Media Israel Akhirnya Akui Negaranya Kalah Perang di Gaza
Media Israel Akhirnya Akui Negaranya Kalah Perang di Gaza
Koran berbahasa Inggris terbesar di Israel menulis opini yang mengkritik keras pemerintahan Netanyahu.
- Laporan: Tentara Israel Tidak Akan Tinggalkan Gaza Sebelum 2026
- Israel Bunuh Jurnalis Palestina, Media Barat Tutupi Kebenaran Genosida di Gaza
- Tak Terima Pernyataannya Dipelintir Media Zionis, Eks Sandera Hamas Blak-blakan Israel yang Melukainya Bukan Pejuang Palestina
- Hamas Habisi 10 Tentara Elit Israel dalam Penyergapan di Gaza
Media Israel Akhirnya Akui Negaranya Kalah Perang di Gaza
Israel sudah kalah perang di Jalur Gaza dan gagal mencapai tujuannya termasuk menghancurkan Hamas dan mengembalikan semua tawanan. Demikian dikatakan media Israel the Jerusalem Post sebagai bentuk kritik terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Dalam artikel yang dipublikasi pekan lalu, harian the Jerusalem Post mengatakan meski dengan menduduki Kota Rafah yang diklaim memiliki puluhan terowongan yang dipakai Hamas untuk menyelundupkan senjata, amunisi, dan kendaraan, Israel tidak akan mencapai tujuannya.
Dilansir Middle East Monitor, harian Israel itu juga menyebut Hamas meraih kemenangan pada 7 Oktober karena berhasil mempermalukan militer Israel yang jauh lebih canggih dengan menyerang pangkalan militer, membunuh banyak tantara dan kembali ke Gaza dengan membawa tawanan.
The Jerusalem Post yang dulunya bernama the Palestine Post mengakui Hamas masih cukup kuat di Gaza meski banyak mengalami kerusakan akibat serangan tantara Israel.
Menurut koran berbahasa Inggris paling banyak dibaca di Israel itu, kemenangan terbesar yang diraih Hamas adalah
mengembalikan isu Palestina dalam agenda internasional setelah bertahun-tahun diabaikan.
Israel kini menjadi negara yang dikucilkan di dunia dan memabahayakan rencana besar Amerika Serikat yang ingin membangun aliansi antara Israel dengan sejumlah negara Arab moderat.
"Apakah masih layak bagi Israel untuk ngotot meraih tujuan yang tidak bisa dicapai? Atau kini saatnya beralih melakukan sesuatu yang bisa dicapai," tanya koran Israel itu. "Jika jawabannya adalah yang kedua maka Israel butuh sosok pemimpin baru.
The Jerusalem Post berpendapat, di bawah pemerintahan yang sekarang, Netanyahu terjebak oleh tuntutan dari elemen ekstrem di kabinetnya yang mengambil sikap keras dalam berbagai isu luar dan dalam negeri, dan tampaknya tidak ingin menyudahi perang.
"Kepemimpinan baru Israel harus menjalankan rencana praktis untuk meraih sebanyak mungkin keuntungan dari perang Gaza dan memperbaiki citra Israel di mata dunia."