Paus Fransiskus Kecam Keras Israel, Sebut Agresi di Gaza dan Lebanon Tak Bermoral
Kepala Negara Vatikan itu juga mengajak umat Katolik untuk berdoa bagi perdamaian dunia.
Paus Fransiskus mengecam keras kebrutalan Israel pada Minggu (29/9). Pemimpin Katolik sedunia itu menyatakan serangan Israel ke Gaza dan Lebanon adalah tindakan yang tidak bermoral serta tidak seimbang.
Paus menegaskan, operasi militer tersebut melanggar hukum perang. Pernyataan ini disampaikan saat dalam perjalanan kembali dari Belgia, ketika ditanya mengenai pembunuhan yang ditargetkan Israel terhadap salah satu pendiri Hizbullah, Hassan Nasrallah.
- Kelakuan Buruk Warga Israel di Negara Orang, Si Paling Tantrum Tak Tahu Malu
- Jumlah Pemukim Yahudi Baru di Israel Berkurang 50 Persen, Mereka Takut Datang dan Menetap Sejak Agresi di Gaza
- Ini Deretan Pernyataan Paus Fransiskus Soal Isu Palestina
- Tentara Israel Tembak Mati Dua Warga Kristen Palestina di Gaza Saat di Dalam Gereja
Meskipun tidak menyebut Israel secara eksplisit, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu menekankan bahwa "pertahanan harus selalu sebanding dengan serangan."
"Ketika ada ketidakseimbangan, cenderung muncul dominasi yang melampaui batas moral."
"Sebuah negara yang melakukan tindakan semacam ini --- dan saya merujuk pada negara mana pun --- dengan cara yang berlebihan, itu adalah tindakan yang tidak bermoral."
Paus juga menegaskan bahwa meskipun perang itu sendiri tidak bermoral, terdapat aturan yang mengatur aspek moral dalam konflik.
"Namun, jika Anda mengabaikan hal ini... Anda akan menyaksikan konsekuensi berdarah dari tindakan tersebut," ujarnya.
Hentikan Pertempuran
Dalam pernyataannya setelah memimpin Misa Kudus di Stadion King Baudouin, Brussels, sebagai bagian dari kunjungan apostoliknya ke Belgia, Paus Fransiskus menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik di Timur Tengah untuk segera mengakhiri kekerasan di Lebanon, Palestina, Gaza, dan Israel.
"Saya mendesak semua pihak untuk segera menghentikan tembakan di Lebanon, di Gaza, di seluruh Palestina, dan di Israel," ujarnya dengan tegas.
"Sandera harus dibebaskan, dan akses bantuan kemanusiaan harus diberikan." \
Ia juga mengekspresikan keprihatinan mendalamnya terhadap meningkatnya ketegangan di Lebanon.
"Lebanon adalah sebuah simbol, namun saat ini, simbol tersebut sedang hancur," ungkapnya di hadapan 30 ribu umat Katolik yang hadir dalam misa.
Pemimpin Vatikan itu juga menekankan banyaknya korban akibat konflik yang berkepanjangan.
"Konflik ini memiliki dampak yang menghancurkan bagi masyarakat: Banyak, terlalu banyak orang terus kehilangan nyawa setiap hari di Timur Tengah," serunya, sambil mengajak umat untuk berdoa demi perdamaian dunia.
"Mari kita berdoa untuk perdamaian."