswa itu mempublikasikan "komentar yang menghasut terkait serangan militan Hamas baru-baru ini terhadap Israel" Mereka menegaskan, komentar tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai perusahaan.
“Winston berdiri dalam solidaritas dengan hak Israel untuk hidup dalam perdamaian dan mengutuk Hamas dan kekerasan serta kehancuran yang telah dipicu oleh mereka dengan sangat keras.”
Buletin asosiasi mahasiswa yang diterbitkan setiap pekan itu berisi pesan dari presiden SBA, Ryna Workman, di mana ia menulis: "Saya ingin menyatakan, terutama, solidaritas teguh dan mutlak saya dengan rakyat Palestina dalam perjuangan mereka melawan penindasan menuju pembebasan dan penentuan nasib sendiri."
“Israel bertanggung jawab penuh atas hilangnya nyawa yang luar biasa besar ini," tulis Workman.
"Rezim kekerasan yang disetujui negara ini menciptakan kondisi yang membuat perlawanan diperlukan."
Workman menuliskan bahwa ia tidak akan mengutuk perlawanan Palestina.
"Saya mengutuk kekerasan yang menjebak ribuan orang di penjara terbuka (Gaza). Saya mengutuk kekerasan hukuman kolektif. Saya mengutuk kekerasan bom fosfor. Saya mengutuk kekerasan kompleks industri militer Amerika Serikat. Saya mengutuk kekerasan yang mengaburkan genosida sebagai 'masalah kompleks'. Saya mengutuk kekerasan dalam memberi label pada orang-orang tertindas sebagai 'binatang'."
Pada Selasa, Asosiasi Mahasiswa Hukum NYU mengeluarkan pernyataan, mereka telah memulai prosedur untuk mencopot Workman dari jabatannya sebagai presiden SBA. Menurut pernyataan itu, anggota SBA tidak menyetujui atau melihat pesan tersebut sebelum dipublikasikan.
Foto: MiddleEast Eye/Zainab Iqbal
Troy McKenzie, dekan di Fakultas Hukum NYU, mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan atas komentar Workman yang menyatakan bahwa pesan tersebut bukan berasal dari sekolah sebagai lembaga dan tidak mewakili pimpinan sekolah hukum.
“Tentu saja pesan tersebut tidak mencerminkan pandangan saya sendiri, karena saya mengutuk pembunuhan warga sipil dan tindakan kekerasan sebagai hal yang tercela,” katanya.
Seorang profesor di perguruan tinggi tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, berbicara kepada Middle East Eye. Dia mengatakan bahwa fakultas hukum tidak mengambil tindakan terhadap mahasiswa tersebut dan kemungkinan besar tidak akan melakukannya.
Dia menjelaskan, masalah utamanya adalah bahwa mahasiswa tersebut menulis sesuatu di kop surat resmi dan tampaknya berbicara atas nama seluruh mahasiswa.
"Bagi saya, itu adalah penilaian yang dipertanyakan," katanya. "Ini membuat fakultas berada dalam posisi sulit karena sekolah hukum dianggap oleh semua orang sebagai pandangan sekolah hukum."
Maryam (nama samaran), mahasiswa di Fakultas Hukum NYU, mengatakan terjadi ketegangan tinggi di institusi tersebut dan sebagai mahasiswa Muslim, dia takut untuk berbicara terbuka tentang kejahatan Israel di depan umum.
Dia menambahkan, mendengar tawaran Workman yang dicabut telah membuat dia dan yang lainnya merasa gelisah.
"Saya bertanya-tanya apakah saya mengorbankan nilai-nilai moral saya dengan tetap diam ketika seharusnya saya berteriak sekuat tenaga untuk Palestina merdeka," katanya.
"Tapi pada saat yang sama, saya adalah anak tertua di keluarga saya. Saya tidak ingin mengambil resiko kehilangan pekerjaan di perusahaan besar. Saya tidak tahu apa yang membuat saya (jadi ) seorang pengecut."