Hamas Konfirmasi Kematian Yahya Sinwar, Tegas Tak Akan Bebaskan Tawanan Israel Kecuali Dengan Syarat Ini
Sinwar terbunuh dalam pertempuran saat melawan pasukan penjajah Israel pada Rabu (16/10) di Rafah, Jalur Gaza selatan.
Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, akhirnya mengonfirmasi syahidnya pemimpin mereka, Yahya Sinwar. Sinwar terbunuh dalam pertempuran saat melawan pasukan penjajah Israel pada Rabu (16/10) di Rafah, Jalur Gaza selatan.
Pengumuman kematian Sinwar disampaikan anggota Hamas, Khalil Al-Hayya. Hayya menyampaikan, Sinwar adalah sosok yang mendedikasikan hidupnya untuk Palestina.
"Dia mengorbankan nyawanya di jalan Allah menuju pembebasan (Palestina)," ungkapnya.
Sinwar merupakan kepala biro politik Hamas, menjabat sejak Agustus lalu, menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh Israel saat berada di Teheran, Iran.
Sinwar, lanjut Hayya, melawan langsung pasukan penjajah dengan senjatanya sampai detik-detik terakhir hidupnya demi mempertahankan tanah airnya.
"Bertahan di tanah Gaza. Membela tanah air Palestina dan tempat sucinya," ujarnya.
Perancang Operasi Badai Al-Aqsa
Dia juga menyinggung peran Sinwar sebagai penggagas Operasi Badai Al-Aqsa (Taufan Al-Aqsa) pada 7 Oktober 2023, ketika pasukan Hamas menyerang Israel. Operasi ini yang kemudian menjadi pemicu perang genosida Israel di Gaza yang masih berlangsung hingga saat ini.
Syahidnya Sinwar, lanjut Hayya, justru akan semakin memperkuat gerakan perlawanan.
Hayya juga menegaskan Hamas tidak akan membebaskan para tawanan Israel kecuali Israel menarik diri dari Gaza.
"Tawanan Israel tidak akan kembali kepada kalian (keluarga mereka) kecuali dengan penarikan penuh Israel dari Gaza, menghentikan agresi, dan pembebasan tawanan Palestina dari penjara-penjara Israel," tegasnya.