Lima negara dengan populasi jomblo terbanyak di dunia
China memiliki Hari Jomblo yang dirayakan saban 11 November.
China memiliki Hari Jomblo yang dirayakan saban 11 November yang baru lalu. Para jomblowan dan jomblowati di Negeri Tirai Bambu itu biasanya berbelanja daring (dalam jaringan/online) buat memanjakan diri.
Seorang pria dari Provinsi Guangzhou, China, bahkan rela membeli sebanyak 99 telepon seluler keluaran terbaru dari Apple yakni iPhone 6s buat melamar kekasihnya di Hari Jomblo. Dia bahkan sudah merancang acara lamaran itu di tengah teman-teman yang sudah siap mengabadikan saat-saat romantis itu. Namun sayang seribu sayang, lamarannya ditolak.
Meski mempunyai Hari Jomblo, namun China tidak termasuk dalam jajaran lima negara dengan populasi jomblo terbanyak di dunia.
Negara-negara mana saja yang masuk dalam daftar itu? Simak ulasannya berikut ini seperti dilansir dari therichest.com
-
Kapan Hari Jomblo dirayakan? Tanggal 11 November setiap tahunnya dirayakan sebagai Hari Jomblo sedunia atau Single's Day.
-
Apa itu Senandung Jolo? Senandung Jolo awalnya sebuah kesenian sastra dalam bentuk pantun yang dinyanyikan.
-
Apa itu JOMO? JOMO adalah rasa senang atau puas yang muncul ketika kita melewatkan suatu acara atau pengalaman yang sedang ramai diperbincangkan.
-
Apa yang dilakukan oleh jomblo di malam minggu menurut tweet lucu ini? "Malam Minggu, yang lain betah nongkrong di kafe, aku masih betah nongkrong di depan foto mantan."
-
Kapan film Jomblo dirilis? Masih ingat film Jomblo yang tayang di 2006? Film coming of age bernuansa komedi ini langsung melejitkan nama empat aktor utamanya, yaitu Ringgo Agus Rahman, Dennis Adhiswara, Christian Sugiono, dan Rizky Hanggono.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
Amerika Serikat, 28 persen
Hidup melajang di Amerika sudah cukup normal dan sering kita lihat di serial televisi bikinan Hollywood. Dari 316 juta jiwa penduduk Amerika (data 2013)ada sekitar 28 persen hidup menjomblo. Meski para imigran lebih banyak ingin hidup dalam keluarga, warga asli kelahiran Amerika lebih memilih hidup menjomblo karena sesuai dengan isi dompet mereka.
Dalam satu dekade terakhir warga Negeri Paman Sam yang menikah di usia 'terlambat' kian meningkat. Di kawasan Manhattan, Negara Bagian New York, dan Kota San Fransisco, ada sekitar 40 persen orang hidup menjomblo.
Italia, 29 persen
Ternyata makin banyaknya orang jomblo di Italia menjadi masalah bagi rakyat negeri itu. Profesor Sosiologi asal Amsterdam, Belanda, The van Tilburg menyebutkan warga Italia kini dihinggapi sindrom kesepian.
Penyebaran penduduk di Italia juga tidak merata. Hampir separuh rakyat Italia tinggal di Lembah Po. Bahkan di daerah yang penduduknya padat, harga rumah kian turun dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi murahnya harga rumah ini semakin memudahkan orang jomblo hidup melajang.
Sekitar 29 persen dari 59,8 juta orang Italia (data 2013) kini hidup sendiri.
Jepang, 31 persen
Jumlah rata-rata anggota keluarga di Ibu Kota Tokyo, Jepang, kini terus merosot menjadi di bawah dua orang. Kenyataan itu menjadikan Tokyo sebagai kota paling banyak jomblonya di dunia.
Gaya hidup melajang di Jepang ini sudah berlangsung dalam beberapa dekade terakhir dan menjadi tantangan bagi pemerintah.
Fenomena 'Kodokushi' alias 'mati sepi sendiri' semakin meningkat. Mereka memilih hidup sendiri hingga maut menjemput. Mayat mereka biasanya baru ditemukan setelah beberapa waktu kemudian.
Tren hidup menjomblo di Jepang senada dengan makin menurunnya angka pernikahan dan Negeri Matahari Terbit itu juga kini dikenal sebagai negara dengan angka hubungan seks paling rendah di dunia.
Dari sekitar 127 juta jiwa di Jepang (data 2013), sekitar 31 persennya adalah jomblo.
Inggris, 34 persen
Di zaman modern ini jumlah pernikahan di Inggris terus menurun. Seiring dengan kenyataan itu jumlah orang hidup menjomblo terus meningkat.
Sebagian kalangan mengkritik kondisi itu dengan menyatakan, mereka yang hidup melajang hanya ingin memanfaatkan fasilitas tunjangan dari negara bagi orang yang hidup melajang dan pengangguran.
Kalangan muda Inggris berusia 20-an tahun kini sudah jamak tinggal sendiri karena mereka ingin mencari kebebasan hidup. Saat ini ada sekitar 34 persen warga jomblo di antara 53 juta penduduk (data 2011).
Swedia, 47 persen
Hampir separuh dari rumah tangga di Swedia berisi orang tua tunggal atau para jomblo. Sekitar 47 persen warga dari total 9,5 juta jiwa (data 2013) di Swedia hidup menjomblo.
Hidup melajang di Swedia termasuk normal dan mudah dilakukan karena tersedianya banyak apartemen murah bagi orang yang hidup menjomblo. Pada 1960-an pemerintah menggenjot pembangunan apartemen itu hingga mencapai lebih dari satu juta unit.
Kondisi negara yang cukup makmur membuat generasi muda Swedia bisa tinggal hidup sendiri di apartemen selepas mereka lulus SMA.