Nestapa Muslim Ukraina Jalani Ramadan di Tengah Dentuman Perang
Umat Muslim di Ukraina menghadapi bulan Ramadan yang sulit tahun ini ketika gempuran Rusia terus berlangsung.
Umat Muslim di Ukraina menghadapi bulan Ramadan yang sulit tahun ini ketika gempuran Rusia terus berlangsung.
"Kami harus menyesuaikan lagi segalanya," kata Ketua Liga Muslim Ukraina yang juga seorang Tatar Krimea, Niyara Mamutova.
-
Bagaimana cara umat Islam memperkuat keimanan dan ketaqwaan di bulan Ramadan? Marilah kita gunakan waktu yang singkat ini untuk merenungkan beberapa pesan yang dapat membantu memperkuat iman dan ketaqwaan kita dalam bulan Ramadan ini.
-
Apa yang dimaksud dengan ucapan menyambut Ramadhan? Kata-kata ucapan menyambut Ramadhan 2024 dapat menjadi perekat silaturahmi, sekaligus disisipi doa-doa baik untuk Ramadhan esok.
-
Bagaimana orang bisa mempertahankan kebaikan yang didapat selama Ramadan? Ramadan pergi, namun keberkahan dan berkah yang diberikan akan tetap terus hidup dalam hati.
-
Apa yang dimaksud dengan bulan Ramadan? Ramadan adalah bulan suci dalam kalender Islam yang paling ditungg-tunggu oleh umat muslim seluruh dunia. Ramadan adalah waktu refleksi, pertumbuhan spiritual, dan kedisiplinan diri.
-
Apa yang dimaksud dengan puisi menyambut Ramadan? Puisi menjadi sarana yang indah untuk mengekspresikan kegembiraan, kerinduan, dan antusiasme menyambut bulan Ramadan. Kata-kata yang dipilih dengan penuh perhatian dapat menciptakan atmosfer yang khusyuk dan mendalam, membangkitkan semangat beribadah dan merenungkan makna spiritualitas.
-
Bagaimana cara mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan? Salah satunya, bisa dilakukan dengan amalan doa menjelang Ramadhan. Doa ini dapat dibaca untuk memohon kebaikan dan kesiapan diri menuju bulan Ramadhan.
Pada hari pertama puasa, perempuan keturunan Tatar Krimea itu berencana menyiapkan iftar atau buka puasa bersama dengan para keluarga pengungsi yang tinggal dengannya di Islamic Center Chernivtsi.
"Banyak Muslim pergi ke luar negeri dan mereka yang masih di Ukraina membutuhkan bantuan," jelasnya melalui telepon, dikutip dari Al Jazeera, Senin (4/4).
Mamutova saat ini berada di kota di Ukraina barat di mana dia mengungsi dari Provinsi Zaporizhzhia, yang dikuasai pasukan Rusia.
Lima pekan setelah Rusia menginvasi Ukraina, lebih dari 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, termasuk 4 juta orang yang melarikan diri ke luar negeri, menurut data PBB.
Muslim membentuk sekitar 1 persen dari populasi Ukraina, yang mayoritas Kristen Ortodoks. Sebelum perang, Ukraina merupakan rumah bagi lebih dari 20.000 warga negara Turki, juga orang keturunan Turki, sebagian besar orang Tatar Krimea.
Persiapan menyambut Ramadan tahun ini sulit dan emosional karena bom terus berjatuhan di negara tersebut dan jam malam diberlakukan, membatasi pergerakan warga pada malam hari ketika para keluarga berkumpul untuk berbuka puasa. Telantar karena perang, banyak warga yang juga jauh dari rumah mereka, namun mereka bertekad melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya.
"Kami harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan ampunan Allah, mendoakan keluarga kami, jiwa kami, negara kami, Ukraina," kata Mamutova, yang suaminya Muhammet Mamutov seorang imam.
Kami membagi roti kami
Sebagai seorang Tatar Krimea, Mamutova telah menjadi pengungsi sebelumnya, ketika Rusia mencaplok Krimea pada 2014, dia dan keluarganya terpaksa melarikan diri ke Zaporizhzhia.
"Ketika kami tinggal di Krimea, kami tidak pernah berpikir kami harus. Saudara-saudara saya dideportasi sebelumnya oleh Stalin (pemimpin Soviet Joseph Stalin) dan kakek nenek saya dan orang tua saya selalu bermimpi bisa kembali," jelasnya.
"Ketika saya berusia dua tahun, pada 1988, kami kembali. Tapi kemudian Rusia mencaplok Krimea pada 2014 dan kami mengerti bahwa kami tidak bisa meneruskan kegiatan keagamaan kami jadi kami pergi. Sekarang saya harus melarikan diri dari rumah saya lagi."
Pada 1944, lebih dari 191.000 orang Tatar Krimea dideportasi atas perintah Stalin, sebagian besar ke Uzbekistan.
Mamutova mengatakan dia harus mengubah banyak rencananya untuk Ramadan tahun ini, termasuk pengajian - walaupun beberapa akan diubah melalui online - dan upayanya untuk memberi makan orang telantar.
"Di Zaporizhzhia, komunitas Muslim beragam. Ada banyak perbedaan kewarganegaraan dan semua akan mempersiapkan makanan khas negara mereka. Satu hari kami akan menyantap biryani India, hari lainnya mantsev Palestina atau plov Uzbekistan," jelasnya.
"Sekarang kami hidup bersembunyi ketika kami mendengar sirene. Kami tidak tahu hari esok akan seperti apa."
Seorang Muslim Turki, Isa Celebi, yang tinggal di Ukraina sejak 2010 mengatakan Ramadan tahun ini banyak orang yang jauh dari rumah mereka, dan beberapa orang "bahkan tinggal dalam mobil mereka".
"Kami selalu membiarkan rumah kami terbuka untuk orang-orang selama Ramadan, atau saat perang. Kami akan berbagi roti kami," ujarnya, menambahkan stok beberapa makanan berkurang sementara harga melambung.
"Perang sangat berpengaruh buruk pada kami dan kami berjuang bertahan hidup - usaha saya terhenti semua. Tapi saya percaya kami akan melihat ini berakhir, mungkin dalam satu tahun, mungkin dua tahun, tapi hari-hari baik itu akan kembali. Itulah mengapa saya tidak akan meninggalkan negara ini."
Saat awal perang, Celebi membantu mengevakuasi 400 orang Turki, Muslim, dan Ukraina dari rumahnya di Vinnytsia, Ukraina barat, keluar dari negara tersebut.
Sekarang, dia membantu 1.000 anak yatim yang tinggal di dekat Biara Kenaikan Suci Chernivtsi, Banchenskyy.
"Anak-anak ini dipenuhi tangis. Saya ingin memberikan mereka semua zakat kami tahun ini. Saya meminta yang lain, tolong bantu tempat ini di mana anak-anak menangis," ujarnya.
"Orang Ukraina adalah orang-orang baik. Kita harus membantu meringankan beban mereka-saya menyerukan setiap orang membantu orang Ukraina."
(mdk/pan)