FOTO: Momen Terakhir Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Sebelum Tewas Dibunuh Israel: Hanya Sendirian, Sempat Berikan Perlawanan
Di tengah situasi yang terdesak, Pemimpin Hamas Yahya Sinwar tetap memberikan perlawanan terhadap Israel sampai napas terakhirnya.
Israel mengumumkan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah terbunuh di Rafah, Jalur Gaza. Hal tersebut disampaikan pada Kamis (17/10), namun belum ada pernyataan resmi dari Hamas terkait syahidnya Sinwar.
Gambar yang diperoleh Reuters dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF), pada Jumat (18/10), memperlihatkan momen terakhir Pemimpin Hamas Yahya Sinwar sebelum tewas dibunuh Israel. Pria berusia 62 tahun itu terlihat duduk sendirian pada sofa di sebuah bangunan yang telah hancur akibat pertempuran.
Sementara, rekaman video yang menampilkan momen terakhir Yahya Sinwar juga beredar luas di media sosial.
Dalam video yang diambil menggunakan drone tersebut, Sinwar tetap memberikan perlawanan sampai napas terakhirnya. Dia terlihat melempar sebuah benda ke drone tersebut. Simak potretnya!
Momen terakhir seorang pria yang disebut sebagai Pemimpin Hamas Yahya Sinwar sebelum tewas dibunuh Israel. Dia terlihat duduk pada sofa di sebuah bangunan yang telah hancur akibat peperangan. Wajahnya tampak terbungkus keffiyeh, penutup kepala khas Palestina.
Pada gambar yang diabadikan oleh sebuah drone tersebut, salah satu tangan Sinwar terlihat putus, diduga terluka karena pertempuran dengan tentara Israel.
Di tengah situasi yang terdesak itu, Sinwar tetap memberikan perlawanan sampai napas terakhirnya. Dia terlihat melemparkan sebuah benda pada drone dengan tangan lainnya.
Sosok Yahya Sinwar: Terlahir di Pengungsian, Tewas di Pertempuran
Sinwar (62), menjadi pemimpin Hamas sejak Agustus, setelah pendahulunya, Ismail Haniyeh dibunuh Israel di Teheran, Iran.
Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza selatan, pada 1962. Orang tuanya diusir dari rumah mereka di Ashkelon oleh Israel pada 1948 selama peristiwa Nakba, ketika 750.000 rakyat Palestina juga diusir dari rumah mereka.
Dia mengambil studi Arab saat kuliah di Universitas Islam Gaza, di mana dia pertama kali merasakan politik dan aktivisme mahasiswa, seperti dikutip dari Middle East Eye, Jumat (18/10).
Pada 1982, Sinwar ditangkap di kampusnya untuk pertama kali oleh otoritas Israel karena terlibat dalam aktivisme anti penjajahan. Dia ditangkap lagi tiga tahun kemudian, dan akhirnya pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin. Yassin kemudian menarik Sinwar ke dalam lingkarannya.
Sinwar kemudian menjadi salah satu pendiri Munazzamat al-Jihad w'al-Dawa, atau Majd, yang didirikan untuk memburu dan melenyapkan orang-orang Palestina yang bekerja sama dengan Israel. Ia menjadi aparat keamanan pertama Hamas yang baru dibentuk.
Selama agresi Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, Sinwar tidak pernah terlihat di hadapan publik. Dia diyakini berada di bawah terowongan di bawah Jalur Gaza. Beberapa tawanan Israel yang kemudian dibebaskan mengatakan mereka melihat dan bahkan berbicara dengan Sinwar di dalam terowongan.