Myanmar larang utusan PBB selidiki kekerasan terhadap warga Rohingya di Rakhine
Myanmar larang utusan PBB selidiki kekerasan di Rakhine. Pemerintah Myanmar beralasan tim tersebut dilarang karena 'memihak dan tidak objektif saat melakukan tugasnya'.
Tim penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk hak asasi manusia di Myanmar dilarang memasuki negara tersebut. Pemerintah Myanmar beralasan tim tersebut dilarang karena 'memihak dan tidak objektif saat melakukan tugasnya'.
Yanghee Lee dijadwalkan mengunjungi Myanmar pada bulan Januari untuk meninjau kembali isu hak asasi manusia di sana, termasuk dugaan serangan terhadap muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Bagaimana situasi Rohingya di Bangladesh? Pemerintah Bangladesh telah berupaya untuk menangani masalah keamanan ini dengan meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar kamp-kamp pengungsian.
-
Kenapa Rohingya melarikan diri dari Myanmar? Mereka telah menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan penganiayaan dari pemerintah dan mayoritas Buddhisme Rakhine.
-
Dimana sebagian besar Rohingya tinggal di Myanmar? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa sebenarnya itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
Menurut Lee, larangan tersebut membuat dia berpikir ada sesuatu yang sangat mengerikan yang terjadi di Rakhine.
Pada hari Selasa, pihak berwenang Myanmar menemukan 10 mayat di kuburan massal di sebuah desa di sana.
Lee terakhir mengunjungi Myanmar pada bulan Juli. Saat itu dia mengemukakan kekhawatiran atas perlakuan terhadap muslim Rohingya di Rakhine.
Kekerasan meletus di Rakhine pada Agustus lalu setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos polisi, lalu tentara Myanmar langsung bereaksi keras.
Sejak saat itu, lebih dari 650.000 penduduk Rohingya, atau sekitar dua pertiga dari keseluruhan populasi, melarikan diri ke Bangladesh.
Organisasi Dokter Lintas Batas (MSF) memperkirakan setidaknya 6.700 Rohingya tewas antara tanggal 25 Agustus dan 24 September, sementara PBB mengatakan perlakuan pasukan negara di Myanmar terhadap Rohingya berpotensi digolongkan sebagai tindakan genosida.
Lee mengaku sangat sedih dengan keputusan pemerintah Myanmar yang melarang diri melihat langsung kondisi di Rakhine.
"Dulu ada begitu banyak harapan agar Myanmar menjadi negara bebas dan demokratis," kata Lee yang juga menyayangkan pemerintah melarang berbagai organisasi hak asasi memantau apa yang terjadi di Rakhine.
"Saya berharap dengan tulus pemerintah akan mempertimbangkan kembali keputusan mereka karena akan sangat disayangkan dan memalukan bagi Myanmar jika memilih cara seperti ini." kata Lee, seperti dilansir dari BBC, Kamis (21/12).
Sekretaris pemerintah daerah Tin Maung Swe mengatakan kepada BBC Burmese, Lee sudah melakukan 'bahaya besar terhadap Myanmar'. Dia juga menyatakan laporan Lee soal Rakhine 'bias kepentingan, menyesatkan dan berat sebelah'.
Baca juga:
Myanmar utus jenderal buat usut kuburan massal, tetapi diragukan
Myanmar dan Bangladesh bentuk tim gabungan pulangkan pengungsi Rohingya
Kuburan massal ditemukan di dekat pusat krisis Rohingya
Bahas solusi pengungsi Rohingya, Fadli Zon temui ketua Parlemen Bangladesh
Myanmar dituding membiarkan pembakaran perkampungan Rohingya berlanjut