Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Dibunuh Israel, Pernah Keluar Masuk Penjara & Beberapa Kali Lolos dari Percobaan Pembunuhan
Haniyeh dibunuh di Teheran, Iran pada Selasa (30/7).
Haniyeh dibunuh di Teheran, Iran pada Selasa (30/7).
Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Dibunuh Israel, Pernah Keluar Masuk Penjara & Beberapa Kali Lolos dari Percobaan Pembunuhan
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran, Iran, pada Selasa (30/7). Dia tewas bersama seorang ajudannya dalam serangan udara yang menyasar tempat menginapnya.
Kepala biro politik Hamas ini berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian.
Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan Israel berada di balik pembunuhan Haniyeh. Haniyeh dan sejumlah pemimpin Hamas lainnya telah menjadi incaran dan target pembunuhan Israel sejak lama.
Ismail Haniyeh memiliki nama lengkap Ismail Abdulsalam Ahmed Haniyeh. Dia terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada 6 Mei 2017, menggantikan Khaled Meshaal.
Dilansir Al Jazeera, Rabu (31/7), Haniyeh lahir di kamp pengungsi Shati, Jalur Gaza pada 29 Januari 1962, ketika orang tuanya melarikan diri dari kota Asqalan setelah pendirian negara Israel pada 1948.
Haniyeh menempuh pendidikan di Al-Azhar Institute di Gaza yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Islam Gaza, dan lulus menjadi sarjana Sastra Arab.
Saat menjadi mahasiswa pada 1983, dia bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, cikal bakal Hamas. Hamas berdiri tahun 1987 ketika pecah intifada pertama melawan penjajahan Israel, seperti dilansir Al Arabiya.
Dia kemudian naik jabatan menjadi ajudan dan asisten terdekat salah satu pendiri Hamas, mendiang Sheikh Ahmed Yassin, menurut Al Jazeera.
Selama masa intifada pertama yang berlangsung sampai 1993, Haniyeh beberapa kali ditangkap Israel. Dia juga pernah diusir ke Lebanon selatan selama enam bulan, menurut Al Arabiya.
Selain berkali-kali keluar masuk penjara Israel, dia juga beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan, menurut Al Jazeera.
Pada 10 April lalu, Israel membunuh tiga putranya di Gaza utara ketika menuju rumah kerabat mereka untuk bersilaturahmi saat Idulfitri. Dalam serangan itu, Haniyeh juga kehilangan empat cucunya; tiga perempuan dan seorang laki-laki.
Sebelum dibunuh Israel pada Selasa (30/7) di Teheran, Haniyeh tinggal dalam pengasingan, membagi waktunya antara Qatar dan Turki.