Negara Asia Ini Dorong Warganya Kerja 4 Hari Seminggu, Ingin Hapus Slogan "Kerja Sampai Mati"
Kementerian Tenaga Kerja Jepang menawarkan konsultasi gratis, hibah, dan kumpulan kisah sukses bagi warganya. Tujuannya untuk memotivasi lebih lanjut.
Pemerintah Jepang sedang berusaha untuk mendorong lebih banyak perusahaan dan pekerja agar mengadopsi sistem kerja empat hari dalam seminggu.
Upaya ini dilakukan sebagai respons terhadap masalah kekurangan tenaga kerja di negara yang dikenal dengan etos kerja yang tinggi, bahkan sampai ada istilah "karoshi" atau bekerja sampai mati. Dukungan resmi untuk pengurangan hari kerja mingguan pertama kali dinyatakan oleh pemerintah Jepang pada tahun 2021, setelah mendapat persetujuan dari anggota parlemen.
-
Siapa yang siap diberangkatkan untuk bekerja di sektor pertanian Jepang? "Kami sudah menyiapkan tambahan pendidikan bahasa Jepang gratis untuk siswa SMA/SMK di Sulut. Bahkan saat ini ada 300 orang yang siap diberangkatkan untuk bekerja di Jepang dan mereka sudah diterima di sektor pertanian," kata Kandouw.
-
Kapan Hari Kesadaran Aksesibilitas Global diperingati? Setiap 16 Mei, orang-orang dari seluruh penjuru dunia berpartisipasi.
-
Kapan Singapura dijajah Jepang? Fakta menarik tentang negara Singapura lainnya ialah Singapura pernah dijajah Jepang selama 3 tahun, dari tahun 1942 hingga tahun 1945.Kala itu pada Perang Dunia Kedua, Jepang mengalahkan Inggris lalu menguasai Singapura. Pada saat itu, bibit-bibit pertikaian antar ras mulai muncul.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Di mana kerja sama ini ditandatangani? Penandatangan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Indonesia Comnets Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi dengan Direktur Utama PT Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, disaksikan oleh Nokia Asia Paific Enterprise Lead, Stuart Hendry di Mobile World Congress, Barcelona, hari ini.
-
Apa yang berhasil dicapai oleh tim peneliti di Jepang? Tim peneliti di Jepang disebut telah memecahkan rekor koneksi internet tercepat di dunia. Tim yang berasal dari Institut Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (NICT) Jepang ini berhasil meningkatkan kecepatan internet serat optik sebesar 402 terabyte per detik.
Namun, penerapan konsep ini masih berjalan lambat. Data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan menunjukkan bahwa hanya sekitar 8 persen perusahaan di Jepang yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil cuti tiga hari atau lebih dalam seminggu, seperti yang dilansir oleh VOA Indonesia pada Senin (2/9/2024).
Sementara itu, 7 persen perusahaan mewajibkan satu hari libur bagi pekerjanya sesuai dengan hukum. Sebagai tindak lanjut, pemerintah meluncurkan kampanye "reformasi gaya kerja" yang bertujuan untuk mendorong pengurangan jam kerja dan pengaturan yang lebih fleksibel, serta menetapkan batasan untuk lembur dan cuti tahunan yang dibayar.
Diharapkan, inisiatif ini dapat menarik perhatian lebih banyak perusahaan, terutama di sektor usaha kecil dan menengah. Kementerian Tenaga Kerja Jepang juga mulai menyediakan layanan konsultasi gratis, hibah, dan kumpulan cerita sukses untuk memberikan motivasi tambahan.
"Kami berkomitmen untuk menciptakan masyarakat di mana pekerja dapat memilih berbagai cara kerja sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga dapat membangun siklus pertumbuhan dan distribusi yang baik serta memberikan pandangan yang lebih cerah bagi setiap pekerja untuk masa depan," demikian pernyataan di situs kementerian mengenai kampanye "Hataraki-kata kaikaku", yang berarti inovasi dalam cara kerja.
