Penelitian Jepang: Antibodi Virus Corona Bertahan 3-6 Bulan
Antibodi adalah protein yang mampu melawan dan menghancurkan virus serta zat asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh.
Sebuah tim peneliti dari Institut Ilmu Kedokteran Universitas Tokyo, Jepang, menemukan antibodi pasien Covid-19 mampu bertahan selama tiga hingga enam bulan setelah serangkaian gejala.
Penemuan kemampuan antibodi yang bisa melindungi sel dari infeksi ini juga membuat tim peneliti menyatakan, antibodi ini bisa mempertahankan sel dari penularan atau infeksi kembali. Kabar ini diumumkan dalam jurnal kedokteran daring Inggris EClinicalMedicine.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tujuan utama Jepang dalam pertempuran Wuhan? Pertempuran ini menandai salah satu upaya terbesar Jepang untuk menghancurkan perlawanan Tiongkok dan memperluas kendali mereka di daratan Tiongkok.
-
Mengapa Jepang mengincar Wuhan dalam pertempuran tersebut? Wuhan, yang terdiri dari tiga kota utama yakni Wuchang, Hankou, dan Hanyang, menjadi pusat perhatian berikutnya bagi Jepang karena pentingnya strategis.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Antibodi adalah protein yang mampu melawan dan menghancurkan virus serta zat asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh. Di antara antibodi itu ada yang bisa mencegah penularan kembali jika ada virus atau zat asing yang masih tertinggal di dalam tubuh.
Dikutip dari laman the Mainichi, Jumat (19/2), tim yang dipimpin oleh virolog profesor Yoshihiro Kawaoka yang mengumpulkan sampel dari 39 pasien Covid-19 di Jepang berusia 24 hingga 83 tahun--dengan rata-rata usia 62 tahun--dan mengumpulkan sampel darah sebanyak dua hingga 25 kali setelah para pasien itu memperlihatkan gejala Covid-19. Para peneliti mencermati antibodi di tiap pasien yang mampu bertahan hingga sekitar enam bulan.
Dari 39 pasien, 13 di antaranya mengalami gejala ringan, 12 dirawat di rumah sakit dengan gejala sedang, dan 14 memakai ventilator karena gejalanya serius. Sebanyak 25 di antaranya--atau 64 persen--punya penyakit penyerta termasuk diabetes dan tekanan darah tinggi.
Hasil analisis terhadap pasien menemukan antibodi mereka terbanyak muncul pada 20 hari setelah memperlihatkan gejala Covid-19. Meski jumlah antibodi terus berkurang setelah itu, para peneliti menemukan antibodi masih bertahan hingga tiga sampai enam bulan setelah memperlihatkan gejala.
Meski tidak diketahui berapa banyak antibodi diperlukan untuk mencegah penularan kembali, profesor Kawaoka mengatakan di antara pasien lansia yang respons imunnya lemah, antibodi masih bisa bertambah setelah virus masuk ke dalam tubuh.
Meski ada sejumlah laporan menyatakan antibodi menghilang tidak lama setelah orang tertular virus corona, namun tim profesor Kawaoka mengatakan penelitian mereka menggunakan metode yang tingkat sensitivitas deteksinya cukup tinggi.
"Menurut kami, untuk kasus yang tidak ditemukan antibodi tersisa, meski sebetulnya masih ada, itu karena mereka memakai metode yang sensitivitas deteksinya rendah.
(mdk/pan)