Penelitian Ungkap Kutu Busuk Makin Sulit Dibasmi, Ternyata Ini Pemicunya
Para ahli biologi dari Universitas Hiroshima menjelaskan mengapa kutu busuk semakin sulit untuk diberantas.
Kembali ke rumah setelah masa liburan bisa menjadi pengalaman yang penuh tantangan. Terlebih lagi, jika saat kembali kita mendapati adanya infestasi kutu busuk, situasi ini bisa menjadi sebuah mimpi buruk. Meskipun teknologi pengendalian hama telah berkembang pesat, kutu busuk yang biasanya bersembunyi di tempat tidur dan perabotan serta menghisap darah manusia saat tidur, tetap sulit untuk diberantas.
Saat ini, penelitian ilmiah semakin mengungkap penyebab masalah ini. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Insects, para ahli biologi dari Universitas Hiroshima Jepang menjelaskan upaya mereka dalam menyusun genom kutu busuk (Cimex lectularius). Peta genom yang dihasilkan, yang dijelaskan oleh penulis sebagai tampilan "hampir bebas kesalahan" yang belum pernah ada sebelumnya, menunjukkan bahwa beberapa mutasi telah membuat kutu busuk kebal terhadap insektisida.
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Apa yang dilakukan oleh para ilmuwan Jepang pada robot? Ilmuwan Jepang telah menemukan cara untuk menempelkan jaringan kulit hidup ke wajah robot dan membuat mereka bisa "tersenyum".
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
Tim peneliti juga menganalisis galur kutu busuk yang rentan terhadap insektisida dan yang resistan. Galur yang rentan diambil dari sampel kutu busuk yang dikumpulkan lebih dari 60 tahun lalu, sedangkan galur yang resistan berasal dari kutu busuk yang diambil dari populasi di sebuah hotel pada tahun 2010. Dengan adanya sampel ini, peneliti dapat melakukan perbandingan langsung terhadap genom masing-masing serta perubahan yang terjadi seiring waktu.
Menggunakan piretroid, yang merupakan insektisida umum untuk mengatasi infestasi kutu busuk, para peneliti menemukan kutu busuk saat ini jauh lebih tahan terhadap bahan kimia tersebut dibandingkan dengan kutu yang dikumpulkan beberapa dekade lalu.
"Kami menentukan urutan genom kutu busuk yang resistan terhadap insektisida, yang menunjukkan resistensi 20.000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan kutu busuk yang rentan," ungkap Kouhei Toga, peneliti pascadoktoral dan penulis utama dalam pernyataan tersebut.
"Dengan membandingkan urutan asam amino antara kutu busuk yang rentan dan resistan, kami mengidentifikasi 729 transkrip dengan mutasi spesifik resistensi."
Konsep resistensi ini sangat luas. Secara praktis, ini menunjukkan bahwa kutu busuk mungkin telah mengalami mutasi untuk memproduksi enzim yang dapat menetralkan insektisida atau memiliki rangka luar yang lebih tebal sehingga menyulitkan penyerapan racun.
- Penelitian: Bulu Kucing Bisa Jadi Bukti Penting dalam Penyelidikan Kasus Kejahatan
- Pertama Kali Paus Bungkuk Ini Tiba-tiba Bisa Merespons Obrolan Manusia, Bikin Ilmuwan Kaget
- Terungkap, Tak Hanya 1 atau 2 Lubang Hitam di Luar Angkasa, Ilmuwan Ramai-ramai Revisi Penelitiannya
- Berapa Usia Bumi? ini Jawabannya Menurut Penelitian Terbaru Para Ilmuwan
Hampir Punah
Kutu busuk kembali muncul setelah hampir punah pada abad ke-20, berkat efektivitas penggunaan diklorodifeniltrikloroetana (DDT), sebuah pestisida yang sangat efektif. Namun, setelah DDT dilarang pada 1970-an, populasi kutu busuk berkembang pesat. Dengan adanya pelindung genetik yang mereka miliki, kutu busuk menjadi sangat resisten.
"Anda dapat mencelupkan kutu busuk ke dalam larutan insektisida dan mereka akan tetap hidup setelahnya," ungkap Chow-Yang Lee, seorang profesor di University of California, Riverside, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, kepada BBC Science Focus.
Memiliki kutu busuk yang 20.000 kali lebih tahan terhadap pestisida dibandingkan dengan populasi sebelumnya tentu sangat mengkhawatirkan. Untungnya, kutu busuk memiliki kelemahan terhadap suhu tinggi. Metode pengendalian ini melibatkan peningkatan suhu di dalam rumah yang terinfeksi untuk membunuh kutu busuk beserta telurnya.
Meskipun demikian, pendekatan ini tidak selalu berhasil sepenuhnya; tidak semua metode pembasmi kutu busuk sama efektifnya, sehingga terkadang perlakuan panas tidak menjangkau semua sudut rumah yang terinfeksi. Untuk mencegah masalah kutu busuk, langkah pencegahan sangat penting. Saat bepergian, sebaiknya letakkan koper di rak bagasi atau di bak mandi agar serangga tidak mudah masuk. Setelah kembali ke rumah, keluarkan barang bawaan di garasi atau ruang utilitas, dan segera masukkan pakaian ke dalam pengering dengan suhu tinggi.