Sosok Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Wafat Dibunuh Israel, ini Kisah Hidupnya Penuh Penderitaan & Perjuangan Melawan Zionis
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dikabarkan tewas dalam serangan yang dilakukan Israel.
Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dilaporkan tewas dalam serangan militer di Jalur Gaza bagian selatan. Israel mengumumkan soal kematian Sinwar pada Kamis (17/10) kemarin. Namun, belum ada pernyataan resmi dari Hamas terkait klaim ini.
Berdasarkan informasi, Sinwar wafat dalam serangan pada Rabu, 16 Oktober 2024. Tentara Israel menyebut, jika hasil forensik menyatakan salah satu dari pejuang Palestina yang wafat adalah Yahya Sinwar.
Kematian Sinwar tentu menambah daftar panjang pemimpin Hamas yang terbunuh dalam perang berkepanjangan ini. Sinwar sendiri resmi menjadi pemimpin Hamas pada bulan Agustus lalu, setelah pendahulunya Ismail Haniyeh terbunuh dalam serangan di Teheran, Iran.
Sosok Yahya Sinwar
Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis, di Gaza selatan pada tahun 1962. Dia tumbuh di tempat itu usai orangtuanya diusir paksa oleh Israel dari rumah mereka di Askhelon pada tahun 1948, selama tragedi Nakba.
Setelah dewasa, Sinwar menempuh pendidikan di Universitas Islam Gaza dan di situlah dirinya mulai terlibat aktif merasakan politik mahasiswa dan aktivisme. Dia bahkan pernah ditangkap pada tahun 1982 oleh otoritas Israel karena keterlibatannya dalam aktivisme anti-pendudukan.
Sinwar ditangkap kembali tiga tahun kemudian dan berkesempatan bertemu dengan Ahmed Yassin, pendiri Hamas. Sejak itulah dia mulai akrab dengan lingkaran dalam Hamas.
Sinwar kemudian ikut mendirikan Munazzamat al-Jihad w'al-Dawa atau Majd, untuk memburu dan melenyapkan kolaborator Palestina dengan Israel. Ia menjadi aparat keamanan pertama Hamas yang baru dibentuk.
Pada tahun 1988, ia kembali ditangkap oleh pasukan Israel dan dijatuhi empat hukuman seumur hidup atau setara dengan 426 tahun penjara. Sinwar dituduh terlibat dalam penangkapan dan kematian dua tentara Israel dan empat tersangka mata-mata Palestina.
Selama mendekam di penjara, Sinwar mendalami bahasa Ibrani, sering membaca surat kabar Israel, dan membenamkan dirinya dalam politik dan budaya Israel. Hal tersebut dilakukan untuk membantunya lebih memahami musuh.
Bebas dari Penjara dan Jadi Pemimpin Hamas
Pada tahun 2011, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyetujui kesepakatan yang membebaskan 1.047 tahanan Palestina dengan imbalan ditukar dengan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang diculik pada tahun 2006.
Sinwar adalah salah satu tahanan paling terkemuka yang dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan itu.
Setelah satu tahun bebas, Sinwar terpilih menjadi anggota biro politik Hamas. Secara khusus ia ditugaskan berkoordinasi dengan Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas.
Sinwar terlibat baik secara politik maupun militer dalam upaya Hamas selama perang tujuh minggu dengan Israel pada musim panas 2014.
Beberapa bulan setelah perang tersebut, Amerika Serikat menambahkan Sinwar ke dalam daftar dan menjulukinya sebagai 'teroris global yang ditetapkan secara khusus'.
"(Sinwar) adalah pendukung kuat persatuan Palestina," kata seorang pejabat Hamas Bassem Naim dikutip dari laman Middle East Eye (18/10).
Yahya Sinwar terlibat pula dalam beberapa operasi serangan Hamas. Dia juga dianggap sebagai arsitek Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Pada bulan Agustus 2024, seminggu setelah pembunuhan Israel terhadap pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, Sinwar dipilih sebagai penggantinya.
Sepanjang perang, Sinwar tidak pernah terlihat di depan umum. Dia diyakini berada di terowongan jauh di bawah Jalur Gaza. Beberapa tawanan Israel yang dibebaskan mengatakan mereka melihat atau berbicara dengan Sinwar di dalam terowongan.
Reaksi Barat atas Kematian Sinwar, Berbanding Terbalik dengan Genosida Israel di Gaza
Sosok Yahya Sinwar sendiri memang sudah tidak asing lagi bagi sebagian pemimpin negara. PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, jika kematian Sinwar adalah tonggak penting atau bukti nyata penurunan kekuatan Hamas.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyebut, pembunuhan Sinwar sebagai pencapaian militer dan moral bagi tentara Israel. Sementara Benny Gantz, Ketua Partai Persatuan Nasional Israel, memuji militer Israel.
Tak hanya itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga turut mengatakan jika tewasnya Yahya Sinwar merupakan bentuk 'kelegaan' bagi warga Israel.
"Yahya Sinwar adalah hambatan tak teratasi untuk mencapai semua tujuan itu. Hambatan itu kini tidak ada lagi. Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Biden dalam pernyataannya.
Beberapa petinggi di negara barat juga mengaku ikut merasa lega dan senang mendengar kabar kematian Sinwar. Di antaranya adalah Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, Presiden Emmanuel Macron, Sekjen NATO Mark Rutte, Menteri Luar Negeri Antonio Tajani, dan Menteri Pertahanan Inggris Raya John Healey.
Mereka menganggap kematian Sinwar bisa menjadi salah satu hal yang bisa menghentikan serangan di Gaza. Padahal, sejauh ini Israel sendiri lah yang menolak melakukan gencatan senjata.
Selama satu tahun lebih, Israel telah menewaskan lebih dari 42 ribu orang di Palestina. Serangan yang dilakukan terus menerus tanpa henti juga membuat ribuan orang lainnya harus kehilangan tempat tinggal. Sebagian besar wilayah Gaza kini telah hancur.