Lima Film Produksi Australia Bakal Diputar di Enam Kota Indonesia
Film adalah salah satu media diplomasi budaya yang cukup penting. Tahun ini, Kedutaan Besar Australia kembali menggelar Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) di Indonesia. Festival ini bakal digelar di enam kota dengan menayangkan delapan film dari kedua negara.
Film adalah salah satu media diplomasi budaya yang cukup penting. Tahun ini, Kedutaan Besar Australia kembali menggelar Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) di Indonesia. Festival ini bakal digelar di enam kota dengan menayangkan delapan film dari kedua negara.
Film produksi para sineas negeri Kanguru yang akan ditayangkan dalam festival ini yaitu lima film. Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Allaster Cox menyebutkan, lima film tersebut yaitu Top End Wedding, Emu Runner, Angel of Mine, 2040, dan The Babadook.
-
Kenapa Hari Film Sedunia diperingati? Hari Film Sedunia bertujuan untuk mempromosikan pemahaman lintas budaya dan kreativitas yang dihasilkan oleh industri film.
-
Kapan film pertama diputar di Indonesia? Di tahun ini, film pertama kalinya diputar di Indonesia, tepatnya di Batavia. Film dokumenter perjalanan Raja dan Ratu Belanda di Den Haag adalah film yang pertama kali diputar.
-
Dimana film pertama kali diputar di Indonesia? Di tahun ini, film pertama kalinya diputar di Indonesia, tepatnya di Batavia. Film dokumenter perjalanan Raja dan Ratu Belanda di Den Haag adalah film yang pertama kali diputar.
-
Siapa yang membuat film bicara pertama di Indonesia? Tahun 1931, The Teng Chun muncul denga "Cina Motion Pictures" yang membuat film bicara pertama dengan judul 'Boenga Roos dari Tjikembang'.
-
Film apa yang dibintangi oleh Indah Permatasari? Film horor terbaru yang dibintangi Indah berjudul Sakaratul Maut, membuat penasaran dengan aktingnya.
-
Siapa aktor asal Indonesia yang sukses berkarier di film internasional? Jauh sebelum nama-nama tadi, ternyata ada aktor laga yang sudah lebih dulu bermain di perfilman luar negeri. (Foto: brilio.net) Nama aktor tersebut adalah Wang Lap-tat atau biasa disapa dengan nama Lo Lieh yang lahir di Pematangsiantar, Provinsi Sumatra Utara pada 29 Juni 1939.
Lima film ini memiliki genre beragam mulai dari komedi, horor, thriller, dan dokumenter.
"Film adalah cara terbaik untuk berbagi cerita dan belajar lebih banyak tentang budaya lain," kata Cox dalam konferensi pers di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (6/2) sore.
Cox menyampaikan, gelaran FSAI tahun ini adalah yang kelima kalinya dan menjadi rangkaian program Australia Connect. Australia Connect adalah program yang memamerkan sektor kreatif Australia baik itu musik, film, seni, makanan, dan lainnya. Tujuan dari program ini untuk menunjukkan eratnya hubungan Indonesia dan Australia.
Festival ini akan digelar di enam kota yaitu Jakarta, Makassar, Mataram, Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Festival ini akan dimulai pada 14-29 Februari.
"Merayakan hubungan dekat antara Australia dan Indonesia dalam film, FSAI akan kembali menampilkan film-film andalan alumni Australia Indonesia," ujarnya.
Sementara itu ada tiga film Indonesia yang akan diputar dalam film ini yaitu Bebas, Kulari ke Pantai, dan Susi Susanti; Love All. Kedutaan Besar Australia juga menunjuk Daniel Mananta sebagai Sahabat FSAI 2020. Daniel juga diketahui memproduseri film Susi Susanti; Love All.
"Pilihan film Australia dan Indonesia tahun ini menunjukkan keragaman dari kedua negara kita, serta kekayaan bakat kreatif kita. FSAI 2020 adalah acara utama dari rangkaian program Australia Connect kamu yang menarik," jelasnya.
Apresiasi Dukungan Bencana Kebakaran Hutan
Dalam kesempatan tersebut, Cox juga menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya atas dukungan semua pihak khususnya dari Indonesia bagi Australia yang menghadapi bencana kebakaran hutan. Dia mengatakan penanganan kebakaran hutan cukup terorganisir dan pemerintah Australia memiliki sumber daya yang memadai dalam merespons bencana tersebut.
Namun demikian, lanjut Cox, skala dan dampaknya sangat menghancurkan dan belum pernah terjadi sebelumnya.
"Itu sesuatu yang dahsyat sekali," ujarnya.
"Tapi Australia akan tetap terbuka dan saya harap Anda semua bisa mengunjungi Australia. Tidak semuanya terdampak kebakaran," jelasnya.
Penasaran Budaya Aborigin
Aktor Daniel Mananta mengaku sangat bangga ditunjuk sebagai Sahabat FSAI 2020. Menurutnya festival ini sangat penting sebagai sebuah pertukaran budaya kedua negara. Melalui sebuah film, warga dari kedua negara bisa saling mengenal budaya masing-masing sehingga timbul saling pengertian dan pemahaman.
"Saya juga tadi melihat trailer Top End Wedding dan saya merasa excited untuk melihat filmnya. Karena saya juga penasaran culture-culture aboriginal seperti apa, apalagi ketika mereka mau mengadakan sebuah pernikahan, pasti ada kultur tertentu yang mungkin malah ada kesamaan dengan kultur di Indonesia ketika menyiapkan pernikahan, I don't know," jelasnya.
"Cuma justru ketika kita bisa mempunyai pemikiran yang terbuka, untuk menonton film yang bukan cuma film Hollywood aja tapi film-film dari kultur lain seperti Australia, mungkin kita juga mempunyai pemahaman sendiri, atau mungkin ada pemikiran yang terbuka," lanjutnya.
Pemeran Ahok ini juga berharap dengan diputarnya film Susi Susanti; Love All dalam festival ini, bisa memberikan cara pandang yang berbeda bagi penontonnya setelah menonton filmnya bagaimana mencintai Indonesia.
"Dan kali ini saya meminjam dari kacamata seorang Susi Susanti. Bagaimana sih cara dia mencintai Indonesia menurut gaya Susi Susanti sebagai seorang olympian," ujarnya.
(mdk/pan)