Sebagai contoh, dari 63.000 karyawan Panasonic Holdings Corp. yang memenuhi syarat untuk bekerja empat hari dalam seminggu, hanya 150 orang yang memanfaatkan kebijakan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Yohei Mori, yang bertanggung jawab atas inisiatif ini di Panasonic.
Bantuan dari Pemerintah untuk Menjaga Keseimbangan Kehidupan Pekerja
Dukungan resmi dari pemerintah untuk menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan kerja dan pribadi mencerminkan perubahan signifikan di Jepang, yang dikenal dengan budaya kerja yang ekstrem. Budaya kerja yang intens ini sering kali dipuji karena dianggap berperan dalam pemulihan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang pesat setelah Perang Dunia II. Jam kerja yang panjang menjadi hal yang lumrah.
Meskipun 85 persen pengusaha melaporkan bahwa mereka memberikan dua hari libur dalam seminggu kepada karyawan, ada juga batasan hukum mengenai jam lembur. Batasan untuk jam lembur biasanya dinegosiasikan dengan serikat pekerja dan dijelaskan secara rinci dalam kontrak kerja. Namun, masih ada sebagian orang Jepang yang melakukan lembur tanpa melaporkannya, sehingga jam lembur itu tidak mendapatkan kompensasi.
Buku putih pemerintah yang baru-baru ini dirilis membahas "karoshi", istilah yang berarti "kematian akibat bekerja terlalu keras", dan mencatat setidaknya 54 kasus kematian setiap tahunnya, termasuk yang disebabkan oleh serangan jantung. Tim Craig, penulis buku "Cool Japan: Case Studies from Japan's Cultural and Creative Industries", menjelaskan bahwa orang Jepang yang serius, teliti, dan pekerja keras cenderung menghargai hubungan dengan rekan kerja serta membangun ikatan dengan perusahaan.
Selain itu, Craig menambahkan bahwa program televisi dan manga Jepang sering kali berfokus pada tema tempat kerja.
"Bekerja memiliki makna yang mendalam di sini. Ini bukan hanya sekadar cara untuk mendapatkan uang, meskipun itu juga penting," jelas Craig, yang sebelumnya mengajar di Doshisha Business School dan mendirikan perusahaan penyuntingan serta penerjemahan BlueSky Academic Services.
Penurunan Tingkat Kelahiran di Jepang
Beberapa pejabat menilai bahwa perubahan cara berpikir ini sangat penting untuk menjaga kualitas angkatan kerja di tengah penurunan angka kelahiran di Jepang.
Data dari pemerintah menunjukkan bahwa dengan laju saat ini, yang sebagian besar dipengaruhi oleh budaya kerja yang dominan, populasi usia kerja diperkirakan akan menyusut sebesar 40 persen menjadi 45 juta orang pada tahun 2065, dari 74 juta orang saat ini.
Akiko Yokohama, seorang karyawan di Spelldata, sebuah perusahaan teknologi kecil di Tokyo yang memungkinkan karyawannya bekerja dengan jadwal empat hari, mengambil cuti setiap Rabu, Sabtu, dan Minggu. Hari libur tambahan ini memberinya kesempatan untuk pergi ke salon, menghadiri janji, atau berbelanja.
"Sulit untuk tetap bekerja selama lima hari berturut-turut jika Anda merasa tidak sehat. Dengan beristirahat, Anda bisa pulih atau pergi ke dokter. Secara emosional, stres berkurang," ujar Yokohama. Fast Retailing Co., perusahaan Jepang yang mengelola merek Uniqlo, Theory, J Brand, serta merek pakaian lainnya, bersama dengan perusahaan farmasi Shionogi & Co. dan perusahaan elektronik Ricoh Co. serta Hitachi, juga telah mulai menerapkan sistem kerja empat hari dalam seminggu dalam beberapa tahun terakhir.
Tren ini bahkan menarik perhatian di sektor keuangan yang dikenal dengan tuntutannya yang tinggi. Pialang SMBC Nikko Securities Inc. mulai mengizinkan karyawannya untuk bekerja empat hari seminggu sejak tahun 2020. Raksasa perbankan Mizuho Financial Group juga menawarkan opsi jadwal kerja tiga hari.