Netanyahu Akhirnya Minta Maaf di Media Sosial, Tapi Kemudian Pesannya Dihapus
Pertikaian antara Netanyahu dan unit intelijen terjadi saat Israel memasuki "tahap kedua" serangan militer ke Gaza.
Dia mengakui dirinya salah dengan membuat komentar seperti itu
- Cuma 4 Persen Warga Israel yang Percaya Omongan Netanyahu Soal Perang di Gaza
- 16 Tentara Israel Tewas, Netanyahu Akui Pasukannya Kalah Menyakitkan dari Hamas
- Penasihat Netanyahu Sebut Serangan Bom di Rumah Sakit Gaza Dilakukan Israel, Tapi Kemudian Hapus Tweet
- Netanyahu Gelar Rapat Kabinet Darurat, Bersumpah Musnahkan Hamas
Netanyahu Akhirnya Minta Maaf di Media Sosial, Tapi Kemudian Pesannya Dihapus
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta maaf atas pesan yang ditulisnya di media sosial yang menyalahkan dinas keamanan negaranya karena gagal mengantisipasi serangan Hamas. Dia mengakui dirinya salah dengan membuat komentar seperti itu di saat persatuan adalah hal terpenting.
Dalam sebuah unggahan di media sosial Sabtu lalu Netanyahu menyindir badan intelejennya sendiri dengan mengatakan mereka gagal memperingatkan adanya serangan Hamas dan malah meyakinkannya bahwa kelompok militan Palestina itu sudah dicegah.
“Tidak ada peringatan apa pun kepada Perdana Menteri Netanyahu soal rencana Hamas,” tulis Netanyahu dalam unggahan yang sekarang sudah dihapus di X, sebelumnya Twitter.
“Sebaliknya, semua pejabat keamanan, termasuk kepala intelijen militer dan kepala Shin Bet, memperkirakan Hamas sudah dicegah dan mereka tertarik pada sebuah kesepakatan.”
Pernyataan itu sontak menuai kecaman keras dari rekan-rekan pemimpin Israel, termasuk sekutu Netanyahu, yang berpendapat saat ini adalah waktu untuk bersatu dan tidak saling menyalahkan.
Benny Gantz, mantan menteri pertahanan yang bergabung dengan kabinet perang Netanyahu setelah serangan tersebut, mengatakan, "Ketika kita menghadapi konflik, kepemimpinan harus menunjukkan tanggung jawab, memilih tindakan yang benar, dan memperkuat persatuan.
Tindakan atau pernyataan apapun yang merugikan kemampuan masyarakat untuk bersatu dan kuat harus dihindari. Saya berharap perdana menteri mencabut pernyataannya." kata Gantz, seperti dilansir laman Aljazeera.
Yair Lapid, pemimpin oposisi dan mantan perdana menteri, menuduh Netanyahu telah melampaui "batas yang tak boleh dilanggar" dan melemahkan semangat pasukan militer.
Netanyahu cepat-cepat menghapus unggahan kontroversial itu dan meminta maaf karena telah meremehkan jasa badan intelijen dalam pernyataan selanjutnya. Dia menjamin mereka mendapat "dukungan penuh".
"Hal-hal yang saya sampaikan seharusnya tidak diucapkan, dan saya meminta maaf atas hal itu. Saya memberikan dukungan sepenuhnya kepada seluruh kepala keamanan. Bersama-sama kita akan menang."
Menghindar dari tanggung jawab
Meski para pemimpin militer dan intelijen Israel telah mengakui kekurangan mereka jelang serangan Hamas, Netanyahu terus menghindar dari tanggung jawab, yang semakin memperlebar kesenjangan antara dirinya dan departemen keamanan.
Netanyahu mengatakan akan ada waktu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit, termasuk mengenai dirinya sendiri, setelah perang.
Tanggapan Netanyahu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat bahwa dia lebih memprioritaskan kepentingan politiknya daripada keamanan nasional, terutama karena dia sedang menghadapi persidangan korupsi yang dapat mengancam posisinya.
Anggota parlemen oposisi Avigdor Lieberman, yang pernah menjadi menteri pertahanan di kabinet Netanyahu, mengatakan dalam wawancara radio, "Netanyahu tidak tertarik pada keamanan, tidak tertarik pada para sandera, dia hanya tertarik pada politik."