Ini Sosok Otak Serangan Hamas ke Israel, Bermata Satu, Pakai Kursi Roda dan Tak Bisa Dibunuh Israel
Mohammed Deif dijuluki "si sembilan nyawa" karena berulang kali lolos dari percobaan pembunuhan oleh Israel.
Ini Sosok Otak Serangan Hamas ke Israel, Bermata Satu, Pakai Kursi Roda dan Tak Bisa Dibunuh Israel
Hujan roket yang ditembakkan Hamas ke Israel pada Sabtu lalu sangat mengejutkan dan mendadak. Sebanyak 5.000 roket ditembakkan dari Jalur Gaza. Pasukan Hamas juga berhasil membobol perbatasan Israel.
Tindakan Hamas ini membuat murka Israel dan sekutu Baratnya. Serangan dadakan dan paling mematikan ini dipimpin Mohammed Deif.
Deif adalah pemimpin sayap militer Hamas. Dia sosok yang misterius dan beberapa kali selamat dari berbagai upaya pembunuhan oleh Israel. Ia berperan sebagai komandan Gaza dari sayap militer Hamas pada tahun 2002, namun Deif telah lama menjadi target utama Israel.
Serangan Hamas bersama kelompok perlawanan Jihad Islam juga berhasil menangkap ratusan tentara Israel dan membawanya ke Gaza. Tujuannya adalah untuk menukarkan mereka dengan ribuan tahanan Palestina yang ditahan Israel.
Terkait sosok Deif, sangat sedikit hal yang diketahui tentangnya. Dia kerap dijuluki sebagai sosok yang “misterius”.
Deif memimpin sayap militer Hamas sejak tahun 2002. Ia lahir dengan nama Mohammed Diab Ibrahim al-Masri di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza pada tahun 1960-an. Gaza pada saat itu berada di bawah kendali Mesir (1948-1967), kemudian di bawah kendali Israel (1967-2005), dan akhirnya dikuasai oleh Otoritas Palestina (2005-2007). Pada tahun 2007, kudeta Hamas membawanya berkuasa di Gaza.
Riwayat Deif juga mencakup keterlibatan keluarganya dalam serangan bersenjata oleh Palestina pada tahun 1950-an di wilayah yang sama yang digunakan oleh anggota Hamas saat menyerbu Israel pada hari Sabtu. Deif kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Gaza.
Sumber: Daily Mail
Peran Deif dalam Hamas dimulai pada tahun 1980-an saat Hamas didirikan sebagai respons terhadap Intifada Palestina pertama terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Deif berada di usia 20-an saat Intifada pertama terjadi. Ia juga pernah dipenjara oleh Israel karena dianggap bertanggung jawab atas kematian puluhan orang dalam serangan bom bunuh diri, termasuk serangan bom di tahun 1996 yang menewaskan lebih dari 50 warga sipil.
Serangan-serangan bom bunuh diri tersebut dilancarkan sebagai respons terhadap Perjanjian Oslo yang ditandatangani pada awal tahun 1990-an antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang mewakili sebagian besar rakyat Palestina. Perjanjian tersebut bertujuan untuk mencapai penentuan nasib sendiri bagi Palestina dalam bentuk negara Palestina yang berdampingan dengan Israel. Namun, Hamas menentang perjanjian tersebut dengan alasan bahwa Israel telah menguasai wilayah Palestina dalam Perang Arab-Israel 1948, sehingga perjanjian tersebut akan berarti kehilangan wilayah bagi Palestina.
Deif dikabarkan berguru pada Yahya Ayyash, seorang ahli pembuatan bom yang dijuluki "Insinyur" dan tewas terbunuh oleh Israel pada tahun 1996 dengan sebuah ponsel berisi bahan peledak. Deif kemudian terlibat dalam sayap militer Hamas, yaitu Al-Qassam.
Lolos Upaya Pembunuhan
Israel berulang kali berusaha membunuh Deif. Meskipun hanya menjadi komandan Gaza dari sayap militer Hamas pada Juli 2002, Deif telah lama menjadi target utama Israel. Pada tahun yang sama, sebuah helikopter Israel menembakkan rudal ke sebuah mobil di dekat Kota Gaza, yang mengakibatkan kematian dua anggota Hamas. Setidaknya 40 orang lainnya, termasuk 15 anak-anak, terluka dalam serangan tersebut.
Deif pernah dicap sebagai teroris oleh Departemen Luar Negeri AS. Selama konflik antara Israel dan Hamas pada tahun 2014, Deif adalah otak dari strategi serangan Hamas. Pada tahun yang sama, Israel mengkonfirmasi upaya pembunuhan terhadap Deif dengan serangan terarah pada sebuah rumah, yang diduga mengakibatkan kematian istri dan anak laki-laki Deif yang berusia tujuh bulan.
Kehilangan Tangan, Kaki, dan Mata
Upaya pembunuhan yang berulang kali ini dilaporkan membuat Deif harus menggunakan kursi roda setelah kehilangan satu lengan dan satu kaki, dan beberapa laporan mengklaim bahwa ia juga kehilangan satu mata. Keberhasilan Deif bertahan hidup dari serangan-serangan tersebut telah menciptakan citra dan prestise sebagai sosok yang seakan tak terkalahkan.
Saat ini, Israel dan Hamas berada dalam konfrontasi yang berkepanjangan, dan Deif tetap menjadi sosok misterius yang memiliki peran penting dalam dinamika konflik antara Israel dan Palestina.