Sumber Hamas: Yahya Sinwar Bertempur di Garis Depan Selama 18 Hari Sebelum Gugur
Di hari kematiannya Yahya Sinwar bertempur melawan pasukan Israel selama sekitar dua jam.

Seorang sumber di kelompok Hamas mengatakan pemimpin mereka Yahya Sinwar bertempur di garis depan selama 18 hari sebelum gugur dibunuh pasukan Israel di Rafah, Gaza, Rabu lalu.
Jumat lalu Hamas telah mengonfirmasi kematian pemimpin mereka.
Menurut sumber tersebut, Sinwar disarankan untuk meninggalkan medan pertempuran setelah dia ditunjuk untuk menjadi pemimpin Biro Politik Hamas. Tapi dia menolak dan berkeras untuk tetap bertempur dan gugur di medan perang.
"Dia tidak mau meninggalkan medan pertempuran, dia ingin gugur di medan perang. Dia bertempur melawan Israel di Rafah selama 18 hari dan terlibat kontak senjata bersama empat pejuang Hamas lainnya di hari kematiannya. Pertempuran itu berlangsung sekitar dua jam," kata sumber itu, seperti dilansir Almayadeen, Ahad (20/10).
Yahya Sinwar menolak untuk tinggal diam saat penjajah Israel terus membantai rakyat Palestina di Gaza bahkan sampai titik darahnya yang penghabisan.
Sendirian
Selama ini Israel mengklaim sebelum tewas, Yahya Sinwar tengah bersembunyi di terowongan dengan menggunakan tawanan sebagai perisai manusia.
Israel juga menyebut posisi Sinwar saat itu tengah bersembunyi di sebuah rumah bersama pejuang lainnya dengan peralatan tempur lengkap termasuk rompi, granat, amunisi dan senapan.
Namun, nyatanya klaim Israel tersebut tidak benar. Beberapa sumber mengatakan kepada Sputnik bahwa di detik-detik terakhir menjelang kematiannya, Sinwar tengah sendirian di dalam sebuah rumah setelah rekan-rekannya berusaha mengalihkan perhatian pasukan penjajah darinya.
Ia, memilih untuk menutupi wajahnya dengan sorban untuk menghindari pengenalan kecerdasan buatan (AI) ketika pasukan Israel mengirim pesawat nirawak untuk merekamnya.
Tanpa membawa apapun kecuali tongkat di tangan, Sinwar duduk di atas sofa dan melemparkan tongkat itu ke pesawat drone Israel. Tak lama setelah itu rumah tempat Sinwar berada dibombardir sekali lagi dan menyebabkan Sinwar syahid.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti