Mirip Film Sci-Fi, Virus 'Zombie' yang Terkubur 48.500 Tahun Dihidupkan Kembali
Suhu yang menghangat di Benua Arktik membuat permafrost (lapisan di bawah tanah beku) mencair dan membangkitkan lagi virus yang selama ini 'tidur' selama ribuan tahun dan bisa membahayakan hewan dan manusia.
Suhu yang menghangat di Benua Arktik membuat permafrost (lapisan di bawah tanah beku) mencair dan membangkitkan lagi virus yang selama ini 'tidur' selama ribuan tahun dan bisa membahayakan hewan dan manusia.
Meski pandemi yang disebabkan dari virus di masa lalu lebih mirip cerita film fiksi ilmiah, ilmuwan memperingatkan akan risiko bahaya itu jangan dianggap enteng. Limbah radioaktif dan kimia yang berasal dari masa Perang Dingin juga berpotensi mengancam ekosistem alam liar kala lapisan es mencair.
-
Bagaimana para ilmuwan mengetahui virus mana yang berbahaya? Tim peneliti menggunakan sel amoeba untuk mengetahui virus apa yang berbahaya. Dalam penelitian, tim peneliti menemukan hanya satu virus yang dapat membunuh sel amoeba yaitu ‘lytic viruses’.
-
Mengapa para ilmuwan menghidupkan kembali virus-virus kuno tersebut? Alasan tim peneliti menghidupkan virus adalah untuk menilai dampaknya terhadap kesehatan masyarakat mengingat setelah permafrost mencair, maka air dari permaforst mampu melepaskan berton-ton bahan kimia dan mikroba yang terperangkap dalamnya.
-
Dimana para ilmuwan mengambil inti es yang berisi virus purba? Pada 2015 tim peneliti internasional menjelajah ke Gletser Guliya yang terpencil di Dataran Tinggi Tibet di Himalaya untuk mengumpulkan inti es sepanjang ratusan meter.
-
Bagaimana cara kerja virus dalam menginfeksi sel? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus. Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang.
-
Kenapa ilmuwan meneliti virus purba di Himalaya? Penelitian itu memberi gambaran singkat tentang bagaimana virus beradaptasi dengan perubahan iklim selama ribuan tahun.
-
Bagaimana cara virus menginfeksi sel inang? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus. Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.
"Ada banyak yang terjadi dengan permafrost yang harus dicermati dan menjadi sangat penting untuk menjaga permafrost tetap dalam keadaan beku," kata Kimberly Miner, ilmuwan iklim di Laboratorium NASA di Institut Teknologi California di Pasadena, California, Amerika Serikat, seperti dilansir laman CNN, Selasa (8/3).
Wilayah permafrost meliputi seperlima kawasan belahan Bumi utara, termasuk di tundra Arktik dan daerah hutan Alaska, Kanada, dan Rusia selama ribuan tahun. Wilayah itu menjadi semacam kapsul waktu yang menyimpan berbagai sisa-sisa makhluk hidup yang termumifikasi, termasuk virus kuno.
Virus raksasa
Alasan permafrost menjadi tempat yang baik untuk penyimpanan bukan hanya daerah itu sangat dingin, tapi juga karena tempat itu nir-oksigen karena minim cahaya matahari. Namun saat ini wilayah Arktik kian menghangat empat kali lebih cepat dari belahan bumi lain.
Untuk lebih memahami risiko dari virus yang beku, Jean-Michel Claverie, profesor Emeritus kedokteran dan genom di Universitas Aix-Marseille,Prancis, menguji sejumlah sampel yang diambil dari permafrost Siberia untuk melihat apakah ada virus yang masih bisa menulari. Dia menyebut sampel temuannya itu 'virus zombie'.
Claverie mempelajari sejumlah tipe virus tertentu yang pertama dia temukan pada 2003. Virus yang dia temukan dikenal dengan nama virus raksasa karena ukurannya yang lebih besar dari sejenisnya dan cukup mudah terlihat di bawah cahaya mikroskop standar tanpa perlu mikroskop elektron.
Pada 2014 dia mampu menghidupkan lagi sebuah virus yang disimpan di permafrost oleh timnya. Untuk pertama kalinya sejak 30.000 tahun virus itu mampu menulari dengan memasukkannya ke dalam sel kultur. Untuk keamanan dia hanya mempelajari virus yang hanya bisa menulari amuba bersel satu, bukan hewan atau manusia.
Penyebab pandemi flu 1918
Dalam penelitian terbarunya yang dipublikasikan pada 18 Februari lalu di jurnal Viruses, Claverie dan timnya mengisolasi varian virus kuno yang diambil dari sejumlah sampel permafrost yang berasal dari tujuh daerah yang berbeda di Siberia. Virus itu ternyata bisa menulari sel amuba.
Varian terbaru itu merupakan bagian dari lima keluarga virus berbeda. Yang tertua berusia hampir 48.500 tahun, berdasarkan uji karbon terhadap tanah yang diambil dari danau bawah tanah di kedalaman 16 meter dari permukaan.
Penelusuran terhadap virus dan bakteri yang bisa menulari manusia ditemukan pada permafrost.
Sampel paru-paru dari seorang jasad perempuan yang digali pada 1997 dari permafrost di sebuah desa di Semenanjung Seward di Alaska mengandung materi genom dari varian virus influenza yang menyebabkan pandemi flu pada 1918. Pada 2012, ilmuwan mengonfirmasi sisa jasad dari perempuan berusia 300 tahun yang termumifikasi di SIberia mengandung kode genetik daari virus yang menyebabkan cacar.
(mdk/pan)